Latihan
Memecahkan Masalah dengan Bimbingan Konseling
1.
DESKRIPSI
PERMASALAHAN
I.I
Kasus
NR adalah
seorang pemuda yang berasal dari keluarga menengah ke atas di daerah Kalimantan. ia seorang anak yang cerdas di sekolahnya,
rajin belajar, disiplin dan berprestasi. Ibunya seorang pengusaha di bidang kecantikan,
sedangkan ayahnya adalah seorang pengusaha batubara.
Karena kesibukan kedua
orang tuanya NR merasa kurang kasih sayang. Perasaan itu semakin bertambah
ketika ia dikirim ibunya untuk melanjutkan studi di salah satu Pondok Pesantren
di daerah Pasuruan. Permasalahan mulai muncul ketika ia mendengar kabar bahwa
kedua orang tuanya telah bercerai. Ia kecewa dan berubah menjadi sosok yang pemalas,
tidak disiplin, dan prestasinya menurun.
Meskipun
demikian ia bisa menyelesaikan studinya, dan bercita-cita melanjutkan studinya
di salah satu Perguruan Tinggi Malang. Tetapi keinginan tersebut brtentangan
dengan keinginan para ustadz yang mengingikannya untuk mengajar di pondok. Permasalahan semakin kompleks ketika ayah tirinya
yang otoriter menginginkannya menjadi seorang polisi. Di tengah-tengah
kebingungannya, ia memutuskan untuk tetap melanjutkan studinya di Malang. Setelah beberapa
lama di Malang, ia bertemu dengan seorang cewek yang
akhirnya menjadi kekasihnya. Dari hubungannya itu ia berharap dapat melupakan
masalahnya selama ini. Akan tetapi harapan itu kandas ketika kekasihnya
meninggalkannya begitu saja. Kejadian tersebut menjadikannya semakin terpuruk,
suka bolos kuliah dan ugal-ugalan.
Dari ilustrasi di atas
dapat disimpulkan bahwa NR berubah menjadi pemalas karena kekecewaannya kepada
keluarga, dan kekasihnya.
I.2
Riwayat hidup
NR Adalah Seorang anak laki-laki pasangan dari Pak Mardi
dan Bu Retno. NR memiliki sifat seperti Ibunya Pintar,Rajin, Sholeh,Baik pada
siapapun dan berbakti kepada Ortu. Bahkan NR menjadi cucu kesayangan kakek dan
nenek dari bapak maupun mama-Nya.
Bapak dan Ibunya Seorang Penggusaha yang cukup sukses di
luar jawa. Ketika usahanya menggalami kejayaaan Pak Mardi dan Bu Retno sangat
sibuk hampir tidak punya waktu senggang untuk NR anak semata wayangnya.
Ketika berusia 9
tahun rumah tangga ortunya menggalami
ujian yang membuat kedua orang tuanya sering berantem hebat. Pada suatu hari
ketika pak mardi ada di Malaysia dengan urusan bisnis datanglah seorang wanita
yang cantik menawarkan untuk bekerjasama dengan beliau kebetulan waktu itu
beliau sangat tertarik dengan tawaran yang diajukannya. Akhirnya Pak Mardi
menyetujui kerjasama tersebut. karena Pak Mardi berfikir kerjasama ini pasti
menguntungkan pagi usahanya.
Suatu hari pak mardi dan mita ( perempuan yang mengajak
kerjasama) janjian di sebuah restoran ternama di kaltim untuk urursan bisnis.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan tidak terasa
waktu mereka lalui bersama. Karena seringnya mereka bersama tidak mereka sadari
mempunyai perasaan yang membuat rumah tangga yang dibangun dengan cinta hancur
seketika karena kebodohannya.Tidak disadari pak mardi selingkuh dibelakang
Istrinya (Bu Retno) awalnya Bu Retno tidak curiga dengan tingkah laku Suaminya.
Tetapi makin hari tingkah lakunya
.Ketika NR lulus SD, NR dibawa bapaknya kejawa untuk
meneruskan study-Nya.NR dimasukkan pondok dengan harapan dia bisa menjadi
laki-laki yang lebih bertanggung jawab, Pintar, Sholeh, dan lebih maju dari
pada orang tuanya.
