1.
Pengertian sosiologi
pendidikan islam
Ilmu yang melihat dan menganalisis proses-proses
sosiologis yang terjadi dalam pengelolaan dan pengadministrasian pendidikan
islam
2.
Sejarah lahirnya sosiologi
pendidikan
Lahirnya bermula dari kondisi
social yang seakan-akan mengharuskan munculnya ilmu ini. Adapun kondisi social
yang memicu munculnya ilmu ini adalah perkembangan IP dan IT yang begitu cepat,
tetapi masyarakat tidak dapat mengikuti perkembangan tersebut, sehingga
menyebabkan kesenjangan social. Selain itu juga disebabkan oleh peran
pendidikan yang belum bisa menyiapkan masyarakat untuk menghadapi perubahan
social.
John dewey sebagai seorang ahli
pendidikan dan sekaligus pelopor sosiologi pendidikan dalam karya termasyhurnya
yang berjudul school and society yang terbit pada tahun 1899, menekankan
sekolah sebagai institusi social. Ia memandang bahwa hubungan antara pendidikan
dan masyarakat sangat penting. Dewey meneliti kehidupan anak-anak kota yang
tampak acuh dan buta terhadap produk yang dimanfaatka setiap hari, seperti
pakaian, gas, peralatan rumah, dsb. Mereka tinggal memakai tanpa mengetahui
bagaimana cara membuatnya. Hal ini menurut dewey menunjukkan bahwa mereka
sesungguhnya tidak lagi akrab dan menghayati konteks kehidupan sosialnya yang
sudah sedemikian kompleks. Kondisi yang demikian ini dapat diperbaiki melalui
lembaga pendidikan.
Pada tahun 1887, dibuka kuliah pertama kali sosiologi
pendidikan di Amerika Serikat, kemudian pada tahun 1910, Hery Suzzalo member
kuliah sosiologi pendidikan di Teacher College, University of Colombia. Empat
tahun kemudian mata kuliah sosiologi pendidikan pada 16 lembaga pendidikan
tinggi. Perkembangan siologi pendidikan semakin pesat sehingga pada tahun 1916,
Universitas New York dan kolombia mendirikan jurusan sosiologi pendidikan. Pada
tahun 1917 buku sosiologi pendidikan pertama kali diterbitkan yang disusun oleh
Walter S. Smith. Pada tahun 1923, dibentuk himpunan sosiologi pendidikan oleh
kongres himpunan sosiologi Amerika. Dan sejak saat itu diterbitkan buku tahunan
sosiologi pendidikan.
Dalam perkembangan selanjutnya
1938-1947 sosiologi pendidikan mengalami kemandegan karena sosiologi pendidikan
yang digantikan oleh kuliah-kuliah dalam sosiologi. Dengan alasan bahwa bagi
pendidikan guru lebih berguna diberi sosiologi dari pada diberi kuliah khusus
seperti sosiologi pendidikan.
Untuk membangkitakan kembali
sosiologi pendidikan, maka pada tahun 1943-1945, institute sosiologi di London
menyelenggarakan konferensi-konferensi tentang sosiologi dan pendidikan. Berkat
konferensi tersebut, pada tahun-tahun berikutnya, muncul begitu banyak
buku-buku pendidikan yang diwarnai sudut pandang sosiologi.
3.
Konten analisis sosiologi
pendidikan
Masalah-masalah
yang diselidiki sosiologi pendidikan antara lain meliputi pokok-pokok berikut
ini.
1.
Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat
a.
Hubungan pendidikan dengan sistem sosial atau struktur sosial,
b.
Hubungan antara sistem pendidikan dengan proses control sosial dan sistem
kekuasaan,
c.
Fungsi pendidikan dalam kebudayaan,
d.Fungsi
sistem pendidikan dalam proses perubahan social dan kultural atau usaha
mempertahankan status
quo, dan
e. Fungsi
sistem pendidikan formal bertalian dengan kelompok rasial, kultural dan
sebagainya.
