Jumat, 15 Maret 2013

Sosiologi Pendidikan Islam


1.    Pengertian sosiologi pendidikan islam
Ilmu yang melihat dan menganalisis proses-proses sosiologis yang terjadi dalam pengelolaan dan pengadministrasian pendidikan islam
2.    Sejarah lahirnya sosiologi pendidikan
Lahirnya bermula dari kondisi social yang seakan-akan mengharuskan munculnya ilmu ini. Adapun kondisi social yang memicu munculnya ilmu ini adalah perkembangan IP dan IT yang begitu cepat, tetapi masyarakat tidak dapat mengikuti perkembangan tersebut, sehingga menyebabkan kesenjangan social. Selain itu juga disebabkan oleh peran pendidikan yang belum bisa menyiapkan masyarakat untuk menghadapi perubahan social.

John dewey sebagai seorang ahli pendidikan dan sekaligus pelopor sosiologi pendidikan dalam karya termasyhurnya yang berjudul school and society yang terbit pada tahun 1899, menekankan sekolah sebagai institusi social. Ia memandang bahwa hubungan antara pendidikan dan masyarakat sangat penting. Dewey meneliti kehidupan anak-anak kota yang tampak acuh dan buta terhadap produk yang dimanfaatka setiap hari, seperti pakaian, gas, peralatan rumah, dsb. Mereka tinggal memakai tanpa mengetahui bagaimana cara membuatnya. Hal ini menurut dewey menunjukkan bahwa mereka sesungguhnya tidak lagi akrab dan menghayati konteks kehidupan sosialnya yang sudah sedemikian kompleks. Kondisi yang demikian ini dapat diperbaiki melalui lembaga pendidikan.
Pada tahun 1887, dibuka kuliah pertama kali sosiologi pendidikan di Amerika Serikat, kemudian pada tahun 1910, Hery Suzzalo member kuliah sosiologi pendidikan di Teacher College, University of Colombia. Empat tahun kemudian mata kuliah sosiologi pendidikan pada 16 lembaga pendidikan tinggi. Perkembangan siologi pendidikan semakin pesat sehingga pada tahun 1916, Universitas New York dan kolombia mendirikan jurusan sosiologi pendidikan. Pada tahun 1917 buku sosiologi pendidikan pertama kali diterbitkan yang disusun oleh Walter S. Smith. Pada tahun 1923, dibentuk himpunan sosiologi pendidikan oleh kongres himpunan sosiologi Amerika. Dan sejak saat itu diterbitkan buku tahunan sosiologi pendidikan.
Dalam perkembangan selanjutnya 1938-1947 sosiologi pendidikan mengalami kemandegan karena sosiologi pendidikan yang digantikan oleh kuliah-kuliah dalam sosiologi. Dengan alasan bahwa bagi pendidikan guru lebih berguna diberi sosiologi dari pada diberi kuliah khusus seperti sosiologi pendidikan.
Untuk membangkitakan kembali sosiologi pendidikan, maka pada tahun 1943-1945, institute sosiologi di London menyelenggarakan konferensi-konferensi tentang sosiologi dan pendidikan. Berkat konferensi tersebut, pada tahun-tahun berikutnya, muncul begitu banyak buku-buku pendidikan yang diwarnai sudut pandang sosiologi.
3.    Konten analisis sosiologi pendidikan
Masalah-masalah yang diselidiki sosiologi pendidikan antara lain meliputi pokok-pokok berikut ini.
1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat
a. Hubungan pendidikan dengan sistem sosial atau struktur sosial,