NR dititipkan sama Kyai pemilik salah satu pesantren di
Pasuruan. Di Pesantren diajarka segala hal.Dari Pelajara agama,Arti Sabar dalam
menghadapi kehidupan ini. hidup sosial,arti hidup, kemandirian dln.karena NR
pada dasarnya anak yang sangat cerdas, pinter dan ulet dalam segala hal NR
menjadi murid kesayangan Kyai dan Ustad di pesatren.dia mudah bergaul pada
murid-muri di pesantren walaupun usianya lebih muda dari murid-murid
lainnya.tidak hanya itu di masyarakatpun NR dipandang orang-orang sana anak
yang baik karena dia sering mengikuti acara sosial dan suka menolong warga yang
kesusahan di sekitar pesatren.
Delapan bulan kemudian NR mendapat kabar kalau orang
tuanya udah cerai, kabar itu datang dari seorang Ibu muda yang Menggaku Adik
mama-Nya (Bu Retno). Perempuan itu datang ke Pesatren di Pasuruan untuk menemui
NR dan mencerikan semua kejadian yang dialami oleh kedua ortunya selama NR
menuntut Ilmu dijawa kepada Kyai Pesantren.
Dengan kabar yang begitu mengejutkan bagi NR, akhirnya NR
sakit karena memikirkan Ortu kandung-Nya, dan kabar itu merubah diri NR: yang
asalnya Rajin Sholat, Pandai, Pintar, suka belajar dln. Menjadi anak yang
malas-malasan, suka berbohong, sering bolos sekolah, ngrokok, bergaul sama anak
berandala, suka menyendiri. Para Kyai dan Ustad di Pesantren prihatin akan
keadaan NR yang makin hari makin tidak karuan,semakin hari NR menjadi anak yang
sangat nakal. Dia tidak lagi menjadi anak yang penurut kepada guru,malah
membangkang kalau dinasehati beliau.
Dengan segala upaya para Kyai, Ustad, mengharapkan NR
berubah menjadi anak yang seperti dulu lagi.tetapi segala upaya telah mereka
lakukan untuk merubah NR menjadi anak baik, Sholeh, rajin .Nasehat demi nasehat
telah diterima NR tetapi NR malah menjadikan nasehat itu seperti angin
lalu,masuk telingga kanan keluar telingga kiri.hari demi hari NR tidak ada
perubahan sedikitpun, Akhirnya para Ortu angkatnya bermusyawarah yang
tujuan-Nya mencarikan solusi buat NR, para ortu angkat pusing karena perubahan
yang sangat drastis pada NR.
Selama 7 jam mereka bermusyawarah alhammdulillah mereka
menemukan titik terang dan sepakat untuk sementara NR di pulangkan asalanya
kaltim. Untuk ketemu dan bersosialisasi dengan keluarga barunya. menjadi-jadi
NR di pukulin habis-habisan tanpa sepengetahuan mama-Nya,tetapi tetap berdiam
diri karena takut itu malah membuat NR tidak betah dirumah sendiri.
Akhirnya NR kembali ke jawa untuk meneruskan studinya di
Pesantren.NR mendapat sambutan yang sangat hangat sekali ketika tiba di
Pesantren teman-teman sangat bahagia melihat NR kembali kesana, dengan senyuman
yang hangat,kasih sayang para ortu angkatnya NR berjanji sama ortu angkatnya
akan berusaha berubah seperti dulu lagi. Sedikit demi NR menggalami perubahan
yang awalnya berteman dengan berandalan, merokok NR membatasinya. Tetapi karena
NR orang sangat lembut dalam berbicara,penuh kasih sayang NR berusaha keras
memegang janji yang telah diucapkannya kepada ortunya.
Tetapi karena pada dasarnya anak laki-laki itu susah diatur
NR tetap saja terpengaruh akan ajakan teman-temannya yang tidak benar.hari
berganti hari, Minggu berganti minggu, bulan berganti bulan dan tahun berganti
tahun tidak terasa telah lulusan MTS dan babak baru bagi NR dan teman-temannya
untuk memasuki jenjang ya ng tinggi lagi yaitu MA.
