Manusia sebagai
makhluk memang mempunyai keterbatasan pengetahuan dalam banyak hal. Manusia
terbatas dalam mengetahui baik sesuatu yang tampak maupun yang tak tampak atau
gaib. Manusia juga terbatas dalam memprediksi apa yang akan terjadi pada
dirinya dan orang lain, dan lain sebagainya.
Karena keterbatasan
itulah, maka manusia membutuhkan agama untuk membantu dan memberikan pencerahan
spiritual untuk dirinya sendiri. Manusia membutuhkan agama bukan sekedar untuk
kebaikan dirinya di hadapan Allah, tapi juga agar bisa membantu dirinya dalam
menghadapi bermacam-macam masalah dalam hidup.
banyak orang yang
beragama, tetapi tidak mengenal agamanya dengan baik. Padahal, mengenal agama
seharusnya berada pada tahapan awal sebelum mengamalkan ajarannya. Tetap
realitanya, keberagamaan sebagian besar dari mereka tidak sebagaimana mestinya
Dalam sebuah hadis
Malaikat Jibril pernah mendatangi Nabi Muhammad yang pada saat itu sedang
berkumpul bersama para sahabat untuk mengajarkan kepada mereka Agama Islam.
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ أَيْضًا قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ
شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ, لاَ يُرَى عَلَيْهِ
أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ, حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم, فأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ,
وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ, وَ قَالَ : يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ
الإِسْلاَمِ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم :
اَلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا
رَسُوْلُ اللهِ, وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ, وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ, وَتَصُوْمَ
رَمَضَانَ, وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً. قَالَ :
صَدَقْتُ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْئَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ
عَنِ الإِيْمَانِ, قَالَ : أَنْ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ,
وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ.
قَالَ : صَدَقْتَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ, قَالَ : أَنْ
تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ.
قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ قَالَ : مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا
بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا, قَالَ :
أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا, وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ
رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِيْ الْبُنْيَانِ, ثم اَنْطَلَقَ, فَلَبِثْتُ
مَلِيًّا, ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرُ, أَتَدْرِيْ مَنِ السَّائِل؟ قُلْتُ : اللهُ
وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ : فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ
دِيْنَكُمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Umar bin Khaththab
Radhiyallahu anhu berkata :
Suatu ketika, kami
(para sahabat) duduk di dekat Rasululah ﷺ. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang
lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak
terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di
antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya
disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha
Nabi, kemudian ia berkata :
“Hai, Muhammad!
Beritahukan kepadaku tentang Islam.”
Rasulullah ﷺ
menjawab,”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan
benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah;
menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau
menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,” lelaki itu
berkata,”Engkau benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang
membenarkannya.
Kemudian ia bertanya
lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”.
Nabi menjawab,”Iman
adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para
RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang
buruk,” ia berkata, “Engkau benar.”
Dia bertanya lagi:
“Beritahukan kepadaku tentang ihsan”.
Nabi ﷺ
menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau
melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
Lelaki itu berkata lagi
: “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?” Nabi menjawab,”Yang ditanya
tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.” Dia pun bertanya lagi :
“Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!”
Nabi menjawab,”Jika
seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang yang
bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta pengembala kambing
telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi.”
Kemudian lelaki
tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku :
“Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?”
Aku menjawab,”Allah dan
RasulNya lebih mengetahui,” Beliau bersabda,”Dia adalah Jibril yang mengajarkan
kalian tentang agama kalian.” [HR Muslim]
Hadits
ini adalah hadits pertama yang disebutkannya di dalam Shahîh Muslim. hal ini
menunjukkan akan pentingnya kedudukan hadis ini karena di dalamnya membahas
tingkatan-tingkatan dalam beragama.[1]
1.
Islam
Islam
secara bahasa berasal dari kata aslam-yuslim-islam yang berarti : tunduk dan
patuh, berserah diri, keselamatan,
kedamaian dan kemurnian.
Dari pembahasan diatas
bisa kita bisa tambahkan bahwa Islam memiliki makna secara umum dan khusus.
