Kamis, 18 Juli 2024

Posted by Rumah Ratu On Kamis, Juli 18, 2024

Manusia sebagai makhluk memang mempunyai keterbatasan pengetahuan dalam banyak hal. Manusia terbatas dalam mengetahui baik sesuatu yang tampak maupun yang tak tampak atau gaib. Manusia juga terbatas dalam memprediksi apa yang akan terjadi pada dirinya dan orang lain, dan lain sebagainya.

Karena keterbatasan itulah, maka manusia membutuhkan agama untuk membantu dan memberikan pencerahan spiritual untuk dirinya sendiri. Manusia membutuhkan agama bukan sekedar untuk kebaikan dirinya di hadapan Allah, tapi juga agar bisa membantu dirinya dalam menghadapi bermacam-macam masalah dalam hidup.

banyak orang yang beragama, tetapi tidak mengenal agamanya dengan baik. Padahal, mengenal agama seharusnya berada pada tahapan awal sebelum mengamalkan ajarannya. Tetap realitanya, keberagamaan sebagian besar dari mereka tidak sebagaimana mestinya

Dalam sebuah hadis Malaikat Jibril pernah mendatangi Nabi Muhammad yang pada saat itu sedang berkumpul bersama para sahabat untuk mengajarkan kepada mereka Agama Islam.

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضًا قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ, لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ, حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم, فأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ, وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ, وَ قَالَ : يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِسْلاَمِ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم : اَلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ, وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ, وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ, وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً. قَالَ : صَدَقْتُ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْئَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ, قَالَ : أَنْ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ. قَالَ : صَدَقْتَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ, قَالَ : أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ قَالَ : مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا, قَالَ : أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا, وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِيْ الْبُنْيَانِ, ثم اَنْطَلَقَ, فَلَبِثْتُ مَلِيًّا, ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرُ, أَتَدْرِيْ مَنِ السَّائِل؟ قُلْتُ : اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ : فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu berkata :

Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah ﷺ. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi, kemudian ia berkata :

“Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.”

Rasulullah ﷺ menjawab,”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,” lelaki itu berkata,”Engkau benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya.

Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”.

Nabi menjawab,”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.”

Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”.

Nabi ﷺ menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.”

Lelaki itu berkata lagi : “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?” Nabi menjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.” Dia pun bertanya lagi : “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!”

Nabi menjawab,”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi.”

Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku : “Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?”

Aku menjawab,”Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” Beliau bersabda,”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.” [HR Muslim]

Hadits ini adalah hadits pertama yang disebutkannya di dalam Shahîh Muslim. hal ini menunjukkan akan pentingnya kedudukan hadis ini karena di dalamnya membahas tingkatan-tingkatan dalam beragama.[1]

1.    Islam

Islam secara bahasa berasal dari kata aslam-yuslim-islam yang berarti : tunduk dan patuh, berserah diri,  keselamatan, kedamaian dan kemurnian.

Dari pembahasan diatas bisa kita bisa tambahkan bahwa Islam memiliki makna secara umum dan khusus.

Makna Islam secara umum adalah,

الاستسلام لله باتباع رسله في كل حين

“Berserah diri kepada Allah dengan mengikuti ajaran para rasul-Nya di setiap zaman.” [2]

Artinya, Islam dalam makna umum ini adalah agama seluruh nabi dan rasul. Sehingga setiap manusia yang beriman kepada nabi atau rasul yang diutus adalah muslim. Yahudi yang taat kepada Nabi Musa ‘alaihis salaam di zaman itu adalah muslim. Nasrani yang taat kepada Nabi Isa ‘alaihis salaam di zaman itu juga muslim. Karena inti agama mereka sama dengan Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِيٓ إِلَيۡهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعۡبُدُونِ

“Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum Engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah), melainkan Aku, maka sembahlah Aku.” (QS. Al-Anbiya’: 25)

Sedangkan makna Islam secara khusus adalah Nama agama yang dibawa oleh nabi penutup Muhammad ﷺ dan nama untuk orang-orang yang mengikuti ajarannya.” [3]

