Etos Kerja dalam Islam
Dalam Islam, konsep etos kerja sangat ditekankan. Bekerja
bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup di dunia, tetapi juga sebagai bentuk
ibadah dan pengabdian kepada Allah SWT. Dengan kata lain, bekerja adalah sarana
untuk meraih ridha Allah.
وَقُلِ ٱعْمَلُوا۟ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُۥ وَٱلْمُؤْمِنُونَ
ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ
تَعْمَلُونَ
Artinya: Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah
dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu
akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
Dalam ayat ini Allah mengatakan kepada mereka yang bertobat,
bekerjalah kamu, dengan berbagai pekerjaan yang mendatangkan manfaat, maka
Allah akan melihat pekerjaanmu, yakni memberi penghargaan atas pekerjaanmu,
Banyak pesan-pesan mulia yang terkandung dalam surah diatas berikut
diantaranya :
1. Allah memerintahkan untuk beramal
saleh hingga manfaatnya bisa dirasakan oleh diri sendiri maupun masyarakat
luas. Amal tersebut harus dilakukan dengan ikhlas karena mengharap rida dari
Allah.
2. Setiap amal akan dilihat oleh Allah dan
orang mukmin di akhirat kelak. Lalu akan dibalas sesuai amal tersebut, jika
amalnya baik maka mendapat pahala, sebaliknya jika amalnya buruk maka akan
dibalas dengan siksa. Karenanya seorang muslim haruslah memperbanyak amal saleh
ketika hidup di dunia.
3. Janganlah merasa amalnya sudah cukup
banyak untuk bekal hidup di akhirat. Sifat ini akan menghambat munculnya
keinginan untuk beramal saleh lagi. Tumbuhkan inisatif untuk melakukan amal
saleh sehingga orang lain ikut tergerak untuk melakukannya. Pahala berlipat
akan diberikan oleh Allah. kepada orang yang memberi contoh tanpa mengurangi
pahala mereka yang mencontoh.
4. Setiap manusia akan kembali ke
kampung akhirat, dan menerima balasan amal perbuatannya. Seorang mukmin
hendaklah jangan larut dengan gemerlap kehidupan duniawi hingga melalaikan
akhirat yang kekal abadi.
‘Kerja’ dalam bahasa Arab disebut
dengan ’amala - ya’malu dan yang seakar dengan kata tersebut. Di dalam
Al-Qur’an, kata-kata yang berarti ‘bekerja’ diulang sebanyak 412 kali dan
seringkali dihubungkan dengan pekerjaan yang saleh atau amal saleh. Amal saleh
yaitu pekerjaan yang membawa kebaikan, baik bagi pelakunya maupun orang lain.
Kebaikan tersebut dapat berupa perbaikan ekonomi, kesejahteraan, kesehatan,
pendidikan, sosial, spiritual dan sebagainya. Kebaikan tersebut meliputi
kebaikan hidup di dunia dan akhirat. Penyebutan kata ‘bekerja’ yang sedemikian
banyak di dalam Al Qur’an menunjukkan bahwa masalah ‘kerja’ sangatlah penting
bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, Islam sangat menganjurkan umatnya
untuk bekerja keras atau memiliki etos kerja tinggi. Rasulullah Saw. bersabda
dalam sebuah hadis berikut:
عن
الزبير بن العَوَّام رضي الله عنه مرفوعاً: «لأَن يأخذ أحدكم أُحبُلَهُ ثم
يأتي الجبل، فيأتي بِحُزْمَة من حطب على ظهره فيبيعها، فَيَكُفَّ الله بها وجهه،
خيرٌ له من أن يسأل الناس، أعْطَوه أو مَنَعُوه»[صحيح] - [رواه البخاري].
Artinya: “Dari Abu Abdullah az-Zubair
bin al-‘Awwam r.a., berkata, Rasulullah Saw. bersabda: “Sungguh sekiranya salah
seorang di antara kamu sekalian mengambil beberapa utas tali kemudian pergi ke
gunung dan kembali dengan memikul seikat kayu bakar dan menjualnya di mana
dengan hasil itu Allah mencukupkan kebutuhan hidupnya, maka itu lebih baik
baginya daripada ia meminta-minta kepada sesama manusia baik mereka memberi
ataupun tidak memberinya”. (H.R. Bukhari)
Hadis di atas secara tegas menyatakan
bahwa bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari lebih dicintai
Allah dan rasul-Nya dibanding berpangku tangan menunggu bantuan orang lain.
Allah Swt. telah memberikan wewenang kepada manusia untuk mengolah sumber daya
alam di bumi.