b. Hubungan antara sistem pendidikan dengan proses control sosial dan sistem kekuasaan,
c. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan,
d.Fungsi sistem pendidikan dalam proses perubahan social dan kultural atau usaha mempertahankan status quo, dan
e. Fungsi sistem pendidikan formal bertalian dengan kelompok rasial, kultural dan sebagainya.
2. Hubungan antarmanusia di dalam sekolah
Lingkup ini lebih condong menganalisis struktur sosial di dalam sekolah yang memiliki karakter berbeda dengan relasi sosial di dalam masyarakat luar sekolah, antara lain yaitu:
a. Hakikat kebudayaan sekolah sejauh ada perbedaannya dengan kebudayaan di luar sekolah, dan
b. Pola interaksi sosial dan struktur masyarakat sekolah, yang antara lain meliputi berbagai hubungan kekuasaan, stratifikasi sosial dan pola kepemimpinan informal sebagai terdapat dalam clique serta kelompok-kelompok murid lainnya.
3. Pengaruh sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak di sekolah/lembaga pendidikan
a. Peranan sosial guru-guru/tenaga pendidikan,
b. Hakikat kepribadian guru/ tenaga pendidikan,
c. Pengaruh kepribadian guru/tenaga kependidikan terhadap kelakuan anak/peserta didik, dan
d. Fungsi sekolah/lembaga pendidikan dalam sosialisasi murid/peserta didik.
4. Lembaga Pendidikan dalam masyarakat
Di sini dianalisis pola-pola interaksi antara sekolah/ lembaga pendidikan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya dalam masyarakat di sekitar sekolah/lembaga pendidikan. Hal yang termasuk dalam wilayah itu antara lain yaitu
a. Pengaruh masyarakat atas organisasi sekolah/lembaga pendidikan,
b. Analisis proses pendidikan yang terdapat dalam sistemsistem sosial dalam masyarakat luar sekolah,
c. Hubungan antarsekolah dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan, dan
d. Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam masyarakat berkaitan dengan organisasi sekolah, yang perlu untuk memahami sistem pendidikan dalam masyarakat serta integrasinya di dalam keseluruhan kehidupan masyarakat.
4.    Pengertian sosialisasi
Sosialisasi yaitu proses belajar individu untuk bertingkah laku ssuai dengan standar yang terdapat dalam kebudayaan masyarakat.
5.    Proses-proses sosialisasi
6.    Faktor-faktor yang mempengaruhi sosialisasi
Factor-faktor yang mepengaruhi sosialisasi:
a.       Sifat dasar
Sifat dasar merupakan keseluruhan potensi-potensi yang diwarisi oleh seseorang dari ayah dan ibunya.
b.      Lingkungan prenatal
Lingkungan prenatal adalah Lingkungan dalam kandungan ibu
c.       Perbedaan individual
Perbedaan perorangan ini meliputi perbedaan dalam ciri-ciri fisik, cirri-ciri fisiologis, cirri-ciri mental dan emosional, cirri personal dan sosiologi.
d.      Lingkungan
Lingkungan alam ialah kondisi-kondisi disekitar individu yang mempengruhi peoses sosialisanya.
e.      Motivasi
Motivasi adalah kekuatan-kekuatan dari dalam diri individu yang menggerakkan individu uuntuk berbuat.
7.    Peran pendidikan dalam proses sosialisasi

