A. Pengertian, Tujuan,
Prinsip dan Prosedur Penilian
1. Pengertian
System adalah serangkaian aktifitas dari suatu
komponen yang tersusun rapid an terpadu untuk mencapai suatu tujuan.[1]
Ditinjau
dari segi bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu
objek
. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek diperlukan
adanya ukuran atau criteria. Jadi, inti penilaian penilaian adalah proses
memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu
criteria tertentu. Proses penilaian tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi yang diakhiri dengan judgment. Interpretasi dan judgment
merupakan tema penilaian yang mengimplikasikan adanya suatu perbandingan antara
criteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu.[2]
Jadi yang
dimaksud dengan system penilaian adalah cara yang digunakan dalam menentukan
derajat keberhasilan hasil penilaian sehingga kedudukan siswa dapat diketahui,
apakah telah menguasai tujuan intruksional ataukah belum.[3]
2. Tujuan Penilaian
a.
Mendeskripsikan kecakapan belajar
para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai
bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.
b.
Mengetahui keberhasilan proses
pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam
mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan.
c.
Menentukan tindak lanjut hasil
penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program
pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaan.
d.
Memberikan pertanggungjawaban
(accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.[4]
3. Prinsip Penilaian
a.
Dalam menilai hasil belajar
hendaknya dirancang sedimikian rupa sehingga jelas abilitas yang harus dinilai,
materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian.
b. Penilaian hasil
belajarhendaknya menjadi bagian integral dari proses program belajar-mengajar.
Artinya, penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap saat proses
belajar-mengajar sehingga pelaksanaannya berkesinambungan.
c. Penilaian harus
menggunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif.
4. Prosedur Penilaian
a. Merumuskan atau
mempertegas tujuan-tujuan pengajaran.
b. Mengkaji kembali
materi pengajaran berdasarkan kurikulum dan silabus mata pelajaran.
c. Menyusun alat-alat
penilaian, baik tes maupun nontes, yang cocok digunakan dalam menilai
jenis-jenis tingkah laku yang tergambar dalam tujuan pengajaran.
d. Menggunakan
hasil-hasil penilaian sesuai dengan tujuan penilaian tersebut, yakni untuk
kepentingan pendeskripsian kemampuan siswa, kepentingan perbaikan pengajaran,
kepentingan bimbingan belajar, maupun kepentingan laporan pertanggungjawaban
pendidikan.[6]
B. Bentuk Penilaian
1. Tes
1) Pengertian Tes
Tes berasal
dari bahasa latin testum yang berarti
alat untuk mengukur tanah. Dalam bahasa Perancis kuno, kata tes berarti ukuran
yang dipergunakan untuk membedakan antara emas dengan perak serta logam
lainnya.[7]
Sumadi
Suryabrata (dalam Thoha 1994), mengartikan tes adalah pertanyaan yang harus
dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan, yang mendasarkan
harus bagaimana testee menjawab pertanyaan-pertanyaan atau melakukan
perintah-perintah itu, penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara membandingkan
dengan standar atau testee lainnya.[8]
Dari
pengertian di atas, dapat diambil pengertian bahwa tes adalah alat pengukuran
berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk
mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu.
2)
Prinsip-Prinsip Tes
a. Tes hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang
telah ditetapkan sesuai dengan tujuan intruksional.
b.
Mengukur sample yang representative dari hasil
belajar dan bahan pelajaran yang diajarkan.
c.
Mencakup bermacam-macam bentuk soal yang
benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan
tujuan.
3)
Macam-Macam Tes
Berdasarkan obyek pengukurannya, tes dibagi menjadi
dua macam, yaitu tes kepribadian (personality
test) dan tes hasil belajar (Achievement
Test). Yang termasuk dalam tes kepribadian dan banyak digunakan dalam
pendidikan adalah (1) pengukuran sikap, (2) pengukuran minat, (3) pengukuran
bakat, dan (4) tes intelegensi. [10]
Berdasarkan fungsinya, tes dapat dibedakan dalam
empat jenis, yaitu:
1)
tes penempatan yaitu tes untuk
mengukur kemampuan dasar yang dimiliki oleh anak didik; kemampuan tersebut
dapat dipakai untuk meramalkan kemampuan peserta didik pada masa mendatang,
sehingga kepadanya dapat dibimbing, diarahkan, atau ditempatkan pada jurusan
yang sesuai dengan kemampuan dasarnya.