Makna Islam secara umum
adalah,
الاستسلام لله باتباع
رسله في كل حين
“Berserah diri kepada
Allah dengan mengikuti ajaran para rasul-Nya di setiap zaman.” [2]
Artinya, Islam dalam
makna umum ini adalah agama seluruh nabi dan rasul. Sehingga setiap manusia
yang beriman kepada nabi atau rasul yang diutus adalah muslim. Yahudi yang taat
kepada Nabi Musa ‘alaihis salaam di zaman itu adalah muslim. Nasrani yang taat
kepada Nabi Isa ‘alaihis salaam di zaman itu juga muslim. Karena inti agama
mereka sama dengan Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ. Allah Ta’ala
berfirman,
وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن
قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِيٓ إِلَيۡهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ
أَنَا۠ فَٱعۡبُدُونِ
“Kami tidak mengutus
seorang rasul pun sebelum Engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya
bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah), melainkan Aku, maka sembahlah
Aku.” (QS. Al-Anbiya’: 25)
Sedangkan makna Islam
secara khusus adalah Nama agama yang dibawa oleh nabi penutup Muhammad ﷺ dan
nama untuk orang-orang yang mengikuti ajarannya.” [3]
Dengan kata lain Islam
dalam makna khusus adalah agama yang dianut oleh umat Nabi Muhammad sampai hari
kiamat. Oleh karenanya pada zaman ini tidak boleh seorang pun beribadah kepada
Allah, kecuali melalui syariat yang diajarkan oleh rasul Muhammad ﷺ. Entah itu
menggunakan agama samawi lainnya seperti Yahudi dan Nasrani, atau menggunakan
ajaran lain, tidak boleh. Rasulullah ﷺ telah menegaskan,
لا يسمع بي أحد من هذه
الأمة يهودي ولا نصراني ثم يموت ولم يؤمن بالذي أرسلت به إلا كان من أهل النار
“Tidaklah seseorang
dari umat ini baik dari Yahudi atau Nasrani mendengar ajaranku kemudian wafat
dalam keadaan tidak beriman kepada ajaran yang aku bawa, kecuali ia menjadi
penghuni neraka.” (HR. Muslim)
Allah berfirman dalam al-Qur’an
إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلْإِسْلَٰمُ ۗ وَمَا ٱخْتَلَفَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ إِلَّا مِنۢ
بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلْعِلْمُ بَغْيًۢا
بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ فَإِنَّ ٱللَّهَ سَرِيعُ ٱلْحِسَابِ
Sesungguhnya agama
(yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang
telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena
kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat
Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya[4]
Dalam hadist yang
menjelaskan tentang Islam ini hal pertama yang dijelaskan adalah :
A.
Syahadat
Syahadat
La Ilaha ilAllah dan syahadat Muhammad Rasulullah. Kedua syahadat ini saling
berkaitan erat (tidak bisa terpisahkan), dan berlaku kepada seluruh manusia dan
jin, dari semenjak diutusnya Nabi ﷺ hingga datangnya hari kiamat.
Syahadat
La ilaha illallah itu maknanya adalah tidak ada sesembahan yang haq kecuali
Allah. Kalimat ini mengandung dua rukun,
yaitu :
1.
Nafyun
(Peniadaan) secara menyeluruh artinya menunjukkan peniadaan peribadatan kepada
semuanya selain Allah
2.
Itsbatun
(penetapan) secara secara khusus artinya menunjukkan penetapan ibadah yang
khusus bagi Allah semata yang tiada sekutu bagiNya.
Maka kata
La ilaha di sini meniadakan segala bentuk tuhan-tuhan selain Allah, dan
menetapkan segala bentuk ibadah hanya bagi Allah semata.
Makna
syahadat Muhammad Rasulullah adalah
1.
Mencintai
beliau melebihi segala bentuk kecintaan terhadap makhluk lainnya,
2.
Menaati
segala hal yang beliau perintahkan, menjauhi semua yang beliau larang.
3.
Membenarkan
semua berita yang beliau sampaikan, baik itu berita yang telah lalu, masa depan
ataupun yang sedang terjadi, meskipun sesuatu yang tidak bisa disaksikan maupun
yang tidak bisa dilihat.
4.
Beribadah
kepada Allah sesuai dengan tuntunan beliau.
Ikhlas
di dalam beramal dan mencontoh tuntunan Rasulullah ﷺ adalah konsekuensi dari
syahadat la ilaha illallah dan Muhammad Rasulullah. Semua bentuk amalan yang
dikerjakan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah (ibadah), maka haruslah
ikhlas karena Allah semata dan selaras dengan sunnah Rasulullah. Apabila
keikhlasan itu hilang dari suatu amalan, maka tidak akan diterima amalan
tersebut, sebagaimana firman Allah
وَقَدِمْنَآ إِلَىٰ مَا
عَمِلُوا۟ مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَٰهُ هَبَآءً مَّنثُورًا
“Dan kami
perlihatkan segala amalan yang mereka kerjakan itu, lalu kami jadikan amalan
itu bagai debu yang beterbangan.” [5]
Apabila
yang hilang itu ittiba (mencontoh Nabi), maka amalannya ditolak, sebagaimana
sabda Nabi ﷺ:
”Barangsiapa
yang mengada-adakan suatu amalan di dalam agama yang tidak ada tuntunannya maka
amalannya tertolak.” (HH Bukhari : 2697 dan Muslim : 1718).