8.    Struktur  social

Struktur sosial yaitu suatu bangunan sosial yang terdiri dari berbagai unsur pembentuk masyarakat Yang saling berhubungan satu dengan yang lain dan fungsional. Koentjaraningrat ( 1983:175) menjelaskan bahwa struktur sosial adalah kerangka yang dapat menggambarkan kaitan berbagai unsur dalam masyarakat.

9.    Pola hubungan social dalam struktur social sekolah
Pola interaksi sosial dan struktur masyarakat sekolah, yang antara lain meliputi berbagai hubungan kekuasaan, stratifikasi sosial dan pola kepemimpinan informal sebagai terdapat dalam clique serta kelompok-kelompok murid lainnya.
Sementara dari segi paedagogisnya, bahwa seluruh individu dan masyarakat dari anak-anak sampai orang dewasa, kelompok-kelompok sosial dan proses-proses sosialnya, berlangsung di seputar system pendidikan yang selalu bergerak dinamis.
10. Pengertian status, kedudukan, peran
Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial.  Kedudukan sosial artinya adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestasinya dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya. Peranan (role) merupakan aspek dianamis kedudukan (status). Peran dalam ilmu sosial berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu posisi dalam struktur sosial tertentu. Status ialah “a collection of right and duties” (suatu kumpulan hak dan kewajiban), sedangkan peran ialah “the dynamic aspect of status” (aspek dinamis dari suatu status). Status/kedudukan itu sendiri adalah suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok, atau posisi suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lainnya. Setiap orang mungkin memiliki sejumlah status dan diharapkan mengisi peran yang sesuai dengan status itu. Dalam arti tertentu, status dan peran adalah dua aspek dari gejala yang sama. Status adalah seperangkat hak dan kewajiban, sedangkan peran adalah pemeranan dari perangkat kewajiban dan hak-hak tersebut
11. Klik Antar Siswa
Suatu klik terbentuk bila dua orang atau lebih menjalin persahabatan sehingga dalam keseharian telah terikat pada kehidupan bersama baik di dalam maupun di luar sekolah. Mereka saling merasakan apa yang dialami salah satu anggota kelompoknya dan mampu mengungkap perasaan yang selama ini tersembunyi, seperti hubungan mereka dengan orang tua atau dengan jenis kelamin lain serta kesulitan pribadi-pribadi lainnya.
Keanggotaan klik bersifat sukarela dan tak formal. Seorang diterima atau ditolak atas persetujuan bersama. Walaupun klik tidak mempunyai peraturan yang jelas, namun ada nilai-nilai yang dijadikan dasar untuk menerima anggota baru.
Anggota klik merasa diri bersatu dan merasa diri kuat, penuh dengan kepercayaan berkat rasa persatuan dan kekompakan. Mereka mengutamakan kepentingan kelompok di atas kepentingan individual dan sikap ini dapat menimbulkan konflik dengan orang tua, sekolah, dan klik-klik lainnya. Bila klik ini mempunyai sikap anti sosial maka klik itu dapat menjadi “geng”.
Orang luar, khususnya orang tua dan guru sering tidak dapat memahami makna klik bagi anggota-anggotanya. Akibatnya mereka justru makin kompak dengan kelompoknya sehingga memicu kesadaran bersama untuk sama-sama membebaskan diri dari kekuasaan dan pengawasan orang tua,  sekolah dan lembagalembaga lainnya. Dari kelompoknya seorang anggota yakin mendapat bantuan penuh namun sebaliknya harus mampu menunjukkan loyalitas yang tinggi pada kelompok. Mereka yang tidak patuh akan mendapat klaim sebagai pengkhianat.
Faktor yang paling penting dalam pembentukan klik adalah usia atau tingkat kelas. Suatu klik jarang beranggotakan anak yang berusia dua tahun lebih. Selain itu klik biasanya beranggotakan murid dari jenis kelamin yang sama. Tidak ada bukti yang menunjukkan pembentukan klik berdasarkan prestasi akademis atau intelegensi. Menurut pengamatan suatu klik merupakan kelompok minat atau kegemaran yang serupa, misalnya musik, olah raga dan sebagainya. Klik juga menggambarkan struktur social masyarakatnya. Klik menunjukkan stratifikasi sosial yang terdapat dalam masya rakat tempat sekolah itu berada. Murid-murid pada umumnya memilih teman dari golongan anak yang secara sosial ekonomi memiliki kedudukan sama.
Klik-klik yang muncul di sekolah beragam wujudnya, tergantung pada perbedaan murid. Ada kemungkinan terbentuknya kelompok berdasarkan kesukuan dari kalangan siswa satu daerah atau karena mereka merupakan mioritas. Ada kelompok “elite” yang terdiri atas anak-anak orang kaya atau menunjukkan prestasi akademis tinggi dan kepribadian tinggi. Adapula kelompok rendahan, yang berasal dari keluarga tidak berpendidikan.


0 komentar:

Posting Komentar