PENDAHULUAN
Salah
satu masalah yang telah lama dihadapi oleh orang-orang Islam di India di akhir
abad 19 adalah ketidakmampuan pendidikan Islam untuk memenuhi tuntutan
perkembangan dunia. Keberadaan lembaga-lembaga pendidikan Muslim di negara ini
relatif belum berkembang. Lembaga-lembaga ini hanya memusatkan perhatian pada
ilmu pengetahuan keislaman yang terbatas dan sebagian besar berhubungan dengan
praktek-praktek pelaksanaan ajaran agama yang menghindarkan diri dari ilmu-ilmu
modern yang dibutuhkan sesuai dengan tuntutan dunia modern.
Di negara ini
(India) orang-orang Islam pada umumnya tidak dipersiapkan untuk melakukan
pengkajian-pengkajian ilmu-ilmu dan literatur modern karena dianggap tidak
sesuai dengan agama. Di sisi lain, ilmu-ilmu tua dari Timur yang dipelajari
oleh kaum Muslimin, dianggapnya sama sekali tidak berguna dan tidak mengandung
kepentingan praktis. Selain itu, ada sebagian masyarakat India yang ingin maju
dalam bidang perdagangan, pertanian, industri dan kerajinan, yang menurut
pendapat Sayyid Ahmad Khan, seorang pemikir India yang sangat penting
peranannya dalam Aligarh College, bahwa semua itu tergantung pada pendidikan
dari dunia modern.
Sementara
itu, sistem pendidikan kolonial tidak bisa memenuhi harapan orang-orang Islam
karena dianggap tidak sesuai dengan agama dan hanya merupakan upaya untuk
menghentikan mereka agar tidak melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang
telah lama dianut oleh nenek moyang mereka. Sayyid Ahmad Khan memahami
sepenuhnya bahwa orang-orang Islam sangat tidak suka kepada sistem pendidikan
Barat dan dia mengetahui pula bahwa sikap mereka yang menentang sistem
pendidikan pemerintah (kolonial) bukan merupakan "suatu kebetulan",
orang-grang Islam menolaknya karena empat alasan :
1)
Tradisi politik mereka;
2)
Keyakinan agama mereka;
3)
Adat-istiadat mereka; dan
4)
Kemiskinan sosial.
Di
antara alasan-alasan tersebut, agama dipercaya sebagai alasan yang sangat
prinsipal. Hal ini karena, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Sayyid Ahmad Khan,
orang-orang Islam diwajibkan untuk mengetahui semua ajaran agamanya,
mendiskusikannya dan mengatur kehidupan mereka sesuai dengan agamanya. Oleh
karena itu, berdasarkan alasan ini dia berpendapat bahwa pendidikan sekuler
murni tanpa ajaran agama bagaikan raga (badan) tanpa jiwa (ruh). Di samping itu, dia tidak pernah setuju bila
pendidikan bagi orang-orang Islam harus dibimbing dan dikendalikan oleh
kekuatan asing. Dia mengatakan bahwa rakyat India tidak bisa mengharapkan
adanya karakter dan integritas nasional melalui sekolah-sekolah dan perguruan
tinggi milik pemerintah (kolonial Inggris). Dia juga mengatakan bahwa bangsa apapun yang
menginginkan untuk meningkatkan pendidikan nasionalnya tidak bisa berharap
terlalu banyak untuk mencapai tujuannya sebelum bisa menanganinya sendiri.
Dalam
bidang pendidikan, orang-orang Hindu di India memperoleh beberapa keuntungan
dari kebijakan pendidikan pemerintah Inggris. Mereka merasa bahwa pendidikan
milik pemerintah akan memberikan akses kepada mereka untuk mendapatkan
pekerjaan di pemerintahan, dan pada saat itu, mereka meninggalkan orang-orang
Islam jauh di belakang baik dalam bidang pendidikan maupun ekonomi. Akibatnya,
orang-orang Hindu menjadi favorit (disukai) oleh pemerintah Inggris karena
kesediaan mereka untuk mengadopsinya, sementara orang-orang Islam tidak
mendapatkan dukungan dari manapun disebabkan oleh propaganda yang bersifat
memusuhi penguasa yang berasal dari lingkungan Muslim konservatif.