Dengan kata lain Islam dalam makna khusus adalah agama yang dianut oleh umat Nabi Muhammad sampai hari kiamat. Oleh karenanya pada zaman ini tidak boleh seorang pun beribadah kepada Allah, kecuali melalui syariat yang diajarkan oleh rasul Muhammad ﷺ. Entah itu menggunakan agama samawi lainnya seperti Yahudi dan Nasrani, atau menggunakan ajaran lain, tidak boleh. Rasulullah ﷺ telah menegaskan,

لا يسمع بي أحد من هذه الأمة يهودي ولا نصراني ثم يموت ولم يؤمن بالذي أرسلت به إلا كان من أهل النار

“Tidaklah seseorang dari umat ini baik dari Yahudi atau Nasrani mendengar ajaranku kemudian wafat dalam keadaan tidak beriman kepada ajaran yang aku bawa, kecuali ia menjadi penghuni neraka.” (HR. Muslim)

Allah berfirman dalam al-Qur’an

إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلْإِسْلَٰمُ ۗ وَمَا ٱخْتَلَفَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ إِلَّا مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلْعِلْمُ بَغْيًۢا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ فَإِنَّ ٱللَّهَ سَرِيعُ ٱلْحِسَابِ

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya[4]

Dalam hadist yang menjelaskan tentang Islam ini hal pertama yang dijelaskan adalah :

A.  Syahadat

Syahadat La Ilaha ilAllah dan syahadat Muhammad Rasulullah. Kedua syahadat ini saling berkaitan erat (tidak bisa terpisahkan), dan berlaku kepada seluruh manusia dan jin, dari semenjak diutusnya Nabi ﷺ hingga datangnya hari kiamat.

Syahadat La ilaha illallah itu maknanya adalah tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah. Kalimat  ini mengandung dua rukun, yaitu :

1.    Nafyun (Peniadaan) secara menyeluruh artinya menunjukkan peniadaan peribadatan kepada semuanya selain Allah

2.    Itsbatun (penetapan) secara secara khusus artinya menunjukkan penetapan ibadah yang khusus bagi Allah semata yang tiada sekutu bagiNya.

Maka kata La ilaha di sini meniadakan segala bentuk tuhan-tuhan selain Allah, dan menetapkan segala bentuk ibadah hanya bagi Allah semata.

Makna syahadat Muhammad Rasulullah adalah

1.    Mencintai beliau melebihi segala bentuk kecintaan terhadap makhluk lainnya,

2.    Menaati segala hal yang beliau perintahkan, menjauhi semua yang beliau larang.

3.    Membenarkan semua berita yang beliau sampaikan, baik itu berita yang telah lalu, masa depan ataupun yang sedang terjadi, meskipun sesuatu yang tidak bisa disaksikan maupun yang tidak bisa dilihat.

4.    Beribadah kepada Allah sesuai dengan tuntunan beliau.

Ikhlas di dalam beramal dan mencontoh tuntunan Rasulullah ﷺ adalah konsekuensi dari syahadat la ilaha illallah dan Muhammad Rasulullah. Semua bentuk amalan yang dikerjakan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah (ibadah), maka haruslah ikhlas karena Allah semata dan selaras dengan sunnah Rasulullah. Apabila keikhlasan itu hilang dari suatu amalan, maka tidak akan diterima amalan tersebut, sebagaimana firman Allah

وَقَدِمْنَآ إِلَىٰ مَا عَمِلُوا۟ مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَٰهُ هَبَآءً مَّنثُورًا

“Dan kami perlihatkan segala amalan yang mereka kerjakan itu, lalu kami jadikan amalan itu bagai debu yang beterbangan.” [5]

Apabila yang hilang itu ittiba (mencontoh Nabi), maka amalannya ditolak, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:

”Barangsiapa yang mengada-adakan suatu amalan di dalam agama yang tidak ada tuntunannya maka amalannya tertolak.” (HH Bukhari : 2697 dan Muslim : 1718).

B.  Mendirikan salat

Shalat merupakan perkara yang paling penting, Siapa saja yang menjaga shalat, berarti dia telah menjaga agamanya. Dan siapa saja yang menyia-nyiakan shalat, maka dia akan lebih-lebih lagi menyia-nyiakan lagi selain ibadah shalat. Maka, tidak ada bagian dari Islam bagi orang yang meninggalkan shalat.”