2)
tes formatif yaitu tes yang
diselenggarakan pada saat berlangsungnya proses belajar-mengajar,
diselenggarakan secara periodic, isinya mencakup semua unit pelajaran yang
telah diajarkan. Tujuan utamanya untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan
proses belajar-mengajar, dengan demikian dapat dipakai untuk memperbaiki dan
menyempurnakannya.
3)
tes sumatif disebut juga tes akhir
semester atau evaluasi belajar tahap akhir (EBTA). Tes ini bertujuan mengukur
keberhasilan belajar peserta didik secara menyeluruh, materi yang diujikan
seluruh pokok bahasan dan tujuan pengajaran dalam satu program tahunan atau
semesteran, masing-masing pokok bahasan terwakili dalam butir-butir soal yang
diujikan. Hasil evaluasi sumatif dipakai untuk membuat keputusan penting bagi
peserta didik, misalnya penentuan kenaikan kelas, dan sebagainya.
4)
tes diagnostik digunakan untuk
mengetahui sebab kegagalan peserta didik dalam belajar. Oleh karena itu dalam
menyusun butir-butir soal seharusnya menggunakan item yang memiliki tingkat
kesukaran rendah. Tes diagnostic dapat digunakan untuk kepentingan lain sesuai
dengan terapi yang ingin dilakukan terhadap peserta didik, antara lain adalah:
·
Diagnostik untuk
kepentingan seleksi.
· Diagnostik untuk
kepentingan pemilihan jabatan dan lapangan studi.
·
Diagnostik untuk
kepentingan psikoterapi.
· Diagnostik untuk
kepentingan bimbingan dan penyuluhan dalam belajar.[11]
Berdasarkan bentuknya Tes
dibagi menjadi dua macam, yaitu tes tulis dan tes lisan.
1)
Tes Tulis
Tes tulis termasuk dalam kelompok tes verbal, ialah tes yang soal dan
jawaban yang diberikan oleh siswa berupa bahasa tulisan. Tes ini kelebihannya
dapat mengukur kemampuan sejumlah besar peserta didik dalam tempat yang
terpisah dalam waktu yang sama.
Tes tulis secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
1.
Tes Obyektif (Tes Terstruktur)
Yaitu tes tulis yang itemnya dapat dijawab dengan
memilih jawaban yang sudah tersedia; sehingga peserta didik menampilkan
keseragaman data, baik bagi yang menjawab benar maupun mereka yang menjawab
salah.
Soal-soal bentuk objektif banyak digunakan dalam
menilai hasil belajar. Hal ini disebabkan antara lain oleh luasnya bahan
pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudahnya menilai jawaban yang
diberikan.
Soal-soal bentuk objektif ini dikenal ada beberapa
bentuk, yakni jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan pilihan ganda.
a.
Bentuk soal jawaban singkat (Short
Answer)
Yaitu sebuah bentuk tes yang berupa pertanyaan yang membutuhkan jawaban
singkat.
b.
Bentuk soal benar-salah
(True-False)
True-False adalah suatu bentuk tes dimana itemnya berupa statemen yang
mengandung dua kemungkinan: benar atau salah.
c.
Bentuk soal menjodohkan (Matching)
Tes bentuk menjodohkan merupakan bentuk khusus dari tes pilihan jamak.
Bentuk ini terdiri atas dua macam kolom parallel, tiap kolom berisi statement
yang satu menempati posisi sebagai soal dan satunya sebagai jawaban.
d.
Bentuk soal pilihan ganda
(Multiple Choice)
Yaitu tes pilihan ganda merupakan tes obyektif dimana masing-masing item
disediakan lebih dari dua kemungkinan jawaban dan hanya satu dari
pilihan-pilihan tersebut yang benar atau yang paling benar.[12]
2.
Tes Subyektif (Tes Uraian)
Tes subyektif sering disebut dengan tes uraian, tes ini
peserta didik memiliki kebebasan memilih dan menentukan jawaban. Tes uraian
disebut juga essay examination
merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian
ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan,
menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alas an, dan bentuk lain
yang sejenis yang sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan
kata-kata dan bahasa sendiri.[13]
Bentuk tes uraian dibedakan menjadi 2 macam, yaitu pertama, uraian bebas (free essay), kedua,
uraian terbatas dan berstruktur. Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak
dibatasi, bergantung pada pandangan siswa itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh
isi pertanyaan uraian bebas sifatnya umum.