Selain
itu, isu tentang adanya hubungan antara kolonialisme dengan Kristenisasi di
negara-negara jajahan telah mendorong reaksi terhadap pendidikan pemerintah
kolonial. Pada tahun 1835, misalnya, ketika orang-orang Islam India mulai
mengetahui bahwa pemerintah Inggris bermaksud untuk memulai `pengajaran bahasa
Inggris di semua sekolah, mereka menyampaikan keberatan dengan menyatakan bahwa
rencana itu jelas-jelas bertujuan untuk mengubah keyakinan mereka dan mengajak
rakyat untuk menjadi Kristen. Meskipun pemerintah sesudah itu mengumumkan
kebijakan tentang adanya netralitas agama yang sangat ketat, propaganda para
misionaris Kristen telah menakutkan orang Islam. Mereka bahkan
menginterpretasikan jaminan netralitas agama yang tulus dari pemerintah sebagai
alat licin untuk merampas mereka dari keimanannya.
Kondisi-kondisi
pendidikan Muslim tersebut di atas mendorong semangat Sayyid Ahmad Khan di India
untuk berjuang membangun lembaga pendidikan bagi generasi mendatang.
Makalah
ini berusaha untuk rnengkaji lembaga pendidikan Aligarh yang dirikan oleh
Sayyid Ahmad Khan, bukan mengenal Sayyid Ahmad Khan itu sendiri.
BAB
II
PEMBHASAN
A. Mengenal Sayyid Ahmad Khan (1817-1898 M)
Setelah hancurnya Gerakan Mujahidin
dan Kerajaan Mughal sebagai pemberontakan 1857, muncullah Sayyid Ahmad Khan
untuk memimpin ummat Islam India, yang telah kena pukul itu untuk dapat berdiri
dan maju kembali sebagaimana di masa lampau. Ahmad Khan lahir tanggal 6
Dzulhijjah 1232 Hijriyah atau 17 Oktober 1817 Masehidi kota Delhi. Ia biasa
dipanggil dengan Sir Sayyid. Sebutan Sir ia dapatkan dari bangsa Inggris atas
jasa-jasanya terhadap Inggris. Sedangkan sebutan Sayyid karena ia masih
keturunan langsung Nabi Muhammad SAW. Ia merupakan keturunan dari Husain bin
Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah.
Masa hidupnya yang relatif panjang,
sekitar delapan puluh tahunan secara garis besar dapat dibagi menjadi empat
periode. Pertama, masa pendidikan (1817-1837). Kedua, masa pengabdiannya
menjadi pegawai peradilan (1838-1857). Ketiga, masa minatnya terhadap
kesejahteraan umum. Khususnya dalam mengembangkan bidang pendidikan di
negaranya (1858-1877) dan keempat, masa terpenting dalam hidupnya (1878-1877)
di mana ia mendapat reputasi sebagai pemimpin politik dan pendidikan Islam
terbesar selama abad XIX .
Ahmad Khan mendapat pendidikan
formal pertama kali disebuah maktab (mungkin kalau di Indonesia semacam
madrasah diniyah), yaitu lembaga pendidikan Islam tradisional yang khusus
mengajarkan ilmu agama. Di Maktab ini ia belajar bahasa Parsi, bahasa “beradab”
bagi muslim India pada waktu itu, dan juga berhitung. Boleh dibilang pendidikan
formal yang diperolehnya pada waktu ia kecil tidaklah demikian mendalam dan
sistematis. Ia lebih banyak mendapat bimbingan dari ibunya, seorang wanita yang
bijaksana, yang mengasuhnya dengan sungguh-sunguh, sehingga ia memperoleh
pengetahuan yang cukup tentang beberapa ilmu pengtahuan yang biasa diajarkan di
madrasah-madarasah muslim pada waktu itu. Selain itu, ia seorang anak yang
sangat rajin membaca berbagai ilmu pengetahuan. Dan ditambah pengetahuannya
tentang masalah-masalah kenegaraan (ilmu pemerintahan). Pengenalannya dengan
kebudayaan barat diperolehnya dari sang kakek dari pihak ibu, Khawaja
Fariduddin, yang pernah menjadi Perdana menteri di Istana Mughal masa Sultan
Akbar II selama delapan tahun.
B. Munculnya Gerakan Aligarh
Gerakan Aligarh muncul setelah
wafatnya Ahmad Khan. Keberadaan Gerakan Aligarh tidak dapat lepas dari
ketokohan Sayyid Ahmad Khan dan Perguruan Tinggi yang didirikannya, yaitu MAOC
Melalui MAOC ini, ide-ide pembaruan yang dicetuskan Sayyid Ahmad Khan dianut
dan disebarkan selanjutnya oleh murid serta pengikutnya yang kemudian muncullah
apa yang dikenal dengan Gerakan Aligarh. MAOC merupakan markas Gerakan Aligarh dengan
potensinya yang telah berkembang menjadi sebuah institusi yang memainkan peran
dalam mencarikan jalan keluar persoalan di bidang pendidikan, sosial dan
politik umat Islam di India.