Shalat adalah ibadah yang membedakan antara seorang muslim dan orang kafir, barang Siapa yang menjaga ibadah shalat, maka hati, wajah, kubur, dan hari kebangkitannya akan bercahaya, dia akan mendapatkan keselamatan pada hari kiamat. Dia pun akan dikumpulkan bersama-sama dengan orang-orang yang telah mendapatkan nikmat, baik itu para Nabi, shiddiqiin, asy-syuhada’, dan ash-shalihin.

Terdapat dalam sebuah hadits, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,

الصلاة عمود الدين

“Shalat adalah tiang agama.”

Tiang adalah penyangga apabila tiang ini roboh maka luluh lantaklah segala yang ada diatasnya

C.  Menunaikan zakat

Menunaikan zakat berarti mengeluarkan sebagian harta yang dititipkan Allah kepada kita. Ibadah ini wajib dilaksanakan seorang muslim, karena di dalam harta yang kita miliki ada hak orang lain. Agar harta kita bersih dan berkah, maka zakat harus dikeluarkan. Ibadah zakat yang wajib dilaksanakan adalah zakat fitrah yang dilaksanakan di bulan Ramadhan. Zakat fitrah dikerjakan dengan memberikan makanan pokok setara dengan 2,7 kg beras kepada golongan yang berhak menerima zakat.

Selain zakat fitrah yang berfungsi mensucikan jiwa, ada juga zakat maal yang berguna untuk membersihkan harta. Zakat maal atau zakat harta dikeluarkan setelah harta mencapai batas tertentu.

D.  Melaksanakan ibadah puasa 

Berpuasa berarti menahan nafsu dari makan dan minum, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Ibadah ini dilakukan seorang muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah, agar menjadi hamba yang bertaqwa.

Ada puasa yang wajib dikerjakan oleh seorang muslim, yaitu ibadah puasa Ramadhan. Ibadah puasa tersebut dilaksanakan selama satu bulan penuh, di bulan Ramadhan. Tidak boleh seorang muslim meninggalkan ibadah puasa ini tanpa alasan yang diperbolehkan, misalnya sakit atau dalam perjalanan yang berat.

E.   Mengerjakan ibadah haji

Haji merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima dan dia merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan bagi seorang muslim yang mampu, sebagaimana telah digariskan dan ditetapkan dalam Al-Qur’an, As-Sunnah dan Ijma’.

2.    Iman

Jawaban kedua Nabi Muhammad atas pertanyaan ini adalah tentang rukun iman, Para ulama mendefinisikan iman yaitu ucapan dengan lisan, keyakinan hati, serta pengamalan dengan anggota badan,  bisa bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Inilah makna iman menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Diantara rukun iman yang enam adalah:

a.    Beriman Kepada Allah

Mengimani Allah merupakan asas keimanan terhadap semua hal yang wajib diimani. Seperti Iman kepada Malaikat, kepada Kitab Suci dan kepada Para Rasul. Barang siapa tidak beriman kepada Allah otomatis tidak beriman kepada seluruh rukun iman lainnya.

Iman kepada Allah itu, mencakup keimanan kepada Wujud Allah, Rububiyah, Uluhiyah dan Asma wa Shifat Allah. Allah itu hanya disifati dengan segala kesempurnaan yang layak bagi-Nya, yang terbebas dari segala bentuk kekurangan. Karena itulah, wajib mentauhidkan Allah di dalam Rububiyah, Uluhiyah dan Asma wa Shifat-Nya.

1.    Tauhid Rububiyah itu adalah menetapkan bahwa Allah itu satu/tunggal di dalam perbuatan-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya, seperti menciptakan, memberi rezeki, mematikan, menghidupkan, mengatur dan mengelola seluruh alam semesta, serta perbuatan lainnya yang berkaitan dengan rububiyah-Nya.

2.    Tauhid Uluhiyah itu adalah mentauhidkan Allah dengan perbuatan hamba-hambanya, seperti doa, rasa takut, harap, tawakkal, memohon pertolongan, memohon perlindungan, istighotsah (memohon bantuan), menyembelih, nadzar, dan ibadah-ibadah lainnya yang wajib ditujukan hanya untuk Allah saja, dan tidak boleh dipalingkan kepada selain-Nya, meskipun kepada malaikat terdekat atau nabi yang diutus, apalagi kepada selain mereka.