Bentuk
kedua dari tes uraian adalah uraian terbatas. Dalam bentuk ini pertanyaan telah
diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu. Pembatasan bias
dari segi: (a) ruang lingkupnya, (b) sudut pandang, (c) indikator-indikatornya.
Di samping
kedua bentuk uraian di atas ada pula bentuk tes uraian yang disebut soal-soal
berstruktur. Soal berstruktur dipandang sebagai bentuk antara soal-soal
objektif dan soal-soal esai. Soal berstruktur merupakan serangkaian soal
jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka dan bebas menjawabnya. Soal
yang berstruktur berisi unsure-unsur (a) pengantar soal, (b) seperangkat data,
dan (c) serangkaian subsoal.
2)
Tes Lisan
Tes ini termasuk kelompok tes
verbal, yaitu tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan. Tes
lisan ini memiliki beberapa kelebihan antara lain:
a.
Dapat digunakan untuk menilai
kepribadian dan kemampuan penguasaan pengetahuan peserta didik, karena
dilakukan secara face to face.
b.
Jika peserta didik belum jelas
dengan pertanyaan yang diajukan, pendidik dapat mengubah pertanyaan sehingga
dimengerti.
c.
Dari sikap dan cara menjawab
pertanyaan, pendidik dapat mengetahui apa yang tersirat di samping apa yang
tersurat dalam jawaban.
d.
Pendidik dapat menggali lebih
lanjut jawaban peserta didik sampai mendetail sehingga mengetahui bagian mana
yang paling dikuasai oleh peserta didik.
e.
Tepat untuk mengukur kecakapan
tertentu, seperti kemampuan membaca, menghafal kalimat tertentu.
f.
Pendidik dapat mengetahui secara
langsung hasil tes seketika
Di samping kelebihan tersebut tes ini juga memiliki kekurangan atau
keterbatasan, antara lain :
a.
Apabila hubungan antara pendidik
dengan peserta didik kurang baik, misalnya tegang, menakutkan dan sebagainya,
akan memperngaruhi obyektifitas hasil.
b.
Keadaan emosional peserta didik
sanag dipengaruhi oleh kehadiran pribadi pendidik yang dihadapinnya.
c.
Pertanyaan yang di ajukan kepada
peserta didik sering tidak sama jumlahnya, maupun tingkat kesukaranya.
d.
Membutuhkan waktu yang lama untuk
melaksanakanya.
e.
Kebebasanan peserta didik menjawab
pertanyaan menjadi berkuran, sebab sering kali pendidik memotong jawaban
sebelum pemikiranya dituangkan seleruhnya.
f.
Seringkali pendidik terlalu cepat
menyimpulkan sebelum ia selesai menjawab.
g.
Pendidik dalam memberikan penilaian sering terpengaruh oleh
kepribadian peserta didik.
Untuk mengatasi kelemahan- kelemahan di atas maka seorang pendidik di
tuntut melakukan tes lisan dengan terlebih dahulu mempersiapkan :
a.
Pertanyaan banyak dan
diklasifikasikan menurut urutan pokok bahasan, tingkat kesukaran soal
b.
Setiap peserta diberi waktu yang sama,
jumlah soal yang sama, tingkat kesukaran sama.
c.
Menyiapkan lembar penilaian yang
mencakup aspek yang ditanyakan dan tingkat kesukaran soal.
d.
Menyiapkan pedoman scoring, dan
pengkodean jawaban, sehingga pendidik dapat melakukan pencatatan secara singkat,
rahasia, dan tepat pada setiap jawaban yang muncul.
e.
Penentuan nilai akhir dilakukan
setelah ujian selesai diusahakan untuk diperbandingkan dengan peserta yang
lain.
f.
Sebaiknya dalam melakukan tes
lisan pendidik berfungsi sebagi penggali informasi, bukan hakim yang mengadili,
dan bukan pulaguru yang sedang mengajar di kelas, sehingga tidak salah
menempatkan diri.