B.
Mendirikan salat
Shalat
merupakan perkara yang paling penting, Siapa saja yang menjaga shalat, berarti
dia telah menjaga agamanya. Dan siapa saja yang menyia-nyiakan shalat, maka dia
akan lebih-lebih lagi menyia-nyiakan lagi selain ibadah shalat. Maka, tidak ada
bagian dari Islam bagi orang yang meninggalkan shalat.”
Shalat
adalah ibadah yang membedakan antara seorang muslim dan orang kafir, barang
Siapa yang menjaga ibadah shalat, maka hati, wajah, kubur, dan hari
kebangkitannya akan bercahaya, dia akan mendapatkan keselamatan pada hari
kiamat. Dia pun akan dikumpulkan bersama-sama dengan orang-orang yang telah
mendapatkan nikmat, baik itu para Nabi, shiddiqiin, asy-syuhada’, dan
ash-shalihin.
Terdapat
dalam sebuah hadits, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,
الصلاة
عمود الدين
“Shalat
adalah tiang agama.”
Tiang
adalah penyangga apabila tiang ini roboh maka luluh lantaklah segala yang ada
diatasnya
C.
Menunaikan zakat
Menunaikan
zakat berarti mengeluarkan sebagian harta yang dititipkan Allah kepada kita.
Ibadah ini wajib dilaksanakan seorang muslim, karena di dalam harta yang kita
miliki ada hak orang lain. Agar harta kita bersih dan berkah, maka zakat harus
dikeluarkan. Ibadah zakat yang wajib dilaksanakan adalah zakat fitrah yang
dilaksanakan di bulan Ramadhan. Zakat fitrah dikerjakan dengan memberikan
makanan pokok setara dengan 2,7 kg beras kepada golongan yang berhak menerima
zakat.
Selain
zakat fitrah yang berfungsi mensucikan jiwa, ada juga zakat maal yang berguna
untuk membersihkan harta. Zakat maal atau zakat harta dikeluarkan setelah harta
mencapai batas tertentu.
D.
Melaksanakan ibadah puasa
Berpuasa
berarti menahan nafsu dari makan dan minum, mulai dari terbit fajar hingga
terbenam matahari. Ibadah ini dilakukan seorang muslim untuk mendekatkan diri
kepada Allah, agar menjadi hamba yang bertaqwa.
Ada puasa
yang wajib dikerjakan oleh seorang muslim, yaitu ibadah puasa Ramadhan. Ibadah
puasa tersebut dilaksanakan selama satu bulan penuh, di bulan Ramadhan. Tidak
boleh seorang muslim meninggalkan ibadah puasa ini tanpa alasan yang
diperbolehkan, misalnya sakit atau dalam perjalanan yang berat.
E.
Mengerjakan ibadah haji
Haji
merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima dan dia merupakan suatu
kewajiban yang harus dilaksanakan bagi seorang muslim yang mampu, sebagaimana
telah digariskan dan ditetapkan dalam Al-Qur’an, As-Sunnah dan Ijma’.
2.
Iman
Jawaban
kedua Nabi Muhammad atas pertanyaan ini adalah tentang rukun iman, Para ulama
mendefinisikan iman yaitu ucapan dengan lisan, keyakinan hati, serta pengamalan
dengan anggota badan, bisa bertambah
dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Inilah makna iman menurut
Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Diantara
rukun iman yang enam adalah:
a.
Beriman
Kepada Allah
Mengimani Allah
merupakan asas keimanan terhadap semua hal yang wajib diimani. Seperti Iman
kepada Malaikat, kepada Kitab Suci dan kepada Para Rasul. Barang siapa tidak
beriman kepada Allah otomatis tidak beriman kepada seluruh rukun iman lainnya.
Iman kepada Allah itu, mencakup keimanan kepada
Wujud Allah, Rububiyah, Uluhiyah dan Asma wa Shifat Allah. Allah itu hanya
disifati dengan segala kesempurnaan yang layak bagi-Nya, yang terbebas dari
segala bentuk kekurangan. Karena itulah, wajib mentauhidkan Allah di dalam
Rububiyah, Uluhiyah dan Asma wa Shifat-Nya.
1.