Mari kita perhatikan Q.S.
al-Jumu’ah/62:10 berikut ini.
Artinya: “Apabila salat telah
dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung”. (Q.S. al-Jumu’ah/62:10)
Apabila manusia mau bekerja keras, maka akan dapat memenuhi kebutuhan pokoknya,
terutama sandang, pangan dan tempat tinggal. Islam sangat menghargai seseorang
yang bekerja keras untuk memperoleh penghidupan yang layak, dan mengkonsumsi
makanan dari hasil usahanya sendiri. Hal ini sesuai dengan hadis berikut ini.
فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُوا۟
فِى ٱلْأَرْضِ وَٱبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِ ٱللَّهِ وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ
تُفْلِحُونَ
Artinya: “Dari al-Miqdam bin Ma’dikariba r.a.
dari Nabi Saw., beliau bersabda: “Tidak ada seseorang makan makanan yang lebih
baik daripada makan hasil usahanya sendiri, dan sesungguhnya Nabi Allah Daud
a.s. makan dari hasil usahanya sendiri”. (H.R. Bukhari)
Beberapa prinsip utama etos kerja dalam Islam antara lain:
1. Ikhlas karena Allah SWT. Niat menjadi landasan utama. Bekerja
dengan niat tulus karena Allah akan mengubah pekerjaan duniawi menjadi amal
ibadah yang berpahala. Ini membuat pekerjaan yang berat menjadi ringan dan
penuh berkah.
2. Kerja Keras dan Sungguh-sungguh. Islam sangat mengutuk kemalasan.
Seorang Muslim didorong untuk bekerja keras (mujahid), bersungguh-sungguh, dan
pantang menyerah. Allah tidak menyukai hamba-Nya yang malas dan bergantung pada
orang lain.
3. Jujur dan Amanah. Kejujuran (shiddiq) adalah pondasi
utama. Seorang Muslim harus jujur dalam setiap transaksi dan perkataan. Amanah
berarti dapat dipercaya dan bertanggung jawab penuh terhadap tugas yang
diberikan. Sifat-sifat ini menumbuhkan kepercayaan dari orang lain.
4. Menghargai Waktu. Waktu adalah aset berharga yang
tidak dapat kembali. Islam mengajarkan pentingnya memanfaatkan waktu dengan
produktif dan efisien, bukan menyia-nyiakannya.
5. Profesional dan Unggul. Bekerja tidak hanya sekadar selesai,
tetapi harus dilakukan dengan kualitas terbaik. Prinsip "ihsan"
(melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya) berlaku dalam segala hal, termasuk
pekerjaan. Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman akan melihat hasil
pekerjaan kita.
Dengan mengamalkan etos kerja yang Islami, seorang Muslim
tidak hanya meraih kesuksesan di dunia, tetapi juga keberkahan dan pahala di
akhirat.
Menerapkan Perilaku Etos Kerja untuk Meraih Kesuksesan
Praktik kerja keras sudah dicontohkan
oleh Rasulullah Saw. sejak beliau masih kanak-kanak. Tercatat dalam sejarah
bahwa pada usia 12 tahun sudah berniaga hingga ke negeri Syam bersama Abu
Thalib. Demikian pula sahabat Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan
Ali bin Abi Thalib merupakan figur teladan dalam bekerja keras.
Pada suatu hari Rasulullah Saw. masuk
ke masjid dan melihat Abu Umamah, salah satu sahabat Anshar sedang duduk
termenung seperti sedang merasa susah. Nabi Saw. bertanya: “mengapa engkau
duduk sendirian di masjid, padahal ini bukan saatnya mengerjakan salat?”. Abu
Umamah menjawab: “Saya ini sedang banyak hutang, pailit, dan tidak punya
semangat untuk bekerja. Saya selalu diliputi perasaan cemas dan ragu”.
Mendengar jawaban tersebut, Rasululullah Saw. memberi nasihat kepada Abu
Umamah, “jauhilah perasaan ragu dan putus asa, malas dan lemah kemampuan,
pengecut dan kikir, gemar berhutang, dan hubungan kurang baik dengan sesama
manusia”. Abu Umamah bersungguh-sungguh melaksanakan semua nasihat tersebut.
Akhirnya kehidupan Abu Umamah menjadi lebih baik dan bahagia. Kisah di atas
merupakan kisah seorang sahabat yang memiliki etos kerja tinggi. Tentunya sifat
mulia ini perlu kita terapkan dalam kehidupan sehari hari.