Dari segi persiapan can cara
bertanya tes lisan dapat dibedakan menjadi dua, yakni :
a. Tes lisan bebas
Artinya, pendidik dalam
memberika soal kepada peserta didik tanpa menggunakan pedoman yang dipersiapkan
secara tertulis.
b. Tes lisan berpedoman
Pendidik menggunakan pedoman
tertulis tentang apa yang akan ditanyakan kepada peserta didik.
3). Tes Tindakan
Yang
dimaksud tes tindakan adalah tes dimana respon atau jawaban yang dituntut dari
peserta didik berupa tindakan, tingkah laku kongkrit, alat yang dapat digunakan
untuk melakukan tes ini adalah observasi atau pengamatan terhadap tingkah laku
tersebut.
Tes ini mengandung beberapa keuntungan dan kelemahan,
keuntungan dari tes ini antara lain :
a. Tepat untuk mengukur
aspek psikomotor
b. Tepat untuk
mengetahui sikap yang merefleksi dalam tingkah laku sehari-sehari, dan
c. Pendidik secara
langsung dapat mengamati dengan jelas jawaban-jawaban sehingga lebih mudah dalam
memberikan penilaian
Sedangkan kelemahannya antara lain:
- apabila perintah tidak jelas, maka tindakan yang muncul tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
- seringkali pendidik terpengaruh oleh gerakan yang tidak menjadi indikator utama dalam penilaian.
- membutuhkan waktu lama, terutama kalau pengamatannya dilakukan perindividu.
- seringkali terjadi gangguan dalam pengamatan menyebabkan penilaian tidak obyektif.
Untuk menghindari kelemahan tersebut diperlukan
beberapa petunjuk praktis dalam menyiapkan tes tindakan, antara lain
dikembangkan bentuk tes,
- tes tindakan berpedoman
- tes tindakan bebas (tidak berpedoman)
tes tindakan yang berpedoman,
maksudnya adalah dalam melakukan observasi, termasuk dalam memberikan perintah
kepada peserta didik, pendidik menggunakan pedoman tertulis sehingga setiap
peserta didik memperoleh tugas yang sama, baik dari volume, tugas, ataupun
tingkat kesukaran tugas tersebut.
Tes
tindakan tidak berpedoman, artinya dalam memberikan tugas kepada peserta didik,
pendidik tidak menggunakan pedoman tertulis. Pendidik secara langsung melakukan
perintah dan tidak dilengkapi dengan alat observasi tertulis.
Dari
segi keterlibatan pendidik tes tindakan dapat dibedakan:
- Tes tindakan yang partisipatif.
Yakni pada saat pendidik
melakukan penilaian ikut terlibat secara langsung dalam kegiatan peserta didik,
sehingga dapat menghayati kualitas perilaku peserta didiknya.
- Tes tindakan yang tidak partisipatif.
Tes tindakan yang dilakukan
tanpa partisipasi artinya, pendidik memisahkan diri dan mengambil jarak dengan
peserta didik, pendidik hanya sebgai pengamat.
4) Tes Standar
Pengertian tes standar secara
sempit adalah tes yang disusun oleh tim ahli, atau disusun oleh lembaga yang
khusus menyelenggarakan secara profesional. Tes ini dapat digunakan dalam waktu
yang relatif lama, dapat diterapkan kepada beberapa obyek mencakup wilayah yang
luas. Untuk mengukur validitas dan reliabilitasnya telah diujicobakan beberapa
kali sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
Yang dituntut dalam tes
standar bukan standar prestasi peserta didik dari penguasaan materi yang
diajarkan pada suatu tingkat lembaga pendidikan tertentu, melainkan adanya
kesamaan performance pada kelompok peserta didik atau lembaga pendidikan
disebabkan adanya kesamaan tolok ukur.
Menurut Suharsimi Arikunto
(dalam Chabib Thoha 1994) kegunaan tes standar adalah sebagai berikut:
- membandingkan prestasi belajar dengan pembawaan individu atau kelompok
- membandingkan tingkat prestasi siswa dalam keterampilan di berbagai bidang studi untuk individu atau kelompok
- membandingkan prestasi siswa berbagai sekolah atau kelas, dan
- mempelajari perkembangan siswa dalam suatu periode atau waktu tertentu
5) Tes Nonstandar
Tes nonstandar adalah
kebalikan tes standar, yaitu tes yang disusun oleh seorang pendidik yang belum
memiliki keahlian profesional dalam penyusunan tes, atau mereka yang memiliki
keahlian tetapi tidak sempat menyusun tes secara baik, mengujicobakan,
melakukan analisis sehingga validitas dan reliabilitasnya belum dapat
dipertanggungjawabkan
2.