Gerakan Aligarh inilah yang menjadi
penggerak utama bagi terwujudnya pembaruan dikalangan ummat Islam India. Dengan
adanya gerakan ini, ide-ide pembaruan selanjutnya bermunculan seperti yang
dicetuskan oleh Amir Ali, Muhammad Iqbal, Maulana Abdul Kalam Azad, dan
sebagainya. Gerakan ini pula yang yang meningkatkan umat Islam India untuk
bangkit menuju kemajuan. Pengaruhnya telah dirasakan pada golongan intelektual
Islam India.
C. Ciri- ciri Pokok Gerakan Aligarh
Adapun cirri-ciri pokok gerakan
Aligarh sebagaimana yang disempaikan oleh Mustafa Khan dalam An Apology for the
New Light 1891 yaitu:
- Gerakan ini ingin mengadopsi berbagai macam peradaban Eropa.
- Gerakan ini menginginkan adanya perbaikan kondisi sosial, terutama sosial minoritas Muslim India.
- Gerakan ini menginginkan adanya perubahan pemahaman keagamaan dari yang bercorak tradisional menuju corak moderen.
Akbar S. Ahmad mengatakan, bahwa
Aligarh merupakan jawaban Muslim India terhadap modernitas. Lebih lanjut lagi,
bahwa Universitas ini memberi kesadaran baru dan kepercayaan diri bagi umat
Islam di anak Benua India pada gilirannya mendorong lahirnya Negara Islam
Pakistan. Sedangkan keberhasilan Gerakan Aligarh melalui MAOC dalam menempa
tokoh pemikir Muslim India ditunjang oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai
berikut:
- Bidang Kurikulum.
Kemajuan Gerakan Aligarh disebabkan
adanya mata pelajaran umum, seperti ilmu alam, filsafat, humaniora dan
sebagainya.
- Bahasa.
Bahasa yang dipakai sebagai bahasa
pengantar adalah bahasa Inggris. Hal ini didasari bahwa ilmu pengetahuan di
Barat kebanyakan ditulis dalam bahasa Inggris.
- Tujuan pendidikan dan kurikulum pendidikan
Berdirinya lembaga pendidikan MAOC
atau dengan sebutan Aligarh yang digagas Ahmad Khan mempunyai tujuan penting
dalam bidang pendidikan dengan Tujuan untuk melahirkan satu generasi Muslim
yang menguasai ilmu-ilmu modern Barat namun tetap mempertahankan komitmen yang
tinggi terhadap Islam. Sedangkan dalam bidang kurikulum diajarkan ilmu-ilmu
agama islam dan ilmu-ilmu modern.
D. Tokoh – tokoh Penerus Gerakan Aligarh
Ahmad Khan mengabdikan diri bagi
pembaharuan melalui MAOC selama lebih kurang dua dekade. Selanjutnya ide-idenya
dikembangkan dan disebarkan oleh murid dan pendukungnya. Dengan demikian
gerakan Aligarh ini tetap berkembang walaupun beliau telah tiada. Gerakan
Aligarh dipimpin secara silih berganti oleh para tokoh yang memperjuangkan
nasib umat Islam India. Di antaranya adalah:
1.
Sayyid
Mahdi Ali (Nawab Muhsin al-Mulk) (1837-1907).
Setelah Sayyid Ahmad Khan wafat,
maka kepemimpinan Aligarh pindah ke tangan Sayyid Mahdi Ali, yang dikenal
dengan nama Nawab Muhsin al-Mulk (1837-1907). Pada mulanya dia adalah pegawai
Serikat India Tifluk, kemudian menjadi pembesar di Hyderabad. Dia pernah
berkunjung ke Inggris untuk keperluan Pemerintah Hyderabad. Di tahun 1863 dia
berkenalan dengan Sayyid Ahmad Khan dan kemudian antara keduanya terjalin tali
persahabatan yang erat. Dia banyak rnenulis artikel di Tahzib Al Akhlaq dan
juga di majalah yang diterbitkan M.A.O.C. Dia pindah ke Aligarh dan menetap di
sana mulai pada tahun 1893. Pada tahun 1897 dia menggantikankan kedudukan
Sayyid Ahmad Khan di M.A.O.C. Dia mempunyai jasa yang besar dalam menyebarkan
ide ide Sayyid Ahmad Khan yang dilakukannya melalui Muhammedan Educational
Conference.