Waktu lulus NR kembali pulang menemui mama-nya dan NR
mengatakan mau meneruskan studinya yang lebih tinggi lagi mama-nya sangat
bangga anak pertamanya mempunyai keinginan untuk melanjutka studinya kejenjang
yang lebih tinggi.bapak tirinyapun sangat mendukung NR tetapi tidak jauh dari
keingginanya NR di suruh masuk polisi yang tidak sesuai dengan bidangnya.NR
menolak keras permintaan bapak tirinya.
Dari perjalanan kisah hidupnya NR tetap melanjutkan
kuliah di Unisma mengambil jurusan Syariah. Tapi sifatnya menjadi berubah. Suka
bolos dan terkesan asal-asalan. Kuliah seakan-akan hanya sebagai pelariannya
supaya jauh dari permasalahan yang ia hadapi. Padahal di lubuk hati paling
dalam NR tetap mengharapkan adanya perubahan dalam hidupnya.Merajut kehidupan
baru dengan benang baru pula.
I.3 Identitas
a.
Identitas
Klien
Nama : NR
Kelahiran : Kaltim
(Samarinda) / 13 Juni ...
Tempat Tinggal : Tirto Utomo Gg.04
Anak Ke :
Pertama’ (Pasangan dari Pak Mardi & Bu Retno)
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Pendidikan : TK, SD (Kaltim)
/ SMP, MA (Pasuruan)
Pekerjaan / PT : Mahasiswa
/ Unisma
Semester / Jurusan : II /
Syari’ah 08’
b.
Identitas Ortu Kandung :
Nama Bapak :
Bapak Mardi
Pekerjaan :
Penggusaha Batu Bara
Alamat :
Kaltim (Samarinda)
Nama Ibu :
Bu Retno’
Pekerjaan :
Pengusaha Bahan Kecantikan
Alamat :
Kaltim (Samarinda)
Agama :
Islam
Kewarganegaraan :
Indonesia
c.
Identitas Bapak Tiri :
Nama Bapak :
M. Habib Amrullah
Pekerjaan :
PNS (Kesehatan) dan Pengusaha Mebel Barang Antik
Alamat :
Kalsel
Agama :
Islam
Kewarganegaraan :
Indonesia
II. METODE PENGUMPULAN DATA
Dalam mencari
keterangan dan pengumpulan data. Kelompok kami menggunakan metode interview, melakukan
wawancara kepada klien.
III.
LANDASAN
TEORI
Setiap
manusia menginginkan kehidupan yang bahagia. Mencari kebahagiaan dalam hidupnya
bagi manusia merupakan hak asasi yang harus dihormati dan dihargai. Namun,
dalam mengarungi kehidupan tak jarang manusia mengalami permasalahan dalam
mancapai kebahagiaan. Terkadang permasalahan muncul karena keinginan yang tidak
terpenuhi. Karena, bertentangan dengan keinginan orang lain terhadap diri kita.
Atau tuntutan dari lingkungan yang tidak sesuai dengan keinginan. Kenyataan
yang tidak sesuai keinginan itulah yang iasanya menyebabkan permasalahan dalam
kehidupan sesorang. Dalam menghadapi permasalahan terkadang ada yang brhasil
menyelesaikan atau tidak berhasil.untuk menyelesaikan masalah banyak jalan yang
ditempuh sesorang. Diantara cara yang ditemph adalah mencari seorang pembimbing
yang senantiasa memberikan nasehat dan arahan serta bimbingan dalam
menyelesaikan permasalahanya.
- Masalah Belajar
Bnayak
anak-anak yang kecewa dan mengalami hambatan di dalam belajar. Hal tersebut
bukanlah merupakan persoalan yang ringan, tetapi perlu endapatkan perhatian
yang serius dari pihak pendidik, orang tua dan masyarakat umumnya. Adapun
faktor yang dapat menimbulkan hambatan dalam belajar peserta didik adalah:
- Individu anak (kesehatan fisik, inteligensi, emosi).