Portofolio
A. Pengertian Portofolio
Penilaian portofolio adalah kumpulan karya atau dokumen peserta didik
yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses
pembelajaran, digunakan oleh guru dan peserta didik untuk menilai atau memantau
perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik pada mata
pelajaran tertentu.[14]
B. Manfaat Penggunaan Portofolio
Menurut Depdiknas, manfaat
penilaian portofolio adalah:
·
Portofolio menyajikan atau
memberikan bukti yang jelas atau lebih lengkap tentang kinerja siswa dari pada
hasil tes di kelas.
·
Portofolio dapat merupakan
catatan penilaian yang sesuai dengan program pembelajaran yang baik.
·
Portofolio merupakan
catatan jangka panjang tentang kemajuan siswa.
·
Penggunaan portofolio
penilaian memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan keunggulan
dirinya, bukan kekurangannya atau kesalahannya dalam megerjakan soal dan tugas.
·
Penggunaan portofolio
penilaian mencerminkan pengakuan atas bervariasinya gaya belajar siswa.
·
Portofolio memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berperan aktif dalam penilaian hasil belajar.
·
Portofolio membantu guru
dalam menilai kemajuan siswa.
·
Portofolio membantu guru
dalam mengambil keputusan tentang pembelajaran atau perbaikan pembelajaran.
·
Portofolio merupakan bahan
yang relative lengkap untuk berdiskusi dengan orang tua siswa, tentang
perkembangan siswa yang bersangkutan.
·
Portofolio membantu pihak
luar untuk menilai program pembelajaran yang bersangkutan.[15]
C.
Prinsip Penilaian Portofolio
Berbeda dengan penilaian lainnya,
keterlibatan peserta didik dalam penilaian Portofolio merupakan sesuatu
yang harus dikerjakan. Ada
beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan
penilaian portofolio di sekolah, antara lain saling percaya, kerahasiaan
bersama, milik bersama, kepuasan, kesesuaian, proses, dan hasil. Hal tersebut
harus dilakukan agar pencapaian hasil belajar optimum. [16]
D.
Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio mempunyai kekuatan atau keunggulan dan kekurangan
atau keterbatasan.
Kekuatan portofolio antara lain adalah:
c. Memungkinkan pendidik
mengakses kemampuan peserta didik untuk membuat, menulis, menghasilkan berbagai
tipe tugas akademik.
d. Memungkinkan pendidik
menilai keterampilan/kecakapan peserta didik.
e. Mendorong kolaborasi
(komunikasi dan hubungan) antara peserta didik dan pendidik.
f. Memungkinkan pendidik
mengintervensi proses dan menentukan dimana/bilamana pendidik perlu membantu.
Adapun kelemahan assessment
portofolio di antaranya adalah:
a. Memerlukan waktu yang
relative panjang dan segera.
b. Pendidik harus tekun, sabar
dan terampil.
c. Tidak ada criteria yang
standar.[17]
E. Pemilihan Isi Portofolio
Sebelum
membuat Portofolio, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya :
a. Menentukan tujuan dan seterusnya jenis Portofolio
b. Menentukan isi kandungan Portofolio
c.
Menentukan siapa yang akan memilih isi kandungan, bahan/sumber Portofolio dan
bagaimana carannya.
d. menentukan bagaimana Portofolio dinilai.
Selain hal tersebut di atas dalam pemilihan Portofolio
ini juga perlu mempertimbangkan beberapa hal, antara lain :
a. Siapa yang memilih
pihak yang memilih ditentukan oleh tujuan.