Tauhid
Rububiyah itu adalah menetapkan bahwa Allah itu satu/tunggal di dalam
perbuatan-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya, seperti menciptakan, memberi rezeki,
mematikan, menghidupkan, mengatur dan mengelola seluruh alam semesta, serta
perbuatan lainnya yang berkaitan dengan rububiyah-Nya.
2.
Tauhid
Uluhiyah itu adalah mentauhidkan Allah dengan perbuatan hamba-hambanya, seperti
doa, rasa takut, harap, tawakkal, memohon pertolongan, memohon perlindungan,
istighotsah (memohon bantuan), menyembelih, nadzar, dan ibadah-ibadah lainnya
yang wajib ditujukan hanya untuk Allah saja, dan tidak boleh dipalingkan kepada
selain-Nya, meskipun kepada malaikat terdekat atau nabi yang diutus, apalagi
kepada selain mereka.
3.
Tauhid
Asma wa Shifat, adalah menetapkan nama-nama dan sifat-sifat yang ditetapkan
sendiri oleh Allah bagi diri-Nya, dan ditetapkan oleh Rasulullah yang sesuai
dengan kesempurnaan dan kemuliaan-Nya.
Sebagaimana firman Allah
لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
“Tidak ada satupun yang serupa dengan-Nya dan
Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”[6]
b.
Beriman
kepada Malaikat
Mengimani Malaikat dengan cara mempercayai bahwa
mereka adalah termasuk bagian dari makhluk Allah. Mempercayai bahwa:
1.
Malaikat
diciptakan dari cahaya, sebagaimana di dalam hadits Dari ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,
خُلِقَتِ
الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ
آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ
“Malaikat diciptakan dari cahaya. Jin
diciptakan dari nyala api. Adam diciptakan dari apa yang telah ada pada
kalian.” (HR. Muslim)
2.
Malaikat
itu memilki sayap sebagaimana disebutkan di dalam ayat pertama surat Fathir.
الْحَمْدُ
لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا أُولِي
أَجْنِحَةٍ مَثْنَىٰ وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ ۚ يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَا يَشَاءُ ۚ
إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِير
Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan
bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai
macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan
empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Jibril memiliki 600
bilah sayap sebagaimana dinyatakan dalam hadits yang valid dari Rasulullah ﷺ
yang telah disebutkan sebelumnya. Malaikat ini makhluk yang jumlahnya sangat
banyak, tidak ada yang tahu jumlahnya kecuali Allah sendiri. Yang menunjukkan hal ini adalah,
Baitul Ma’mur yang terletak di langit ketujuh, setiap hari masuk ke dalamnya
70.000 malaikat yang tidak kembali lagi. [HR Bukhari : 3207 dan Muslim : 259].
Diantara
Malaikat, itu ada yang bertugas menyampaikan Wahyu, menjaga daratan, mencabut
nyawa, meniupkan ruh ke Rahim, menjaga surga dan neraka, dan selainnya.
Semuanya bertugas dengan berserah diri lagi tunduk patuh terhadap perintah
Allah. Mereka tidak pernah sedikitpun memaksiati Allah dan membangkang dari
perintah-Nya serta selalu melaksanakan apa yang diperintahkan. Diantara
Malaikat itu ada yang disebutkan namanya di dalam al-Qur’an dan sunnah, seperti
Jibril, Mikail, Israfil, Malik, Munkar dan Nakir. Maka wajib mengimani semua
malaikat baik yang disebutkan namanya maupun yang tidak disebutkan. Selain itu
juga wajib mengimani dan membenarkan semua informasi mengenai Malaikat yang ada
di dalam alQur’an yang mulia dan hadits Nabi yang shahih.
c.
Beriman
dengan Kitab-Kitab Allah.
Membenarkan dan
menetapkan semua kitab yang diturunkan oleh Allah kepada para rasul-Nya.
Kitab Allah itu mengandung kebahagiaan bagi
mereka yang diturunkan kepadanya kitab suci ini. Siapa yang mengambilnya
niscaya akan selamat dan beruntung. Dan siapa saja yang berpaling darinya akan
celaka dan rugi. Diantara kitab-kitab suci ini ada yang disebutkan namanya di
dalam al-Qur’an dan ada pula yang tidak. Kitab suci yang disebutkan namanya di
dalam al-Qur’an adalah Taurat, Injil, Zabur, dan Shuhuf Ibrahim serta Musa.
Namun patut diperhatikan bahwa beriman kepada
Kitab Allah juga harus membenarkan apa yang ada dalam kitab kitab terdahulu
namun harus mengikuti syariat yang ada dalam al-Qur’an saja.
d.