- Penyesuaian materi ajar dengan tingkat umur dan kecerdasan peserta didik.
- Individu pendidik (kemampuan, emosi, metode, dan sebagaianya).
- Keluarga
- Lingkungan tempat tinggal dan belajar peserta didik.
Apabila
masalah-masalah di atas tidak terselesaikan, maka akan menimbulkan kesulitan belajar
dan kemampuan menyesuaikan diri bagi peserta didik.
- Kenakalan Remaja
Salah
satu masalah pendidikan yang sulit dipecahkan adalah masalah kenakalan remaja
yang mayoritas masih berstatus pelajar. Masalah kenkalan remaja erat kaitanya
dengan keluarga danlingkungan tempat tinggalnya. Bahkan keadaan sekolah yang
tidak teratur juga menyebabkan kenakaln remaja. Untuk jelasnya maka faktor di
atas dapat dijeaskan sebagai berikut:
Krisis Rumah Tangga
Sebagaiman
diketahui bahwa kehidupan moderen telah merubah sistem kehidupan sosial
masyarakat. Zaman dulu segala kebutuhan hidup keluarga diselesaikan di rumah.
Membuat jala, alat-alat rumah tangga,, bisa dilakukan di rumah. Sehingga, rumah
bisa disebut sebagai pusat perekonomian. Di bidang pendidikan juga demikian di
mana orang tua mengajarkan berbagai macam ketrampilan di rumah. Pendidikan
berlangsung di rumah tanga, dengan jalan mewariskan ilmu prang tua kepada
anaknya.
Di
zaman moderen pusat kegiatan ekonomi dan industri beralih keluar rumah.
Demikian juga pendidikan. Suami istri telah bekerja di luar rumah, memakan
waktu berjam-jam. Dengan perubahan struktur kehidupan rumah tangga, akan
membawa akibat terhadap tingkah laku suami istri :
-
Timbul sikap egoistis pada diri individu.
-
Kecenderungan ke arah materialistis.
-
Terganggunya kewibawaan suami terhadap istri dan
sebaliknya.
-
Kurangnya rasa tanggung jawab terhadap anak, yang berarti
terlantarnya pendidikan mereka.
Hal-hal
tersebut merupakan sumber krisis rumah tangga karena terlalu banyaknya problema
interasi diantara suami isteri yang tidak terselesaikan. Disinilah perlunya
bimbingan terhadap suami istri khusunya dan terhadap keluarga pada umunya
" family guidance".
Kekacauan Rumah Tangga.
Rumah
tangga yang kacau (Broken Home) menyebabkan tidak adanya bimbingan yang baik
terhadap anak-anak. Diantara bentuk penyebab hancurnyakeharmonisan keluarga,
adalah:
-
Salah seorang antara ayah dan ibu meninggal dunia.
-
Kesibukan kedua orang tua di luar rumah, ayah tidak
pulang hingga berhari-hari. Ibu sibuk mengurusi organisasi dan sebagainya.
-
Sering terjadi pertengkaran antara ayah dan ibu.
Sebagai
akibat dari keluarga yang tidak harmonis akan menimbulkan sikap-sikap
ketidakmampuan menyesuaikan diri pada anak-anak, terhadap lingkungan dan
terhadap dirinya sendiri. Sehingga, mengakibatkan salah penyesuaian bagi anak
yang mana mempunyai ciri tingkah laku sebagai berikut: serba salah, tidak
terarah, emosionil, bersikap tidak realistis, agresif, suka melamun dan
sebagainya,. Ada tiga bentuk salah penyesuaian yang umumnya terjadi yakni:
1) Reaksi Bertahan
(defence reaction)
2) Reaksi Menyerang
(agressive reaction)
3) Reaksi melarikan
diri (escape reaction)
Khusus
mengenai reaksi menyerang, erat sekali sangkut pautnya dengan kenakalan remaja.
Gejala agresif itu antara lain : senang menganggu orang lain, suka merusak dan
menyerang, menimbulan sikap bermusuhan secara terbuka, tindakan serampangan dan
sadis (kejam, keras kepala, dan suka membalas dendam), dan sebagainya.