Apabila tujuan Portofolio lebih pada pemberian kesempatan kepada siswa untuk
merefleksikan belajarnya, maka siswa harus diberi kesempatan juga untuk memilih
calon isi Portofolio. Akan tetapi apabila Portofolio lebih ditekankan pada usaha
guru untuk menilai memperbaiki pembelajarannya, guru harus menentukan apa saja
yang harus disajikan dalam Portofolio.
b. Bagaimana cara memilih
ada
beberapa cara menentukan butir-butir atau topik yang pelu disajikan dalam Portofolio,
guru dan siswa perlu bekerjasama untuk menentukan butir-butir itu, dan setelah
ada kesepakatan, perlu di buat daftar kategori
atau pedoman tertulis.
c. Bagaimana cara melibatkan siswa
dilakukan
diskusi antara guru dan siswa. Siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan secara
tertulis, mengapa suatu topik atau butir disajikan dalam Portofolio
masing-masing.
d. Bagaimana peranan guru
guru
perlu mengambil isi Portofolio untuk membantu siswa terutama dalam rangka memahami
cara-cara berfikir, bekerja, bekerjasama, dan bagaimana pemahaman siswa atas
materi tertentu yang berkembang.
e. Kapan harus dipilih
untuk menentukan kapan Portofolio harus
dipilih tergantung pada tujuan. Apabila kemajuan siswa yang menjadi tujuan,
maka Portofolio harus berisi bukti-bukti tentang perkembangan pengetahuan dam
keterampilan siswa atau perkembangan sikap siswa. Akan tetapi apabila hasil
yang menjadi tujuan, maka hasil kerja terbaik saja, atau hasil kerja terakhir
saja yang perlu dimasukkan kedalam Portofolio.
f. Apa yang harus dilakukan oleh guru terhadap
setiap isi
Di samping menilai, guru
sebaiknya memberikan komentar pada setiap butir isi Portofolio , baik yang
berupa saran peningkatan belajar, maupun yang berupa pujian atas prestasi siswa
yang bersangkutan.[18]
F.
Menilai Portofolio
Untuk melakukan penilaian Portofolio
harus tersedia rubrik (pedoman terperinci penilaian). Proses penilain hendaknya
ditekankan kepada proses berpikir siswa yang terdapat atau tersirat dalam isi Portofolio,
bukan terhadap keberhasilan siswa dalam memperoleh jawaban yang diinginkan oleh
guru
Depdiknas (2003:9)
mengungkapkan bahwa salah satu cara penilaian Portofolio, atau perubahan
rubrik, adalah dengan menggunakan kriteria :
a. Bukti terjadinnya proses
berpikir
F Apakah siswa telah
menyusun dengan rapi satuan-satuan isi Portofolio dan data dalam setiap satuan
itu ?
F Apakah siswa telah
berusaha membuat dugaan, menjelajah, menganalisa, mencarai pola, dan sebagainya.
F Apakah siswa telah
menggunakan materi konkret atas gambar untuk menafsirkan dan memecahkan
masalah, atau untuk memperoleh hasil penyelidikan ?
F Apakah siswa telah
menggunakan alat bantu lain dalam pemecahan masalah atau penyelidikannya.
b. Mutu kegiatan atau
penyelidikan
F Apakah kegiatan atau
penyelidikan oleh siswa yang dilaporkan dalam Portofolio meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan siswa, atau meningkatkan pemhamanan siswa atas
konsep, cara, kaidah, tertentu, atau meningkatkan sikap siswa terhadap
pelajaran yang bersangkutan ?
F Apakah kegiatan atau
penyelidikan itu melibatkan beberapa subpokok bahasan?
c. Keragaman pendekatan
F Apakah ada petunjuk
yang kuat atau bukti bahwa siswa menggunakan pendekatakan dalam memcahkan
masalah.
F Apakah ada petunjuk
yang kuat atau bukti bahwa siswa melakukan berbagai macam kegiatan atau
penyelidikan. [19]
F. Penilaian Portofolio pada PAI
Penyusunan
portofolio sebagai alat penilaian pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
dikelompokkan menjadi empat dokumentasi. Dokumentasi pertama merupakan format penilaian tes formatif dan sumatif.
Dokumentasi kedua adalah format penilaian tugas terstruktur. Dokumen ketiga
adalah format dokumentasi penilaian perilaku harian. Sedangkan dokumentasi
keempat adalah dokumentasi penilaian laporan aktivitas di luar sekolah (ALS).