Beriman
kepada Rasul
Yaitu membenarkan dan
menetapkan bahwa Allah memilih diantara manusia para utusan dan nabi, yang
mengarahkan manusia kepada kebenaran, dan mengeluarkan mereka dari kegelapan
kepada cahaya. Allah berfirman (yang
artinya) :
ٱللَّهُ يَصْطَفِى مِنَ ٱلْمَلَٰٓئِكَةِ رُسُلًا
وَمِنَ ٱلنَّاسِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌۢ بَصِيرٌ
“Allah
memilih para utusan-Nya dari malaikat dan dari manusia.[7]
Para
Nabi dan Rasul telah menyampaikan segala syariat yang diperintahkan secara
totalitas dan sempurna, sebagaimana firman Allah :”
فَهَلْ
عَلَى ٱلرُّسُلِ إِلَّا ٱلْبَلَٰغُ ٱلْمُبِينُ
Bukankah
kewajiban para rasul itu hanya menyampaikan dengan jelas?” (QS an-Nahl 35);
Para
Rasul ini, ada yang dikisahkan di dalam al-Qur’an dan adapula yang tidak
dikisahkan, sebagaimana firman Allah:”
وَرُسُلًا
قَدْ قَصَصْنَٰهُمْ عَلَيْكَ مِن قَبْلُ وَرُسُلًا لَّمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ ۚ
وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ
تَكْلِيمًا
Dan
sejumlah rasul yang telah Kami kisahkan mereka kepadamu sebelumnya, dan ada
pula sejumlah rasul yang tidak Kami kisahkan mereka kepadamu dan allah
berbicara kepada Musa.” (QS an-Nisa`:164).
Rasul
yang dikisahkan di dalam al-Qur’an ada 25 orang. Yang 18 orang disebutkan di
dalam surat al-An’am yaitu firman-Nya
:” Dan itulah keterangan yang Kami berikan kepada Ibrahîm untuk
menghadapi kaumnya. Kami tinggikan derajat siapa saja yang Kami kehendaki.
Sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Dan Kami telah
menganugerah-kan Ishaq dan Ya’qûb kepadanya. Kepada masing-masing telah Kami
beri petunjuk. Dan sebelum itu, Kami telah memberi petunjuk kepada Nûh, dan
kepada sebagian dari keturunannya (Ibrahîm), yaitu Dawud, Sulayman, Ayyûb,
Yûsuf, Mûsa dan Harûn. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang
yang berbuat baik. Zakariya, Yahya, Îsa dan Ilyas, semuanya termasuk
orang-orang yang shalih. Isma’îl, Ilyasa’, Yûnus dan Lûth, masing-masing Kami
lebihkan di atas umat lainnya.” (QS al-An’am : 83-6). Adapun ketujuh Nabi
lainnya yang tersisa, yaitu Adam, Idrîs, Hûd, Shalih, Syu’aib, Dzûlkifli dan
Muhammad -semoga sholawat, salam dan keberkahan bagi mereka semua-.
e.
Beriman
kepada hari akhir,
Membenarkan dan
menetapkan segala sesuatu yang berasal dari al-Qur’an dan sunnah, yang
menjelaskan tentang segala kejadian setelah kematian. Allah telah menjadikan
dua macam negeri, yaitu negeri dunia dan negeri akhirat. Yang menjadi pemisah
utama kedua negeri ini adalah kematian dan ditiupnya sangkakala yang
menyebabkan semua yang masih hidup di akhir dunia mati. Setiap yang mati, akan
datang kiamatnya. Ia telah berpindah dari negeri amalan kepada negeri balasan.
Kehidupan setelah kematian ada 2 macam :
a.
Kehidupan
Barzakhiyah , yaitu fase diantara kematian dan kebangkitan (alam kubur).
b.
Kehidupan
setelah kematian (setelah bangkit dari kematian)
Kehidupan
Barzakhiyah tidak ada seorang pun yang mengetahui hakikatnya kecuali Allah
semata, lalu diikuti dengan kebangkitan setelah kematian. Di kedua kehidupan
(setelah kematian) ini adalah waktunya balasan setelah amalan. Orang-orang yang
beruntung, mereka mendapatkan kenikmatan di alam kubur dan kenikmatan surga.
Sedangkan orang-orang yang celaka, mereka mendapatkan adzab di dalam kubur dan
adzab neraka.