Pola asuh pendidikan di sekolah.
Pendidikan
sekolah yang tidak sesuai dan tidak berdasarkan aspek-aspek pendidikan dan
kejiwaan anak juga dapat menyebabkan kelainan tingkah laku pada anak-anak.
Tindakan pendidik yang kurang sesuai antara lain:
-
Bertindak otoriter.
-
Membiarkan sikap peserta didik yang indisipliner seperti
pergaulan bebas, berkata kotor dan kasar, suka terlambat, tidak mengerjakan PR,
suka menyontek dan lain-lain.
Bentuk
kelainan peserta didik di sekolah dapat berupa: suka mengganggu, berkata kotor,
berkelahi, mencuri, suka membolos, berani kepada gur dan lain-lain. Untuk itu
perlu bimbingan dan penyuluhan di sekolah yang dipimpin oleh seorang tenaga
ahli yang berpengalaman. Sebab, jika pelayanan bimbingan tidak ditangani oleh
tenaga ahli maka besar kemungkinan guru pembibing itu akan ditakuti anak, atu
tidak akan berwibawa sama sekali.
Pengaruh Masyarakat.
Di
masyarakat juga banyak sumber yang menimbulkan kelainan tingkah laku ada
anak-anak. Seperti pengaruh tontonan, sikap masyrakat yang suka pergaulan
bebas, kekerasan diantara anggota masyarakat, tidak toleransi dan sebagainya.
Remaja dan anak-anak lebih mudah meniru hl-hal seperrti itu, daripada
pendidikan yang baik. Bentuk kelainan tingkah laku yang biasa tampak adalah:
bermusuhan dengan lingkungan, menganggu dan merusak ketentraman orang lain,
ketergantungan pada narkotik dan ganja dan lain-lain.
Anak-anak
yang kurang mendapat bimbingan orang tua, kurang mendapat perhatian dan kasih
sayang, karena orang tua terlalu sibuk di luar rumah. Akhirnya mereka mencari
kasih sayang dan perhatian dari kelompok teman-temanya. Remaja dalam
perkembanganya sedang mencari pengakuan sosial dan menguji norma-norma orang
dewasa yang dulu diterimanya tanpa kritik. Pengakuan dan penghargaan sosial
tidak mereka terima dari masyarakatnya. Disamping itu mereka tidak pula
dihargai dalam bentuk memberikan lapangan kerja, mengembangkan daya kreatif dan
emosionilnya. Sehingga, energi mereka disalurkannya dalam bentuk kenakalan
seperti ngebut, berkelahi, mencuri, mengisap ganja, kecanduan narkotik,
pelanggaran susila dan sebagianya.
Anak
dan remaja perlu mendapat penghargaan oleh masyarakatnya dengan menyalurkan
bakat dan ketrampilanya berupa kewajiban tanggung jawab sosial, seperti
pekerjaan, tugas-tugas kemasyarakatan dan kemanusiaan, dan kegiatan organisasi
pemuda.
c. Kesadaran Diri
Manusia memiliki
kesanggupan untuk menyadari diri yang menjadikan dirinya mampu melampaui
situasi yang sedang dihadapinya. Semakin tinggi kasadarn diri seseorang, maka
ia semakin hidup sebagai pribadi atau, sebagaimana dinyatakan oleh Kierkegaard,
“semakin tinggi kesadaran, maka semakin utuh diri seseorang.” Tanggung jawab
seseorang berlandaskan pada kesanggupan untuk sadar seseorang tersebut. Dengan
kesadaran, seseorang bisa menjadi sadar atas tanggung jawabnya untuk memilih.
Sebagaimana dinyatakan oleh May (1953), “manusia adalah makhluk yang bisa
menyadari dan oleh karenanya, bertanggung jawab atas keberadaannya.”
dengan meningkatkan
kesadaran berarti meningkatkan kesanggupan seseorang untuk mengalami hidup
secara penuh sebagai manusia. Pada inti keberadaan manusia, kesadaran
membukakan kepada kita bahwa:
1. Kita
adalah makhluk yang terbatas, dan kita tidak selamanya mampu mengaktualkan
potensi-potensi.