Dokumentasi penilaian formatif dan sumatif
Jenis Tes
|
No
|
Tgl
|
Pokok Bahasan
|
Nilai
|
Paraf Guru
|
Ket
|
Formatif
|
1
|
-
|
Surat Dhuha dan Alif Lam Syamsiyah serta Alif
Lam Qomariyah pada suarat Ad-Dhuha
|
|
|
|
2
|
-
|
Iman kepada Allah
|
|
|
|
|
3
|
-
|
Lima Asmaul Husna: (al-Aziz, al-Wahab, al-Fatah,
al-Qayyum, dan al-Hadi)
|
|
|
|
|
4
|
-
|
Berhati lembut, setia, kerja keras, tekun, dan
ulet
|
|
|
|
|
5
|
-
|
Thaharah (bersuci)
|
|
|
|
|
6
|
-
|
Shalat wajib
|
|
|
|
|
7
|
-
|
Shalat berjamaah
|
|
|
|
|
8
|
-
|
Macam-macam sujud
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
|
||
Rata-rata
|
|
|
|
|
||
Sumatif (B) semester 1
|
Waktu pelaksanaan
|
Bahan semester 1
|
|
|
|
|
Jumlah A dan B
|
|
|
|
|
||
Rata-rata A dan B
|
|
|
|
|
Dokumentasi penilaian tugas terstruktur (TT)
No
|
Jenis Tugas
|
Aspek Penilaian
|
Nilai
|
Paraf Guru
|
Ket
|
1
|
Mengerjakan LKS tentang shalat Dhuha dan Alif
lam Syamsiyah dan Qamariyah pada surat Ad-Dhuha
|
Pemahaman:
seberapa baik tingkat pemahaman siswa terhadap
soal-soal yang dikerjakan
|
|
|
|
Argumentasi:
Seberapa baik argumen yang diberikan siswa dalam
menjawab pesrsoalan-persoalan dalam LKS
|
|
|
|
||
Kejelasan:
|
|
|
|
||
Informasi:
|
|
|
|
||
2
|
|
Pemahaman:
Argumentasi:
Kejelasan:
Informasi:
|
|
|
|
3
|
|
Pemahaman:
Argumentasi:
Kejelasan:
Informasi
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
Rata-rata
|
|
|
|
|
Dokumentasi penilaian perilaku harian (PH)
No
|
Jenis Aktivitas
|
Skala penilaian
|
Paraf
guru
|
Ket.
|
||||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
G
|
||||
1
|
Antusias dalam
menerima pelajaran
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Aktif bertanya dan
menjawab pertanyaan guru
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Gemar membaca di
perpustakaan pada saat jam istirahat
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Berpakaian rapi ke
sekolah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Berbicara sopan santun
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Mengikuti kegiatan
keagamaan di sekolah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Menunjukkan
kepemimpinan yang baik pada saat pelaksanaan kegiatan siswa di sekolah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
Bersikap ramah
(menyebarkan salam)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9
|
Hubungan denagn guru
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10
|
Hubungan dengan siswa
lainnya
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
11
|
Agak bersifat egois
dan individualistis
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
12
|
Kurang menghargai
pendapat orang lain
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Dokumentasi penilaian laporan aktivitas di
luar sekolah (ALS)
No
|
Jenis
Aktivitas
|
Aspek
Penilaian
|
Skala penilaian
|
Paraf
Guru
|
Ket.
Sumber
|
||||
ST
|
T
|
S
|
R
|
SR
|
|||||
1
|
Mengikuti
pengajian diniyah
|
Intensitas:
|
|
|
|
|
|
|
Ustadz wali murid teman sejawat uraian
materi pengajian
|
Frekuensi:
|
|
|
|
|
|
|
|||
Signifikansi
|
|
|
|
|
|
|
|||
2
|
Pelaksanaan shalat fardhu
|
Intensitas:
|
|
|
|
|
|
|
Ustadz guru wali murid teman sejawat
|
Frekuensi:
|
|
|
|
|
|
|
|||
Signifikansi
|
|
|
|
|
|
|
|||
3
|
Membaca Al-Qur;an
|
Intensitas:
|
|
|
|
|
|
|
Ustadz wali muridaftar
hafalan surat
|
Frekuensi:
|
|
|
|
|
|
|
|||
Signifikansi
|
|
|
|
|
|
|
|||
4
|
Hari Besar Islam
|
Intensitas:
|
|
|
|
|
|
|
Ustadz guru wali murid teman sejawat
|