Jasanya dalam memajukan M.A.O.C
terlihat dengan bertambah banyaknya jumlah mahasiswa lembaga pendidikan
tersebut, keuangan perguruan tinggi meningkat, administrasi juga tertata rapi
dan pengembangan pembangunan sarana dan prasarana fisik juga tidak luput dari
perhatiannya. Dalam soal keagamaan Nawab Muhsin al-Mulk dengan idenya menentang
taklid pada ulama’ klasik dan mengadakan ijtihad baru. Tetapi dalam menghadapi
ulama’ klasik dia lebih lembut dari pada Sayyid Ahmad Khan.
Muhsin al-Mulk berhasil membuat
golongan ulama India merubah sikap keras terhadap Gerakan Aligarh. Sebagaimana
diketahui bahwa Deoband yang banyak menghasilkan ulama ulama India tradisional,
mempunyai sikap yang tidak kooperatif dengan Inggris, sedang Sayyid Ahmad Khan
terkenal dengan sikap pro Inggris. Jadi antara M.A.O.C terdapat perbedaan bukan
hanya dalam soal-soal keagamaan saja tetapi juga mengenai sikap politik. Muhsin
al-Mulk tidak hanya membawa para ulama dekat dengan Aligarh, lebih jauh dia
mampu menarik beberapa lawan politik pendiri Perguruan Tinggi tersebut. Dia
adalah orang yang paling cinta damai, namun dia dihadapkan juga kepada
kontraversi Hindu-Urdu yang telah ada sejak akhir-akhir kehidupan Sayyid Ahmad.
2. Viqar al-Mulk (1841 1917)
Tokoh lain yang berpengaruh ialah
Viqar al-Mulk (1841 1917). semenjak muda dia telah menjadi Penolong dan
pengikut Sayyid Ahmad Khan. Pada tahun 1907 dia menggantikan Nawab Muhsin
al-Mulk dalam pimpinan M.A.O.C. Masa inilah terjadinya perubahan-perubahan
besar dalam adminsitrasi Perguruan Tinggi Aligarh, bahkan dalam kebijaksanaan
politik umat Muslim India.[24] Viqar al-Mulk bernama Mushtaq Hussain yang lahir
1841, di Distrik Moradabad, United Pravinces. Dia adalah rekan Sayyid Ahmad
Khan dan juga Muhsin al-Mulk. Bersama dengan Muhsin al-Mulk dia selalu bekerja sama
dalam masalah administrasi Aligarh. Pada masa Viqar ini terjadi pertentangan
antara Viqar al-Mulk dengan Mr. Archbold yang menjadi Direktur M.A.O.C di waktu
itu. Dalam pertentangan ini Gubernur Daerah menyebelah Archbold sedang Viqar
al-Mulk disokong oleh Agha Khan serta Amir Ali dan selanjutnya oleh masyarakat
Islam di luar. Archbold akhirnya terpaksa mengundurkan diri. Kekuasaan Inggris
di M.A.O.C dari semenjak itu mulai berkurang.
Viqar al-Mulk sebagai seorang ulama
yang keras pendirian dan pegangannya terhadap agama, hidup keagamaan di M.A.O.C
diperkuatnya. Pelaksanaan ibadah, terutama shalat dan puasa diperketat
pengawasannya. Lulus dalam ujian, agama menjadi syarat untuk dapat naik
tingkat. Hal-hal tersebut di atas membuat M.A.O.C menjadi lebih populer di
kalangan ulama India.
3. Altaf Husain Hali (1837-1914).
Tokoh India lainnya yang terkenal
sebagai penyebar ide ide pembaruan Sayyid Ahmad Khan adalah Altaf Husain Hali
(1837 1914). Dia pernah bekerja sebagai penerjemah di kantor Pemerintah
Inggeris di Lahore, tetapi kemudian pindah ke Delhi. Di sinilah dia berkenalan
dengan Sayyid Ahmad Khan dan keduanya menjadi teman baik. Hali terkenal sebagai
seorang penyair, tetapi dia juga menulis karangan karangan untuk Tahzib
al-Akhlaq. Atas permintaan Sayyid Ahmad Khan dia menulis syair tentang
peradaban Islam di Zaman Klasik. Keluarlah di tahun 1879 apa yang terkenal
dengan nama Musaddas.