"Bagi seorang muslim, etos kerja
bukan hanya bertujuan memenuhi kebutuhan hidup duniawi, tetapi tujuan mulia
yakin beribadah kepada Allah Swt." Secara rinci, tujuan bekerja dalam
Islam adalah sebagai berikut:
1. Meraih rida Allah Swt. Bekerja dalam
Islam bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan jasmani, tetapi untuk menghambakan
diri kepada Allah Swt. dan meraih rida dari Nya. Semua aktivitas seorang muslim
di dunia ini seyogyanya diarahkan untuk meraih rida Allah Swt.
2. Menolak kemunkaran Kemunkaran dapat
terjadi pada seseorang yang menganggur. Sebab ada bisikan hawa nafsu dan
syahwat yang dapat menjerumuskannya kedalam kemungkaran. Seseorang yang mengisi
waktunya untuk bekerja berarti telah berhasil menghalau sifat malas dan
menghindari dampak negatif pengangguran.
3. Kepentingan amal sosial Islam
mengajarkan umatnya untuk beramal sosial atau bersedekah sesuai kemampuan yang
dimiliki. Bagi seorang muslim yang bekerja, tenaga dan hasil pekerjaannya dapat
digunakan untuk bersedekah. 4) Memberi nafkah keluarga Seorang suami sebagai
kepala keluarga berkewajiban memberikan nafkah lahir dan batin. Untuk
memberikan kehidupan yang layak kepada anak dan isterinya, maka seorang suami
harus rajin bekerja keras.
Etos kerja seorang muslim harus
meningkat dari waktu ke waktu. Berikut ini merupakan cara meningkatkan etos
kerja, yaitu:
a. Membuat skala prioritas dari semua
pekerjaan yang mendesak untuk segera diselesaikan. Memilih dan menentukan
sebuah pekerjaan yang akan diselesaikan dalam waktu dekat akan meringankan
beban pikiran. Sebab, pikiran yang terlalu berat akan menghambat terselesaikannya
sebuah pekerjaan.
b. Meningkatkan semangat, pengetahuan,
dan keterampilan yang menunjang pekerjaan. Pengetahuan yang luas dan mendalam
tentang hal-hal yang terkait dengan pekerjaan akan sangat menunjang bagi
peningkatan etos kerja. Lebih dari itu keterampilan (skill) dan semangat tinggi
akan semakin meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pekerjaan.
c. Saling memberi motivasi kepada rekan
kerja agar terjaga komitmen untuk maju dan sukses bersama-sama. Banyak faktor
yang mempengaruhi turunnya motivasi untuk meraih sukses. Di antaranya adalah
munculnya rasa malas yang tidak diketahui dari mana asalnya. Hal ini dapat
diatasi dengan saling memberi motivasi di antara teman. Dengan demikian semua
teman akan memiliki semangat untuk maju dan sukses secara bersama sama dalam
meraih cita-cita.
d. Menciptakan suasana kerja yang nyaman
dengan saling menjaga perasaan rekan kerja. Suasana nyaman akan tercipta jika
masing-masing individu tidak mudah menyalahkan orang lain, sebaliknya lebih
banyak mawas diri. Membiasakan diri untuk menyapa sambil melempar senyuman
kepada teman akan membuat hati senang dan bahagia. Dengan demikian suasana
belajar di dalam kelas akan terasa menyenangkan.
e. Melibatkan teknologi canggih dalam
proses pekerjaan. Pada era revolusi industri 4.0 saat ini, teknologi berperan
sangat penting untuk menunjang keberhasilan sebuah pekerjaan, terutama
teknologi informasi dan komunikasi.
Manfaat Etos Kerja
Banyak manfaat yang
diperoleh dari perilaku kerja keras (etos kerja). Manfaat tersebut dapat
dirasakan oleh dirinya sendiri maupun orang lain. Di antara manfaat etos kerja
adalah sebagai berikut:
a. Terbiasa menghargai hasil yang sudah
diraih Pekerjaan yang telah menghasilkan sebuah produk, bagaimanapun bentuk dan
kualitasnya harus tetap dihargai. Karena menghargai karya orang lain akan mampu
memotivasi agar bisa menghasilkan karya lebih baik lagi.
b. Menjaga martabat diri sendiri
Martabat diri akan terjaga jika seseorang bekerja keras untuk memenuhi
kebutuhan. Pasti banyak orang meremehkan apabila hanya bermalas malasan dan
berpangku tangan. Bahkan ia dianggap sebagai orang yag tidak berguna bagi keluarganya.
c. Wujud pengabdian kepada Allah Swt.
Kerja keras yang dilakukan oleh seseorang dengan niat ikhlas karena Allah Swt.,
dan untuk memenuhi kebutuhan hidup merupakan wujud ibadah kepada-Nya.
0 comments:
Posting Komentar