Termasuk
bagian dari keimanan kepada hari akhir adalah mengimani
· al-Ba’ts (hari seluruh
makhluq dibangkitkan dari kematiannya setelah tiupan sangkakala),
· al-Hasyr (hari ketika
seluruh makhluq dikumpulkan di padang Mahsyar untuk dihisab),
· asy-Syafa’ah,
· al-Haudh (telaga Nabi)
· alHisab (perhitungan
amalan)
· al-Mîzan (timbangan
amalan)
· ash-Shirath (titian),
surga, neraka dan selainnya yang berasal dari al-Qur’an dan sunnah.
f.
Beriman
kepada Takdir
Yaitu mengimani bahwa Allah telah menetapkan
segala sesuatu apapun hingga hari kiamat. Takdir Allah ini memiliki 4
tingkatan, yaitu :
a.
Pengetahuan
(Ilmu) Allah yang bersifat azali (tidak diawali atau memiliki permulaan)
terhadap segala sesuatu yang ada.
b.
Penulisan
(Kitabah) tentang takdir 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.
c.
Kehendak
(Masyi’ah) Allah terhadap sesuatu yang ditentukan (ditakdirkan).
d.
Penciptaan
(Khalq) dan pengadaan segala sesuatu yang telah ditentukan, sesuai dengan ilmu,
kitabah dan masyi’ah Allah. Karena itu wajib mengimani keempat tingkatan takdir
ini, dan berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang Allah kehendaki pasti terwujud,
dan segala sesuatu yang tidak Allah kehendaki, tidak akan terwujud. Inilah
makna dari sabda Nabi ﷺ:”
وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ
اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ
قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ
لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ
الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ )) رَوَاهُ التِّرْمِذِي
Ketahuilah, bahwa segala sesuatu yang
(ditetapkan) menimpamu tidak akan meleset darimu, dan segala sesuatu yang
(ditetapkan) meleset darimu, tidak akan menimpa dirimu.”
Di
dalam hadits di atas, Nabi ﷺ menjawab pertanyaan Jibril ketika bertanya tentang
Islam dengan perkara-perkara yang bersifat zhahir. Namun, ketika Jibril
bertanya tentang iman, maka Nabi ﷺ menjawabnya dengan perkara-perara yang
bersifat bathin. Lafazh Islam dan Iman, termasuk lafazh yang apabila disebutkan
keduanya secara bersamaan, maka maknanya berbeda.
Di dalam
hadits ini, kedua lafazh tersebut disebutkan secara bersamaan, karena itu Islam
diartikan sebagai perkara yang bersifat zhahir (tampak). Hal ini sesuai dengan
pengertian Islam itu sendiri, yaitu “penyerahan diri dan tunduk patuh kepada
Allah “. Sedangkan iman, diartikan
sebagai perkara yang bersifat bathin (tidak tampak). Hal ini sesuai dengan
pengertian iman itu sendiri, yaitu “pembenaran dan penetapan”. Namun apabila
kedua lafazh ini disebutkan sendirian saja, maka mengandung kedua makna tersebut
sekaligus, yaitu perkara zhahir dan bathin. Diantara penyebutan kata Islam
secara sendirian misalnya dalam firma n Allah
) yang artinya) :
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ ٱلْإِسْلَٰمِ دِينًا
فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ
“Barangsiapa
yang menghendaki agama selain Islam, maka tidak akan diterima darinya sedangkan
ia di akhirat termasuk golongan orang yang merugi.” [8]
Di
ayat ini Allah hanya menyebutkan kata Islam sendirian tanpa Iman, maka artinya
mencakup perkara zhahir dan bathin,
Diantara penyebutan kata Iman secara sendirian misalnya dalam firman
Allah ) yang artinya) : “
وَمَن يَكْفُرْ بِٱلْإِيمَٰنِ فَقَدْ
حَبِطَ عَمَلُهُۥ وَهُوَ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ
Barangsiapa
yang mengingkari keimanan maka terhapuslah seluruh amalannya, dan dia di
akhirat termasuk golongan orang-orang yang merugi.” [9]
Diayat
ini Allah hanya menyebutkan kata keimanan sendirian tanpa disertai kata Islam,
maka artinya mencakup perkara zhahir dan bathin,
Yang
serupa dengan hal ini adalah juga kata Fakir dan Miskin, Birr dan Takwa, dll.
[Yaitu apabila disebutkan bersamaan maka maknanya berbeda, namun apabila
disebutkan terpisah/sendirian maka maknanya saling mencakup,
3.
Ihsan
Dalam
hadits ini ada pertanyaan berkaitan dengan ihsan saat seorang lelaki tersebut
berkata: “Sampaikan kepadaku apa itu ihsan?” Nabi ﷺ menjawab : “Anda beribadah
kepada Allah seakan-akan dapat melihat-Nya, namun apabila anda tidak mampu maka
sesungguhnya Allah bisa melihatmu.”