2. Kita
memiliki potensi mengambil atau tidak mengambil tindakan.
3. Kita
memiliki suatu ukuran pilihan tentang tindakan-tindakan yang akan diambil,
karena itu kita menciptakan sebagian dari nasib kita sendiri.
4. Kita
pada dasarnya sendirian, tetapi memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan
orang lain; kita menyadari bahwa kita terpisah, tetapi juga terkait dengan
orang lain.
5. Makna
adalah sesuatu yang tidak diperoleh begitu saja, tetapi merupakan hasil dari
pencarian kita dan dari penciptaan tujuan kita yang unik.
6. Kecemasan
eksistensial adalah bagian hidup yang esensial sebab dengan meningkatnya
kesadarankita atas keharusan memilih, maka kita mengalami peningkatan tanggung
jawab atas konsekuensi-konsekuensi tindakan memilih.
7. Kecemasan
timbul dari penerimaan ketidakpastian masa depan
8. Kita
bisa mengalami kondisi-kondisi kesepian, ketidakbermaknaan, kekosongan, rasa
berdosa, dan isolasi, sebab kesadaran adalah kesanggupan yang mendorong kita
untuk mengenal kondisi-kondisi tersebut.
d.Kebebasan
dan Tanggung Jawab
Manusia adalah
makhluk yang menentukan diri, dalam arti bahwa ia memiliki kebebasan untuk
memilih diantara alternative-alternatif. Karena manusia pada dasarnya bebas,
maka ia harus bertanggung jawab atas pengarahan hidup dan penentuan nasibnya
sendiri.
Kebebasan adalah
kesanggupan untuk meletakkan perkembangan di tangan sendiri dan untuk memilih
diantara alternative-alternatif. Seorang individu dengan putusan-putusannya,
membentuk nasib dan mengukir keberadaannya sendiri. Sesorang akan menjadi apa
sesuai dengan apa yang diputuskannya, dan dia harus bertanggung jawab atas
jalan hidup yang ditempuhnya. Tillich memngingatkan, “manusia benar-benar
menjadi manusia hanya saat menambil putusan.” Sartre mengatakan, “kita adalah
pilihan kita.” Nietszche menjabarkan kebebasan sebagai “kesanggupan untuk
menjadi apa yang kita alami.” Ungkapan Kierkegaard, “memilih diri sendiri”,
menyiratkan bahwa seseorang bertanggung jawab atas kehidupan dan keberadaannya.
Sedangkan Jaspers menyebutkan bahwa “kita adalah makhluk yang memutuskan”.
e..Perjuangan untuk
Aktualisasi Diri
Manusia berjuang
untuk aktualisasi diri, yakni kecenderungan untuk menjadi apa saja yang mereka
mampu. Setiap orang memiliki dorongan bawaan untuk menjadi seorang pribadi,
yakni mereka memiliki kecenderungan ke arah pengembangan keunikan dan
ketunggalan, penemuan identitas pribadi, dan perjuangan demi aktualisasi
potensi-potensinya secara ppenuh. Jika seseorang mampu mengaktualkan
potensi-potensinya sebagai pribadi, maka ia akan mengalami kepuasan yang paling
dalam yang bisa dicapai oleh manusia.
Beberapa cirri
yang ditemukan oleh Maslow (1968, 1970) pada orang-orang yang mengaktualkan
diri itu adalah: kesanggupan menoleransi dan bahkan menyambut ketidaktentuan
dalam hidup mereka, penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain,
kespontanan dan kreativitas, kebutuhan akan privacy dan kesendirian,
kesanggupan menjalin hubungan interpersonal yang mendalam dan intens, perhatian
yang tulus terhadap orang lain, rasa humor, keterarahan kepada diri sendiri
(kebalikan dari kecenderungan untuk hidup berdasarkan pengharapan orang lain),
dan tidak adanya dikotomi-dikotomi yang artificial (seperti kerja-bermain,
cinta-benci, lemah-kuat).