3.    Tauhid Asma wa Shifat, adalah menetapkan nama-nama dan sifat-sifat yang ditetapkan sendiri oleh Allah bagi diri-Nya, dan ditetapkan oleh Rasulullah yang sesuai dengan kesempurnaan dan kemuliaan-Nya.

Sebagaimana firman Allah

لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

“Tidak ada satupun yang serupa dengan-Nya dan Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”[6]

 

b.    Beriman kepada Malaikat

Mengimani Malaikat dengan cara mempercayai bahwa mereka adalah termasuk bagian dari makhluk Allah. Mempercayai bahwa:

1.    Malaikat diciptakan dari cahaya, sebagaimana di dalam hadits Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,

خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ

 

“Malaikat diciptakan dari cahaya. Jin diciptakan dari nyala api. Adam diciptakan dari apa yang telah ada pada kalian.” (HR. Muslim)

2.    Malaikat itu memilki sayap sebagaimana disebutkan di dalam ayat pertama surat Fathir.

الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا أُولِي أَجْنِحَةٍ مَثْنَىٰ وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ ۚ يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِير

Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Jibril memiliki 600 bilah sayap sebagaimana dinyatakan dalam hadits yang valid dari Rasulullah ﷺ yang telah disebutkan sebelumnya. Malaikat ini makhluk yang jumlahnya sangat banyak, tidak ada yang tahu jumlahnya kecuali Allah   sendiri. Yang menunjukkan hal ini adalah, Baitul Ma’mur yang terletak di langit ketujuh, setiap hari masuk ke dalamnya 70.000 malaikat yang tidak kembali lagi. [HR Bukhari : 3207 dan Muslim : 259].

Diantara Malaikat, itu ada yang bertugas menyampaikan Wahyu, menjaga daratan, mencabut nyawa, meniupkan ruh ke Rahim, menjaga surga dan neraka, dan selainnya. Semuanya bertugas dengan berserah diri lagi tunduk patuh terhadap perintah Allah. Mereka tidak pernah sedikitpun memaksiati Allah dan membangkang dari perintah-Nya serta selalu melaksanakan apa yang diperintahkan. Diantara Malaikat itu ada yang disebutkan namanya di dalam al-Qur’an dan sunnah, seperti Jibril, Mikail, Israfil, Malik, Munkar dan Nakir. Maka wajib mengimani semua malaikat baik yang disebutkan namanya maupun yang tidak disebutkan. Selain itu juga wajib mengimani dan membenarkan semua informasi mengenai Malaikat yang ada di dalam alQur’an yang mulia dan hadits Nabi yang shahih.

c.    Beriman dengan Kitab-Kitab Allah.

Membenarkan dan menetapkan semua kitab yang diturunkan oleh Allah kepada para rasul-Nya.

Kitab Allah itu mengandung kebahagiaan bagi mereka yang diturunkan kepadanya kitab suci ini. Siapa yang mengambilnya niscaya akan selamat dan beruntung. Dan siapa saja yang berpaling darinya akan celaka dan rugi. Diantara kitab-kitab suci ini ada yang disebutkan namanya di dalam al-Qur’an dan ada pula yang tidak. Kitab suci yang disebutkan namanya di dalam al-Qur’an adalah Taurat, Injil, Zabur, dan Shuhuf Ibrahim serta Musa.

Namun patut diperhatikan bahwa beriman kepada Kitab Allah juga harus membenarkan apa yang ada dalam kitab kitab terdahulu namun harus mengikuti syariat yang ada dalam al-Qur’an saja.

d.    Beriman kepada Rasul

Yaitu membenarkan dan menetapkan bahwa Allah memilih diantara manusia para utusan dan nabi, yang mengarahkan manusia kepada kebenaran, dan mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Allah   berfirman (yang artinya) :

ٱللَّهُ يَصْطَفِى مِنَ ٱلْمَلَٰٓئِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ ٱلنَّاسِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌۢ بَصِيرٌ

“Allah memilih para utusan-Nya dari malaikat dan dari manusia.[7]

Para Nabi dan Rasul telah menyampaikan segala syariat yang diperintahkan secara totalitas dan sempurna, sebagaimana firman Allah   :”