Ihsan itu
adalah tingkatan tertinggi, yang lebih rendah darinya adalah tingkatan Iman,
dan yang lebih rendah lagi adalah tingkatan Islam. Setiap mu’min (orang yang
beriman) itu pasti muslim, dan setiap muhsin (orang yang ihsan), maka pasti
mu’min dan muslim. Namun tidaklah setiap muslim itu mu’min apalagi muhsin.
Karena itulah di dalam surat al-Hujurat, Allah
berfirman :
قَالَتِ ٱلْأَعْرَابُ ءَامَنَّا ۖ
قُل لَّمْ تُؤْمِنُوا۟ وَلَٰكِن قُولُوٓا۟ أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ ٱلْإِيمَٰنُ فِى
قُلُوبِكُمْ ۖ وَإِن تُطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ لَا يَلِتْكُم مِّنْ أَعْمَٰلِكُمْ شَيْـًٔا
ۚ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Orang-orang
Badui berkata, “Kami telah beriman”, maka katakanlah kepada mereka, “Kamu belum
beriman, tetap katakanlah kami telah tunduk (muslim). Karena keimanan belum
merasuk ke dalam hatimu.” (QS alHujurat : 14)
Di
dalam hadits ini, terdapat keterangan tentang betapa tingginya derajat ihsan
ini, yaitu dalam sabda Nabi ﷺ:” Anda beribadah kepada Allah seakan-akan dapat
melihat-Nya”, maksudnya yaitu Anda mengibadahi Allah seakan-akan Anda sedang
berdiri di hadapan-Nya melihat-Nya. Jika bisa seperti ini maka sesungguhnya ia
datang beribadah dengan sempurna dan lengkap. Apabila ia belum mampu seperti
kondisi ini, maka hendaknya ia merasakan bahwa Allah sedang memandangi dirinya
dan tidak ada satupun yang tertutupi darinya (tidak diketahui Allah). Sehingga
ia pun menjadi hati-hati dengan yang Allah larang karena Allah melihatnya, dan
Ia pun (bersemangat) mengerjakan yang Allah perintahkan karena Ia melihatnya.
Bahan Evaluasi
Berilah tanda silang pada huruf A, B, C, D, atau E yang dianggap
paling tepat!
1. Perhatikan
teks narasi berikut.
“Di sudut pasar
Madinah Al-Munawarah ada seorang pengemis Yahudi buta, yang setiap hari selalu
menghina Rasulullah Saw., dan apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu
berkata, wahai saudaraku jangan dekati Muhammad nanti kalian akan
dipengaruhinya. Tidak orang yang peduli kepadanya akan tetapi setiap pagi
Rasulullah Saw. mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah
kata pun Rasulullah Saw. menyuapi
makanan yang dibawanya kepada pengemis itu”.
Dari teks narasi tersebut yang harus kita teladani dari
sikap pribadi Rasulullah Saw adalah ....
a. Cara
menyapa orang buta
b. Cara
menyampaikan dakwah
c. Akhlak
dan pribadi Rasulullah Saw.
d. Pengemis
yang tidak tahu berterimakasih
e. Kebaikan
tidak selalu dibalas dengan kebaikan
2. Khairil
seorang pelajar SMA yang baru lulus, dia bercita-cita ingin melanjutkan ke
perguruan tinggi fakultas teknik Universitas Lambung Mangkurat. Dengan semangat
belajar yang gigih, disertai rajin salat dan beribadah Khairil diterima di
fakultas tersebut.
Selama
diifakultas teknik Ardi tetap selalu salat, baca Al-Qur’an dan bangun malam untuk
melakukan salat tahajud. Dari teks narasi tersebut dapat diambil pelajaran
bahwa ...
a. Mahasiswa
harus taat beribadah
b. Khairil
seorang yang khusuk dalam salatnya
c. Orang
yang bersyukur akan ditambah nikmatnya
d. Khairil
adalah mahasiswa yang rajin membaca Al-Qur’an
e. Khairil
seorang muslim yang bersyukur dengan tetap istiqomah dalam ibadah
3. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut!
a) Diyakini
dalam hati
b) Diucapkan
dengan lisan
c) Dilaksanakan
tanpa paksaan
d) Diamalkan
dengan anggota tubuh
e) Dilakukan
saat pagi dan petang
Dari pernyataan
tersebut yang merupakan definisi iman adalah ….
a. 1, 2,
3 dan 4
b. 1, 2,
3 dan 5
c. 1, 2
dan 4
d. 2, 3
dan 4
e. 3, 4
dan 5
4. Perhatikan
firman Allah Swt. berikut:
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ ٱلْإِسْلَٰمِ دِينًا
فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ
Arti yang tepat dari ayat yang bergaris bawah adalah ....
a. Orang
muslim satu dengan lainnya adalah saudara
b. Agama
yang paling sempurna adalah agama Islam
c. Sesungguhnya
agama yang diridhai hanyalah Islam
d. Orang
yang rugi di akherat adalah meninggalkan salat
e. Barang
siapa yang mengambil agama selain Islam akan ditolak
5. Manusia
tidak bersifat ma’sum, di suatu waktu memungkinkan berbuat khilaf atau dosa.