IV. SOLUSI YANG DITAWARKAN
Dari kasus
tersebut dan landasan teori yang kami deskripsikan, kami mengajukan beberapa
usulan solusi yang bias kami tawarkan kepada klien. Solusio yang kami tawarkan
berangkat dari sebuah pendekatan berikut:
Pendekatan Terapi
Eksistensial-Humanistik
Terapi
eksistensial bertujuan agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan
menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensinya serta sadar bahwa ia dapat
membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya. Bugental (1965) menyebut
keotentikan sebagai “urusan utama psikoterapi” dan “nilai eksistensial pokok”.
Terdapat tiga karakteristik dari keberadaan otentik:
1. Menyadari
sepenuhnya keadaan sekarang
2. Memilih
bagaimana hidup pada saat sekarang
3. Memikul
tanggung jawab untuk memilih.
Pada dasarnya,
tujuan terapi eksistensial adalah meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya
meningkatkan kesanggupan pilihannya. Penerimaan tanggung jawab itu bukan hal
yang mudah, hanya orang yang takut akan beratnya tanggung jawab atas menjadi
apa dia sekarang dan akan menjadi apa dia selanjutnya.
Konselor yang
berorientasi eksistensial-humanistik akan mendekati NR dengan pandangan bahwa
dia memiliki kesanggupan untuk memperluas kesadarannya dan memutuskan sendiri
arah kehidupan masa depannya. Konselor akan meminta klien agar menyadari bahwa
dia tidak perlu menjadi korban pengkondisian masa lampau, tetapi bahwa dia bisa
menjadi arsitek dalam merancang ulang kehidupannya. Dia bisa membebaskan diri
dari kekuatan-kekuatan internal dan menerima tanggung jawab yang datang dengan
kebebasan mengarahkan kehidupannya sendiri. Pendekatan ini tidak akan
menekankan teknik-teknik, akan tetapi menitik beratkan pada pemahaman konselor
atas dunia klien, pertama yaitu dengan membangun hubungan otentik sebagai alat
untuk memenuhkan tingkat pemahan diri.
Dari pendekatan
tersebut beberapa saran dan solusi yang kami tawarkan:
1.) Pemberian Motivasi
Motivasi
merupakan suatu proses member semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya,
perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energy, terarah, dan
bertahan lama. Pertama yang kami lakukan adalah membei motivasi bahwasanya NR
adalah sosok yang memiliki kelebihan dan keistimewaan. Kami berusaha
membangkitkan kepercayaan dirinya dengan menyebutkan beberapa prestasinya
selama di sekolah. NR adalah anak yang berprestasi, pandai, pintar, cerdas. Dia
mampu memnjadi santri kesayangan ustadnya. Kami yakinkan bahwa setiap manusia
diciptakan sempurna. Sebagaimana dalam QS At-TIIN :4 "sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya "
Dengan kesempurnaanya manusia pasti mampu menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi. Selain itu NR harus yakin bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan di
luar batas kemampuan hambaNYA. QS Al- Baqoroh : 286 " Allah
tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya. " . Sehingga, klien
memiliki kekuatan untuk bangkit. Dan harus yakin bahwa sesuatu tidak akan
berubah jika tidak usaha.
3 cÎ) ©!$# w çÉitóã $tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçÉitóã $tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3
“Sesungguhnya Allah tidak
merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada
diri mereka sendiri”. (Q.S. ar-Ra’d:11)
[768] Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka,
selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.
Berusaha menyakinkan
klien untuk terus berusaha dan yakin setiap kesusahan pasti dibarengi kemudahan
untuk menyelesaikanya.
¨bÎ*sù yìtB Îô£ãèø9$# #·ô£ç ÇÎÈ
“Karena Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan”, (Q.S. al-Insyirah:5)
2.)
Penanaman Konsep Masa Depan kepada Klien.