فَهَلْ عَلَى ٱلرُّسُلِ إِلَّا ٱلْبَلَٰغُ ٱلْمُبِينُ

Bukankah kewajiban para rasul itu hanya menyampaikan dengan jelas?” (QS an-Nahl 35);

Para Rasul ini, ada yang dikisahkan di dalam al-Qur’an dan adapula yang tidak dikisahkan, sebagaimana firman Allah:”

وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنَٰهُمْ عَلَيْكَ مِن قَبْلُ وَرُسُلًا لَّمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ ۚ وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًا

Dan sejumlah rasul yang telah Kami kisahkan mereka kepadamu sebelumnya, dan ada pula sejumlah rasul yang tidak Kami kisahkan mereka kepadamu dan allah berbicara kepada Musa.” (QS an-Nisa`:164).

Rasul yang dikisahkan di dalam al-Qur’an ada 25 orang. Yang 18 orang disebutkan di dalam surat al-An’am yaitu firman-Nya   :” Dan itulah keterangan yang Kami berikan kepada Ibrahîm untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan derajat siapa saja yang Kami kehendaki. Sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Dan Kami telah menganugerah-kan Ishaq dan Ya’qûb kepadanya. Kepada masing-masing telah Kami beri petunjuk. Dan sebelum itu, Kami telah memberi petunjuk kepada Nûh, dan kepada sebagian dari keturunannya (Ibrahîm), yaitu Dawud, Sulayman, Ayyûb, Yûsuf, Mûsa dan Harûn. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Zakariya, Yahya, Îsa dan Ilyas, semuanya termasuk orang-orang yang shalih. Isma’îl, Ilyasa’, Yûnus dan Lûth, masing-masing Kami lebihkan di atas umat lainnya.” (QS al-An’am : 83-6). Adapun ketujuh Nabi lainnya yang tersisa, yaitu Adam, Idrîs, Hûd, Shalih, Syu’aib, Dzûlkifli dan Muhammad -semoga sholawat, salam dan keberkahan bagi mereka semua-.

e.    Beriman kepada hari akhir,

Membenarkan dan menetapkan segala sesuatu yang berasal dari al-Qur’an dan sunnah, yang menjelaskan tentang segala kejadian setelah kematian. Allah telah menjadikan dua macam negeri, yaitu negeri dunia dan negeri akhirat. Yang menjadi pemisah utama kedua negeri ini adalah kematian dan ditiupnya sangkakala yang menyebabkan semua yang masih hidup di akhir dunia mati. Setiap yang mati, akan datang kiamatnya. Ia telah berpindah dari negeri amalan kepada negeri balasan. Kehidupan setelah kematian ada 2 macam :

a.    Kehidupan Barzakhiyah , yaitu fase diantara kematian dan kebangkitan (alam kubur).

b.    Kehidupan setelah kematian (setelah bangkit dari kematian)

Kehidupan Barzakhiyah tidak ada seorang pun yang mengetahui hakikatnya kecuali Allah semata, lalu diikuti dengan kebangkitan setelah kematian. Di kedua kehidupan (setelah kematian) ini adalah waktunya balasan setelah amalan. Orang-orang yang beruntung, mereka mendapatkan kenikmatan di alam kubur dan kenikmatan surga. Sedangkan orang-orang yang celaka, mereka mendapatkan adzab di dalam kubur dan adzab neraka.

Termasuk bagian dari keimanan kepada hari akhir adalah mengimani

·      al-Ba’ts (hari seluruh makhluq dibangkitkan dari kematiannya setelah tiupan sangkakala),

·      al-Hasyr (hari ketika seluruh makhluq dikumpulkan di padang Mahsyar untuk dihisab),

·      asy-Syafa’ah,

·      al-Haudh (telaga Nabi)

·      alHisab (perhitungan amalan)

·      al-Mîzan (timbangan amalan)

·      ash-Shirath (titian), surga, neraka dan selainnya yang berasal dari al-Qur’an dan sunnah.