Berdasarkan ajaran Islam, bila kita berbuat khilaf atau dosa, maka segera ....
a. bertaubat
memohon ampun atas dosa yang dilakukan
b. menangisi
dan mengakui atas kelemahan diri sendiri
c. melakukan
konsultasi dengan ustadz atau guru ngaji
d. membaca
Al-Qur’an dan memohon ampun Allah
e. berupaya
menenangkan diri untuk tidak depresi
6. Keimanan
seseorang memiliki ciri yang sangat khas dan bersifat dinamis. Mayoritas ulama
memandang keimanan selalu beriringan dengan amal saleh, sehinga mereka
menganggap keimanan akan bertambah dengan bertambahnya amal saleh, demikian
juga kondisi hati manusia yang selalu dinamis sehingga kadang iman bertambah
dan adakalanya berkurang. Contoh berikut merupakan kondisi bertambahnya keimana
seseorang ....
a. Pak Rangga
setelah menuaikan ibadah haji bertambah pelit dan jarang bersedekah
b. Setelah
panen raya, Pak Semongko bersedekah dengan membagikan sebagian hasil penen yang
afkiran
c. Pak Ajis
saat bercocok tanam berniat akan bersedekah jika hasil tanamanya untung banyak
d. Ibu Halimah
setiap kegiatan PKK selalu membawa makanan-makanan ringan
e. Pak
Radit setelah panen hasil sawahnya selalu mengeluarkan zakat 2,5 % dan
bersedekah kepada para tetangganya
7. Perhatikan
potongan Q.S. al-Anfal ayat 2 berikut!
إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ
ٱلَّذِينَ
إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا
تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ
يَتَوَكَّلُونَ
Contoh perilaku yang sesuai dengan kandungan dalam ayat
yang
bergaris bawah adalah ....
a. Imran
selalu khusuk berzikir di masjid sebelum melakukan salat fardu
b. Setelah
melakukan salat dhuhur, Ali bersegera kembali ke tempat pekerjaannya
c. Ketika
mendengar adzan, Amir bersegera mengambil air wudhu dan pergi ke masjid
d. Husna
selalu membawa makanan ke sekolah untuk diberikan kepada teman-temanya
e. Ketika
ayat Al-Qur’an dikumandangkan dari masjid, Fulan tetap asyik bermain game
online
8. Rudi
dan Nanang berboncengan ketika pulang sekolah, di pertigaan tiba-tiba melihat
teman dari sekolah lain terjatuh dari sepeda dan sontak Rudi dan Nanang
berhenti untuk menolong.
Sikap
Rudi dan Nanang semacam ini termasuk ....
a. Ihsan
kepada makhluk Allah
b. Ihsan
kepada sesama manusia
c. Supaya
dikatakan suka menolong
d. Panggilan
nurani sebagai manusia
e. Merasa
terpanggil untuk menolong
9. Rasulullah
Saw. telah mengajarkan dua kalimat yang mencerminkan keimanan seorang muslim,
yaitu:
أَشْهَدَ أَنْ لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ
أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
Kalimat
tersebut dalam Islam disebut juga dengan ...
a. Kalimatul
Islam
b. Kalimat
thayyibah
c. Dua
kalimat yang mulia
d. Kalimat
utama dalam Islam
e. Syahadat
tauhid dan syahadat rasul
10. Perhatikan
potongan hadis berikut ....
… أَنْ
تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Potongan hadis tersebut merupakan pengertian dari ....
a. Iman
b. Islam
c. Ihsan
d. Mukmin
e. Muslim
[2]
(Fatawa Islam no. 195365)
[3]
(Fatawa Islam no. 195365)
[6] https://tafsirweb.com/9101-surat-asy-syura-ayat-11.html
[8]
https://tafsirweb.com/1217-surat-ali-imran-ayat-85.html
[9]
https://tafsirweb.com/1889-surat-al-maidah-ayat-5.html
0 comments:
Posting Komentar