2. Hubungan antarmanusia di dalam
sekolah
Lingkup
ini lebih condong menganalisis struktur sosial di dalam sekolah yang memiliki
karakter berbeda dengan relasi sosial di dalam masyarakat luar sekolah, antara
lain yaitu:
a.
Hakikat kebudayaan sekolah sejauh ada perbedaannya dengan kebudayaan di luar
sekolah, dan
b.
Pola interaksi sosial dan struktur masyarakat sekolah, yang antara lain
meliputi berbagai hubungan kekuasaan, stratifikasi sosial dan pola kepemimpinan
informal sebagai terdapat dalam clique serta kelompok-kelompok murid lainnya.
3.
Pengaruh sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak di
sekolah/lembaga pendidikan
a.
Peranan sosial guru-guru/tenaga pendidikan,
b.
Hakikat kepribadian guru/ tenaga pendidikan,
c.
Pengaruh kepribadian guru/tenaga kependidikan terhadap kelakuan anak/peserta
didik, dan
d.
Fungsi sekolah/lembaga pendidikan dalam sosialisasi murid/peserta didik.
4.
Lembaga Pendidikan dalam masyarakat
Di
sini dianalisis pola-pola interaksi antara sekolah/ lembaga pendidikan dengan
kelompok-kelompok sosial lainnya dalam masyarakat di sekitar sekolah/lembaga
pendidikan. Hal yang termasuk dalam wilayah itu antara lain yaitu
a.
Pengaruh masyarakat atas organisasi sekolah/lembaga pendidikan,
b.
Analisis proses pendidikan yang terdapat dalam sistemsistem sosial dalam
masyarakat luar sekolah,
c.
Hubungan antarsekolah dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan, dan
d.
Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam masyarakat berkaitan dengan
organisasi sekolah, yang perlu untuk memahami sistem pendidikan dalam masyarakat
serta integrasinya di dalam keseluruhan kehidupan masyarakat.
4.
Pengertian sosialisasi
Sosialisasi yaitu proses belajar
individu untuk bertingkah laku ssuai dengan standar yang terdapat dalam
kebudayaan masyarakat.
5.
Proses-proses sosialisasi
6.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi sosialisasi
Factor-faktor yang mepengaruhi
sosialisasi:
a.
Sifat dasar
Sifat dasar merupakan keseluruhan potensi-potensi yang
diwarisi oleh seseorang dari ayah dan ibunya.
b.
Lingkungan prenatal
Lingkungan prenatal adalah Lingkungan dalam kandungan
ibu
c.
Perbedaan individual
Perbedaan perorangan ini meliputi perbedaan dalam
ciri-ciri fisik, cirri-ciri fisiologis, cirri-ciri mental dan emosional, cirri
personal dan sosiologi.
d.
Lingkungan
Lingkungan alam ialah kondisi-kondisi disekitar
individu yang mempengruhi peoses sosialisanya.
e.
Motivasi
Motivasi adalah kekuatan-kekuatan dari dalam diri
individu yang menggerakkan individu uuntuk berbuat.
7.
Peran pendidikan dalam
proses sosialisasi
8.
Struktur
social
Struktur sosial yaitu suatu bangunan sosial yang terdiri dari
berbagai unsur pembentuk masyarakat Yang saling berhubungan satu dengan yang lain dan fungsional. Koentjaraningrat (
1983:175) menjelaskan bahwa struktur sosial adalah kerangka yang dapat
menggambarkan kaitan berbagai unsur dalam masyarakat.
9. Pola hubungan
social dalam struktur social sekolah
Pola interaksi sosial dan struktur
masyarakat sekolah, yang antara lain meliputi berbagai hubungan kekuasaan,
stratifikasi sosial dan pola kepemimpinan informal sebagai terdapat dalam clique serta kelompok-kelompok murid lainnya.
Sementara dari segi paedagogisnya,
bahwa seluruh individu dan masyarakat dari anak-anak sampai orang dewasa,
kelompok-kelompok sosial dan proses-proses sosialnya, berlangsung di seputar
system pendidikan yang selalu bergerak dinamis.
10. Pengertian status, kedudukan, peran
Kedudukan diartikan
sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial.