 

 

f.     Beriman kepada Takdir

Yaitu mengimani bahwa Allah telah menetapkan segala sesuatu apapun hingga hari kiamat. Takdir Allah ini memiliki 4 tingkatan, yaitu :

a.    Pengetahuan (Ilmu) Allah yang bersifat azali (tidak diawali atau memiliki permulaan) terhadap segala sesuatu yang ada.

b.    Penulisan (Kitabah) tentang takdir 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.

c.    Kehendak (Masyi’ah) Allah terhadap sesuatu yang ditentukan (ditakdirkan).

d.    Penciptaan (Khalq) dan pengadaan segala sesuatu yang telah ditentukan, sesuai dengan ilmu, kitabah dan masyi’ah Allah. Karena itu wajib mengimani keempat tingkatan takdir ini, dan berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang Allah kehendaki pasti terwujud, dan segala sesuatu yang tidak Allah kehendaki, tidak akan terwujud. Inilah makna dari sabda Nabi ﷺ:”

وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ )) رَوَاهُ التِّرْمِذِي

Ketahuilah, bahwa segala sesuatu yang (ditetapkan) menimpamu tidak akan meleset darimu, dan segala sesuatu yang (ditetapkan) meleset darimu, tidak akan menimpa dirimu.”

Di dalam hadits di atas, Nabi ﷺ menjawab pertanyaan Jibril ketika bertanya tentang Islam dengan perkara-perkara yang bersifat zhahir. Namun, ketika Jibril bertanya tentang iman, maka Nabi ﷺ menjawabnya dengan perkara-perara yang bersifat bathin. Lafazh Islam dan Iman, termasuk lafazh yang apabila disebutkan keduanya secara bersamaan, maka maknanya berbeda.

Di dalam hadits ini, kedua lafazh tersebut disebutkan secara bersamaan, karena itu Islam diartikan sebagai perkara yang bersifat zhahir (tampak). Hal ini sesuai dengan pengertian Islam itu sendiri, yaitu “penyerahan diri dan tunduk patuh kepada Allah  “. Sedangkan iman, diartikan sebagai perkara yang bersifat bathin (tidak tampak). Hal ini sesuai dengan pengertian iman itu sendiri, yaitu “pembenaran dan penetapan”. Namun apabila kedua lafazh ini disebutkan sendirian saja, maka mengandung kedua makna tersebut sekaligus, yaitu perkara zhahir dan bathin. Diantara penyebutan kata Islam secara sendirian misalnya dalam firma n Allah  ) yang artinya) :

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ ٱلْإِسْلَٰمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ

“Barangsiapa yang menghendaki agama selain Islam, maka tidak akan diterima darinya sedangkan ia di akhirat termasuk golongan orang yang merugi.” [8]

Di ayat ini Allah hanya menyebutkan kata Islam sendirian tanpa Iman, maka artinya mencakup perkara zhahir dan bathin,  Diantara penyebutan kata Iman secara sendirian misalnya dalam firman Allah  ) yang artinya) : “

وَمَن يَكْفُرْ بِٱلْإِيمَٰنِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُۥ وَهُوَ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ

Barangsiapa yang mengingkari keimanan maka terhapuslah seluruh amalannya, dan dia di akhirat termasuk golongan orang-orang yang merugi.” [9]

Diayat ini Allah hanya menyebutkan kata keimanan sendirian tanpa disertai kata Islam, maka artinya mencakup perkara zhahir dan bathin,

Yang serupa dengan hal ini adalah juga kata Fakir dan Miskin, Birr dan Takwa, dll. [Yaitu apabila disebutkan bersamaan maka maknanya berbeda, namun apabila disebutkan terpisah/sendirian maka maknanya saling mencakup,

3.    Ihsan

Dalam hadits ini ada pertanyaan berkaitan dengan ihsan saat seorang lelaki tersebut berkata: “Sampaikan kepadaku apa itu ihsan?” Nabi ﷺ menjawab : “Anda beribadah kepada Allah seakan-akan dapat melihat-Nya, namun apabila anda tidak mampu maka sesungguhnya Allah bisa melihatmu.”