Frekuensi:
|
|
|
|
|
|
|
|||
Signifikansi
|
|
|
|
|
|
|
|||
5
|
Training/ pelatihan yang bernuansa
keagamaan
|
Intensitas:
|
|
|
|
|
|
|
Guru ustadz sertifikat
teman sejawat
|
Frekuensi:
|
|
|
|
|
|
|
|||
Signifikansi
|
|
|
|
|
|
|
|||
6
|
Mengikuti perlombaan bernuansa keagamaan
|
Intensitas:
|
|
|
|
|
|
|
Piala sertfikat dan
hasil karya lainnya
|
Frekuensi:
|
|
|
|
|
|
|
|||
Signifikansi
|
|
|
|
|
|
|
|||
7
|
Pesantren kilat
|
Intensitas:
|
|
|
|
|
|
|
Guru ustadz sertifikat
wali murid
|
Frekuensi:
|
|
|
|
|
|
|
|||
Signifikansi
|
|
|
|
|
|
|
|||
8
|
Pengajian rutin remaja
|
Intensitas:
|
|
|
|
|
|
|
Guru ustadz wali murid presensi
|
Frekuensi:
|
|
|
|
|
|
|
|||
Signifikansi
|
|
|
|
|
|
|
|||
Jumlah
|
|
|
|
|
|
|
|
||
Rata-rata
|
|
|
|
Ket:
ST = Sangat Tinggi
T =
Tinggi
S =
Sedang
R =
Rendah
SR =
Sangat Rendah
C. Hasil Penilaian
Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh
guru, baik penilian formatif maupun penilaian sumatif, sangat bervariasi
pelaksanaannya. Ada
guru yang sengaja mempersiapkannya dengan baik dalam hal menentukan apa yang
seharusnya dinilai, bagaimana penilaian itu harus dilakukan dan tindakan apa
yang harus dilakukan setelah penilaian itu dilaksankan.
- Pelaporan data hasil penilaian
Data hasil
penilaian, baik hasil penilaian formatif amupun penilaian sumatif, ada pada
guru bidang studi atau mata pelajaran masing-masing. Sungguhpun demikian, data
hasil penialaian tersebut bukan semata-mata untuk kepentingan diri guru yang
bersangkutan, melainkan juga harus dimanfaatkan oleh semua pihak yang terlibat
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.. oleh sebab itu, data hasil
penilaian yang dilakukan dan ada pada guru perlu dilaporkan agar dapat
dimanfaatkan bagi kepentingan pendidikan. Melalui laporan hasil penilaian
tersebut, semua pihak dapat mengetahui kemampuan dan perkembangan siswa,
sekaligus dapat mengetahui tingkat keberhasilan pendidikan di sekolahnya. Atas
dasar itu pula semua pihak dapat menentukan langkah dan upaya yang harus
dilakukan dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan di
sekolahnya.[20]
- Pemanfaatan data hasil penilaian
Salah satu
upaya untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan dapat dilakukan melalui
pemanfaatan data hasil penilaian. Hasil penilaian, baik melalui tes maupun
bukan tes, besar sekali manfaatnya bila dikaji dan digunakan untuk upaya
perbaikan proses belajar mengajar. Kajian hasil penialian formatif dan sumatif
dapat memberikan gambaran tentang hasil belajar yang dicapai siswa setelah ia
menempuh proses belajar-mengajar[21].
[1]
Ishomuddin, Curriculum Development, 2002, hlm. 9
[2] Nana
Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar, 2005, hlm. 3
[3] Ibid,
hlm. 7
[4] Ibid,
hlm. 4
[5] Ibid,
hlm. 8-9
[6] Ibid, hlm. 9-10h
[7] Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan,
1994, hlm. 43
[8] Ibid
[9] Harjanto, Perencanaan pengajaran, cet II, 2000, hlm. 283
[10] Opcit, hlm. 44
[11] Ibid, hlm. 46-49
[12] Ibid, hlm. 66-81
[13] Opcit, hlm. 35
[14] Muhammad Hatta dan Sumarna Surapranata,
Penilaian Portofolio, 2004, hlm. 28
[15] Abdul Mujib dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi, cet. II, 2005, hlm. 195-196
[16] M. Hatta dan Sumarna S. Penilaian
Portofolio, 2004, hlm. 77
[17] Opcit, hlm. 196-197
[18] Ibid, hlm. 200-201
[19] Ibid, hlm. 202
[20] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar, 2005, hlm. 152
[21] Ibid, hlm. 160
0 comments:
Posting Komentar