Syair itu antara lain juga
mengandung ide-ide Aligarh. Musaddas sangat berpengaruh terhadap ummat Islam
India, sehingga dikatakan bahwa di samping M.A.O.C dan Muhammedan Educational
Conference, Musaddas-lah yang mempunyai jasa besar dalam mempopulerkan Gerakah
Aligarh. Terhadap pendidikan wanita dia memandang adanya kesejajaran yang sama
dengan lelaki. Oleh karenanya dia lebih progresif dari Sayyid Ahmad Khan yang
memandang bahwa kaum wanita saat itu belum perlu mendapat pendidikan sebagai
kaum lelaki.
4. Muhammad Syibli Nu’mani
Muhammad Syibli Nu’mani (1857 1914)
diangkat pada tahun 1883 sebagai Asisten Profesor Bahasa Arab di Aligarh. Dia
mempunyai pendidikan Madrasah Tradisional dan pernah pergi ke Mekah dan Madinah
memperdalam pengetahuannya tentang agama Islam. Ketika di M.A.O.C., dia
berjumpa dengan ide ide baru yang dikemukakan oleh Gerakan Aligarh dan tertarik
padanya. Latar belakang pendidikan madrasahnya, membuat dia tidak mempunyai
sikap se-liberal Sayyid Ahmad Khan. Tetapi dia tidak menentang pemakaian akal
dalam soal-soal agama; mempelajari falsafat barat bukanlah haram. Ulama-ulama
zaman klasik juga mempelajari dan banyak yang menguasai filsafat. Pemikiran
modern dalam bentuk moderat dapat diterimanya.
Syibli Nu’mani tidak lama dalam
pengabdiannya di Aligarh dan pada akhirnya dia meninggalkannya, kemudian pergi
ke Lucknow untuk memimpin perguruan tinggi Nadwat al-Ulama (yang didirikannya
pada tahun 1894). Pemikiran modern moderat yang dianutnya membawa perubahan
pada perguruan tinggi ini.
BAB
III
PENUTUP
Sayyid
Ahmad Khan memberikan pemahaman baru kepadaa umat islam India bahwa
keterpurukan umat Islam pada masa itu di karenakan ketertinggalan di bidang
pendidikan modern. Inggris yang menjajah pada masa itu dilawan dengan tenaga,
namun semua itu tidak akan memberikan hasil yang memuaskan namun sebaliknya
umat Islam India akan semakin tertindas, oleh karena itu Sayyid Ahmad Khan
melakukan pembaharuan serta memberikan pemahaman kepada umat Islam harus bisa
bangkit dari keterpurukan dengan jalan harus meguasai ilmu pengetahuan modern,
karena dengan demikian umat Islam akan bisa bangkit dan bisa mengusir penjajah,
Sayyid Ahmad Khan juga mengatakan bahwa orang Inggris tidak perlu di musuhi
tapi menjalin kerja sama dengan mereka sehingga bisa mengembangkan ilmu
pengetahuan modern, karena pada masa itu Inggris sudah maju dibidang ilmu
pengetahua dan teknologi yang modern.
Dengan
Gerakan Aligarh-nya pemikiran dan ide-ide-nya terus berkembang kepada
masyarakat India bahkan sampai kepada masyarakat Islam di luar India. Sayyid
Ahmad Khan adalah tokoh yang mempunyai jiwa yang besar dalam memberikan
pemikiran tentang Islam yang sebenarnya, di mana sebelumnya peradaban Islam di masa
Dinasti Abbasiyah sangat menjadi sorotan seluruh dunia, peradaban yang penuh
dengan pengetahuan yang sangat maju. Namun pada periode selanjutnya Islam
mengalami kemuduran, sehingga timbullah para tokoh yang mempunyai pemikiran
bahwa Islam harus bangkit kembali dengan ilmu pengetahuan yang modern, seperti
pemikiran yang dikembangkan oleh sayid Ahmad Khan di India.
DAFTAR
PUSTAKA
Rais,
Amin. 1987. Cakrawala Islam Antara Cita Dan Fakta. Bandung: Mizan
Nasution, Harun . 1975. Pembaharuan
Dalam Islam ,Seajarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta: PT. Bulan Bintang
Asari,
Hasan. 2007. Modernisasi lslam. Bandung : Citapustaka Media
Nasution, Harun. 1987 Islam
Ditinjau dari Berbagai Aspek Jilid II. Jakarta: UI Press
0 komentar:
Posting Komentar