Ihsan itu adalah tingkatan tertinggi, yang lebih rendah darinya adalah tingkatan Iman, dan yang lebih rendah lagi adalah tingkatan Islam. Setiap mu’min (orang yang beriman) itu pasti muslim, dan setiap muhsin (orang yang ihsan), maka pasti mu’min dan muslim. Namun tidaklah setiap muslim itu mu’min apalagi muhsin. Karena itulah di dalam surat al-Hujurat, Allah   berfirman :

قَالَتِ ٱلْأَعْرَابُ ءَامَنَّا ۖ قُل لَّمْ تُؤْمِنُوا۟ وَلَٰكِن قُولُوٓا۟ أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ ٱلْإِيمَٰنُ فِى قُلُوبِكُمْ ۖ وَإِن تُطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ لَا يَلِتْكُم مِّنْ أَعْمَٰلِكُمْ شَيْـًٔا ۚ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Orang-orang Badui berkata, “Kami telah beriman”, maka katakanlah kepada mereka, “Kamu belum beriman, tetap katakanlah kami telah tunduk (muslim). Karena keimanan belum merasuk ke dalam hatimu.” (QS alHujurat : 14)

Di dalam hadits ini, terdapat keterangan tentang betapa tingginya derajat ihsan ini, yaitu dalam sabda Nabi ﷺ:” Anda beribadah kepada Allah seakan-akan dapat melihat-Nya”, maksudnya yaitu Anda mengibadahi Allah seakan-akan Anda sedang berdiri di hadapan-Nya melihat-Nya. Jika bisa seperti ini maka sesungguhnya ia datang beribadah dengan sempurna dan lengkap. Apabila ia belum mampu seperti kondisi ini, maka hendaknya ia merasakan bahwa Allah sedang memandangi dirinya dan tidak ada satupun yang tertutupi darinya (tidak diketahui Allah). Sehingga ia pun menjadi hati-hati dengan yang Allah larang karena Allah melihatnya, dan Ia pun (bersemangat) mengerjakan yang Allah perintahkan karena Ia melihatnya.

 

 

Bahan Evaluasi


Berilah tanda silang pada huruf A, B, C, D, atau E yang dianggap paling tepat!

 

1.    Perhatikan teks narasi berikut.

 “Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah ada seorang pengemis Yahudi buta, yang setiap hari selalu menghina Rasulullah Saw., dan apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata, wahai saudaraku jangan dekati Muhammad nanti kalian akan dipengaruhinya. Tidak orang yang peduli kepadanya akan tetapi setiap pagi Rasulullah Saw. mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah  kata pun Rasulullah Saw. menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu”.

Dari teks narasi tersebut yang harus kita teladani dari sikap pribadi Rasulullah Saw adalah ....

a.    Cara menyapa orang buta

b.    Cara menyampaikan dakwah

c.    Akhlak dan pribadi Rasulullah Saw.

d.    Pengemis yang tidak tahu berterimakasih

e.    Kebaikan tidak selalu dibalas dengan kebaikan

 

2.    Khairil seorang pelajar SMA yang baru lulus, dia bercita-cita ingin melanjutkan ke perguruan tinggi fakultas teknik Universitas Lambung Mangkurat. Dengan semangat belajar yang gigih, disertai rajin salat dan beribadah Khairil diterima di fakultas tersebut.

Selama diifakultas teknik Ardi tetap selalu salat, baca Al-Qur’an dan bangun malam untuk melakukan salat tahajud. Dari teks narasi tersebut dapat diambil pelajaran bahwa ...

a.    Mahasiswa harus taat beribadah

b.    Khairil seorang yang khusuk dalam salatnya

c.    Orang yang bersyukur akan ditambah nikmatnya

d.    Khairil adalah mahasiswa yang rajin membaca Al-Qur’an

e.    Khairil seorang muslim yang bersyukur dengan tetap istiqomah dalam ibadah

 

3.     Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut!

a)   Diyakini dalam hati

b)   Diucapkan dengan lisan

c)    Dilaksanakan tanpa paksaan  

d)   Diamalkan dengan anggota tubuh

e)   Dilakukan saat pagi dan petang

 Dari pernyataan tersebut yang merupakan definisi iman adalah ….

a.    1, 2, 3 dan 4

b.    1, 2, 3 dan 5

c.    1, 2 dan 4

d.    2, 3 dan 4

e.    3, 4 dan 5

 

4.    Perhatikan firman Allah Swt. berikut:

 

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ ٱلْإِسْلَٰمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ

Arti yang tepat dari ayat yang bergaris bawah adalah ....