Kedudukan sosial artinya adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat
sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestasinya
dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya. Peranan (role) merupakan aspek
dianamis kedudukan (status). Peran
dalam ilmu sosial berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika
menduduki suatu posisi dalam struktur sosial tertentu. Status ialah “a
collection of right and duties” (suatu kumpulan hak dan kewajiban), sedangkan
peran ialah “the dynamic aspect of status” (aspek dinamis dari suatu status). Status/kedudukan
itu sendiri adalah suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok,
atau posisi suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lainnya. Setiap
orang mungkin memiliki sejumlah status dan diharapkan mengisi peran yang sesuai
dengan status itu. Dalam arti tertentu, status dan peran adalah dua aspek dari
gejala yang sama. Status adalah seperangkat hak dan kewajiban, sedangkan peran
adalah pemeranan dari perangkat kewajiban dan hak-hak tersebut
11. Klik Antar Siswa
Suatu
klik terbentuk bila dua orang atau lebih menjalin persahabatan sehingga dalam
keseharian telah terikat pada kehidupan bersama baik di dalam maupun di luar
sekolah. Mereka saling merasakan apa yang dialami salah satu anggota
kelompoknya dan mampu mengungkap perasaan yang selama ini tersembunyi, seperti
hubungan mereka dengan orang tua atau dengan jenis kelamin lain serta kesulitan
pribadi-pribadi lainnya.
Keanggotaan
klik bersifat sukarela dan tak formal. Seorang diterima atau ditolak atas
persetujuan bersama. Walaupun klik tidak mempunyai peraturan yang jelas, namun
ada nilai-nilai yang dijadikan dasar untuk menerima anggota baru.
Anggota
klik merasa diri bersatu dan merasa diri kuat, penuh dengan kepercayaan berkat
rasa persatuan dan kekompakan. Mereka mengutamakan kepentingan kelompok di atas
kepentingan individual dan sikap ini dapat menimbulkan konflik dengan orang
tua, sekolah, dan klik-klik lainnya. Bila klik ini mempunyai sikap anti sosial
maka klik itu dapat menjadi “geng”.
Orang
luar, khususnya orang tua dan guru sering tidak dapat memahami makna klik bagi
anggota-anggotanya. Akibatnya mereka justru makin kompak dengan kelompoknya
sehingga memicu kesadaran bersama untuk sama-sama membebaskan diri dari
kekuasaan dan pengawasan orang tua,
sekolah dan lembagalembaga lainnya. Dari kelompoknya seorang anggota
yakin mendapat bantuan penuh namun sebaliknya harus mampu menunjukkan loyalitas
yang tinggi pada kelompok. Mereka yang tidak patuh akan mendapat klaim sebagai
pengkhianat.
Faktor
yang paling penting dalam pembentukan klik adalah usia atau tingkat kelas.
Suatu klik jarang beranggotakan anak yang berusia dua tahun lebih. Selain itu
klik biasanya beranggotakan murid dari jenis kelamin yang sama. Tidak ada bukti
yang menunjukkan pembentukan klik berdasarkan prestasi akademis atau
intelegensi. Menurut pengamatan suatu klik merupakan kelompok minat atau
kegemaran yang serupa, misalnya musik, olah raga dan sebagainya. Klik juga
menggambarkan struktur social masyarakatnya. Klik menunjukkan stratifikasi
sosial yang terdapat dalam masya rakat tempat sekolah itu berada. Murid-murid
pada umumnya memilih teman dari golongan anak yang secara sosial ekonomi memiliki
kedudukan sama.
Klik-klik
yang muncul di sekolah beragam wujudnya, tergantung pada perbedaan murid. Ada
kemungkinan terbentuknya kelompok berdasarkan kesukuan dari kalangan siswa satu
daerah atau karena mereka merupakan mioritas. Ada kelompok “elite” yang terdiri
atas anak-anak orang kaya atau menunjukkan prestasi akademis tinggi dan
kepribadian tinggi. Adapula kelompok rendahan, yang berasal dari keluarga tidak
berpendidikan.
0 comments:
Posting Komentar