Setiap kita
pasti ingin bahagia. Dan yang mampu membuat hidup kita bahagia atau sedih hanya
diri sendiri bukan orang lain. Konsep kesadaran diri yang telah dipaparkan
diharapkan mampu membuka hati klien bahwa hanya dengan kesadaran diri, seseorang
akan menyadari hakekat dan makana kehidupanya di dunia. Sehingga, kita
menyadari bahwa masa depan ada di tangan kita. Jadikan masa lalu sebagai
pelajaran yang sarat makna. Dan dengan masa lalu dapat mengukir masa depan yang
lebih baik. Berusaha menanamkan kepada klien, jika ingin bahagia harus berubah,
berusaha sekuat tenaga kembali menjadi manusia berguna penuh prestasi.
3.)
Mencoba
Memperbanyak Kegiatan
Dengan mengikuti
berbagai kegiatan yang bermanfaat. Baik kegiatan social atau kegiatan
kemahasiswaan seseorang akan bertemu banyak orang dengan berbagai karakter. Yang
mana setiap orang pasti memiliki permasalahan yang berbeda ataupun sama dengan
klien. Diharapkan dengan pertemuan banyak orang lambat laun klien tidak merasa
sendiri, tidak merasa paling merana di dunia. Klien diharapkan dapat melupakan
masalahnya dengan menyalurkan fikiran dan energinya dalam kegiatan.sebab,
permasalahan biasanya muncul disaat sendiri dan sepi. Dengan banyak kegiatan
menghindari seseorang untuk melamun dan sendiri.
4.)
Tetap
Menjalin Hubungan Baik dengan Orang Tua
NR adalah anak
yang berprestasi, diantara masalah yang dihadapi karena memiliki keinginan yang berbeda dengan
ayahnya. Tapi sebagai seorang anak harus tetap menjalin hubungan baik dengan
keluarganya. Dengan hubungan dan terus
menjalin silaturrahim biasanya orang tua luluh dan mau merestui keinginan
ankanya.
5.)
Menunjukkan Prestasi di Bidang Pilihan NR
Sarannya NR
dapat menampakkan prestasinya di bidang yang NR pilih. Diharapakan ayahnya
dapat percaya bahwa NR mampu menjadi lebih baik dengan pilihanya. Biasanya
orang tua memaksa supaya anaknya mengikuti sekolah yang dipilihkan, karena
mereka menganggap pilihanya menganggap yang baik dapat membawa anakanya menjadi
orang sukses. Tapi sekali lagi yang dapat menjadikan hidup sukses adalah diri
sendiri. NR harus dapat membuktikan bahawa pilihanya benar dan dapat mengukir
prestasi di bidangnya. Dengan demikian Ayahnya diharapkan dapat merestui dengan
pilihanya.
6.)
Berserah Diri Pada Allah SWT (Tawakkal)
Sebagai muslim
yang harus ditanamkan adalah prinsip segala sesuatu tergantung pada taqdir
Allah. Tetapi, manusia diwajibkan untuk berusaha untuk mengukir taqdirnya.
Maksudnya manusia hanya bias berusaha dan berencana tapi yang Kuasa yang
menentukanya. Tapi, Allah akan memberikan sesuai usaha HambaNya, dengan kata
lain Allah akan memberikan yang terbaik bagi HambaNya. Sebab yang paling tahu
tentang hamaba adalah Tuhanya. Manusia harus menyakini bahwa hasil akhir
setelah usaha kita itulah yang terbaik yang ditentukan Allah kepada
hambaNyaDengan demikian manusia akan selalu menerima dengan ikhlas apa yang dia
jalani. Keseihan biasanya timbul ketika keinginan tidak tercapai. Dengan banyak
berdoa dan beribadah hati menjadi tenang. QS 13:28 " Ingatlaj hanya
dengan mngingat Allah hati menjadi tentram".
DAFTAR
PUSTAKA
Corey, Gerald. Teori dan Praktek
Konseling & Psikoterapi, Refika Aditama, Bandung, 2007.
Faqih, Aunur Rahim. Bimbingan dan
Konseling dalam Islam, UII Press, Yogyakarta,
1994.
Santrock, John W. Psikologi
Pendidikan, Kencana, Jakarta,
2007
Willis,
Sofyan S. dan August Setyawan, Membina Kebahagiaan Murid, Angkasa, Bandung, 1978.
0 comments:
Posting Komentar