a.    Orang muslim satu dengan lainnya adalah saudara

b.    Agama yang paling sempurna adalah agama Islam

c.    Sesungguhnya agama yang diridhai hanyalah Islam

d.    Orang yang rugi di akherat adalah meninggalkan salat

e.    Barang siapa yang mengambil agama selain Islam akan ditolak

 

5.    Manusia tidak bersifat ma’sum, di suatu waktu memungkinkan berbuat khilaf atau dosa. Berdasarkan ajaran Islam, bila kita berbuat khilaf atau dosa, maka segera ....

a.    bertaubat memohon ampun atas dosa yang dilakukan

b.    menangisi dan mengakui atas kelemahan diri sendiri

c.    melakukan konsultasi dengan ustadz atau guru ngaji

d.    membaca Al-Qur’an dan memohon ampun Allah

e.    berupaya menenangkan diri untuk tidak depresi

 

6.    Keimanan seseorang memiliki ciri yang sangat khas dan bersifat dinamis. Mayoritas ulama memandang keimanan selalu beriringan dengan amal saleh, sehinga mereka menganggap keimanan akan bertambah dengan bertambahnya amal saleh, demikian juga kondisi hati manusia yang selalu dinamis sehingga kadang iman bertambah dan adakalanya berkurang. Contoh berikut merupakan kondisi bertambahnya keimana seseorang ....

a.    Pak Rangga setelah menuaikan ibadah haji bertambah pelit dan jarang bersedekah

b.    Setelah panen raya, Pak Semongko bersedekah dengan membagikan sebagian hasil penen yang afkiran

c.    Pak Ajis saat bercocok tanam berniat akan bersedekah jika hasil tanamanya untung banyak

d.    Ibu Halimah setiap kegiatan PKK selalu membawa makanan-makanan ringan

e.    Pak Radit setelah panen hasil sawahnya selalu mengeluarkan zakat 2,5 % dan bersedekah kepada para tetangganya 

 

7.    Perhatikan potongan Q.S. al-Anfal ayat 2 berikut!

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

 

Contoh perilaku yang sesuai dengan kandungan dalam ayat yang

bergaris bawah adalah ....

a.    Imran selalu khusuk berzikir di masjid sebelum melakukan salat fardu

b.    Setelah melakukan salat dhuhur, Ali bersegera kembali ke tempat pekerjaannya

c.    Ketika mendengar adzan, Amir bersegera mengambil air wudhu dan pergi ke masjid

d.    Husna selalu membawa makanan ke sekolah untuk diberikan kepada teman-temanya

e.    Ketika ayat Al-Qur’an dikumandangkan dari masjid, Fulan tetap asyik bermain game online

 

8.    Rudi dan Nanang berboncengan ketika pulang sekolah, di pertigaan tiba-tiba melihat teman dari sekolah lain terjatuh dari sepeda dan sontak Rudi dan Nanang berhenti untuk menolong.

Sikap Rudi dan Nanang semacam ini termasuk ....

a.    Ihsan kepada makhluk Allah

b.    Ihsan kepada sesama manusia

c.    Supaya dikatakan suka menolong

d.    Panggilan nurani sebagai manusia

e.    Merasa terpanggil untuk menolong

 

9.    Rasulullah Saw. telah mengajarkan dua kalimat yang mencerminkan keimanan seorang muslim, yaitu:

أَشْهَدَ أَنْ لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Kalimat tersebut dalam Islam disebut juga dengan ...

a.    Kalimatul Islam

b.    Kalimat thayyibah

c.    Dua kalimat yang mulia

d.    Kalimat utama dalam Islam

e.    Syahadat tauhid dan syahadat rasul

 

10.       Perhatikan potongan hadis berikut ....

أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

Potongan hadis tersebut merupakan pengertian dari ....

a.    Iman

b.    Islam

c.    Ihsan

d.    Mukmin

e.    Muslim



 

[2] (Fatawa Islam no. 195365)

[3] (Fatawa Islam no. 195365)

[6] https://tafsirweb.com/9101-surat-asy-syura-ayat-11.html

[8] https://tafsirweb.com/1217-surat-ali-imran-ayat-85.html

[9] https://tafsirweb.com/1889-surat-al-maidah-ayat-5.html

 

0 comments:

Posting Komentar