Jumat, 15 Maret 2013

Posted by Rumah Ratu On Jumat, Maret 15, 2013


A.    Pengertian, Tujuan, Prinsip dan Prosedur Penilian
1. Pengertian
System adalah serangkaian aktifitas dari suatu komponen yang tersusun rapid an terpadu untuk mencapai suatu tujuan.[1]
Ditinjau dari segi bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek
. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek diperlukan adanya ukuran atau criteria. Jadi, inti penilaian penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu criteria tertentu. Proses penilaian tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi yang diakhiri dengan judgment. Interpretasi dan judgment merupakan tema penilaian yang mengimplikasikan adanya suatu perbandingan antara criteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu.[2]
Jadi yang dimaksud dengan system penilaian adalah cara yang digunakan dalam menentukan derajat keberhasilan hasil penilaian sehingga kedudukan siswa dapat diketahui, apakah telah menguasai tujuan intruksional ataukah belum.[3]
2.      Tujuan Penilaian
a.    Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.
b.   Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan.
c.    Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaan.
d.   Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.[4]
3.      Prinsip Penilaian
a.   Dalam menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedimikian rupa sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian.
b.   Penilaian hasil belajarhendaknya menjadi bagian integral dari proses program belajar-mengajar. Artinya, penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap saat proses belajar-mengajar sehingga pelaksanaannya berkesinambungan.
c.   Penilaian harus menggunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif.
d.  Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya.[5]

4.      Prosedur Penilaian
a.     Merumuskan atau mempertegas tujuan-tujuan pengajaran.
b.    Mengkaji kembali materi pengajaran berdasarkan kurikulum dan silabus mata pelajaran.
c.     Menyusun alat-alat penilaian, baik tes maupun nontes, yang cocok digunakan dalam menilai jenis-jenis tingkah laku yang tergambar dalam tujuan pengajaran.
d.    Menggunakan hasil-hasil penilaian sesuai dengan tujuan penilaian tersebut, yakni untuk kepentingan pendeskripsian kemampuan siswa, kepentingan perbaikan pengajaran, kepentingan bimbingan belajar, maupun kepentingan laporan pertanggungjawaban pendidikan.[6]


B.     Bentuk Penilaian
1. Tes
1)  Pengertian Tes
Tes berasal dari bahasa latin testum yang berarti alat untuk mengukur tanah. Dalam bahasa Perancis kuno, kata tes berarti ukuran yang dipergunakan untuk membedakan antara emas dengan perak serta logam lainnya.[7]
Sumadi Suryabrata (dalam Thoha 1994), mengartikan tes adalah pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan, yang mendasarkan harus bagaimana testee menjawab pertanyaan-pertanyaan atau melakukan perintah-perintah itu, penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara membandingkan dengan standar atau testee lainnya.[8]
Dari pengertian di atas, dapat diambil pengertian bahwa tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu.
2)                  Prinsip-Prinsip Tes
a.      Tes hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan intruksional.
b.      Mengukur sample yang representative dari hasil belajar dan bahan pelajaran yang diajarkan.
c.       Mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan.
d.      Dirancang sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan.[9]
3)                 Macam-Macam Tes
Berdasarkan obyek pengukurannya, tes dibagi menjadi dua macam, yaitu tes kepribadian (personality test) dan tes hasil belajar (Achievement Test). Yang termasuk dalam tes kepribadian dan banyak digunakan dalam pendidikan adalah (1) pengukuran sikap, (2) pengukuran minat, (3) pengukuran bakat, dan (4) tes intelegensi. [10]
Berdasarkan fungsinya, tes dapat dibedakan dalam empat jenis, yaitu:
1)      tes penempatan yaitu tes untuk mengukur kemampuan dasar yang dimiliki oleh anak didik; kemampuan tersebut dapat dipakai untuk meramalkan kemampuan peserta didik pada masa mendatang, sehingga kepadanya dapat dibimbing, diarahkan, atau ditempatkan pada jurusan yang sesuai dengan kemampuan dasarnya.
2)      tes formatif yaitu tes yang diselenggarakan pada saat berlangsungnya proses belajar-mengajar, diselenggarakan secara periodic, isinya mencakup semua unit pelajaran yang telah diajarkan. Tujuan utamanya untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan proses belajar-mengajar, dengan demikian dapat dipakai untuk memperbaiki dan menyempurnakannya.
3)      tes sumatif disebut juga tes akhir semester atau evaluasi belajar tahap akhir (EBTA). Tes ini bertujuan mengukur keberhasilan belajar peserta didik secara menyeluruh, materi yang diujikan seluruh pokok bahasan dan tujuan pengajaran dalam satu program tahunan atau semesteran, masing-masing pokok bahasan terwakili dalam butir-butir soal yang diujikan. Hasil evaluasi sumatif dipakai untuk membuat keputusan penting bagi peserta didik, misalnya penentuan kenaikan kelas, dan sebagainya.
4)      tes diagnostik digunakan untuk mengetahui sebab kegagalan peserta didik dalam belajar. Oleh karena itu dalam menyusun butir-butir soal seharusnya menggunakan item yang memiliki tingkat kesukaran rendah. Tes diagnostic dapat digunakan untuk kepentingan lain sesuai dengan terapi yang ingin dilakukan terhadap peserta didik, antara lain adalah:
·      Diagnostik untuk kepentingan seleksi.
·      Diagnostik untuk kepentingan pemilihan jabatan dan lapangan studi.
·      Diagnostik untuk kepentingan psikoterapi.
·      Diagnostik untuk kepentingan bimbingan dan penyuluhan dalam belajar.[11]
Berdasarkan bentuknya Tes dibagi menjadi dua macam, yaitu tes tulis dan tes lisan.
1)            Tes Tulis
Tes tulis termasuk dalam kelompok tes verbal, ialah tes yang soal dan jawaban yang diberikan oleh siswa berupa bahasa tulisan. Tes ini kelebihannya dapat mengukur kemampuan sejumlah besar peserta didik dalam tempat yang terpisah dalam waktu yang sama.
Tes tulis secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
1.      Tes Obyektif (Tes Terstruktur)
Yaitu tes tulis yang itemnya dapat dijawab dengan memilih jawaban yang sudah tersedia; sehingga peserta didik menampilkan keseragaman data, baik bagi yang menjawab benar maupun mereka yang menjawab salah.
Soal-soal bentuk objektif banyak digunakan dalam menilai hasil belajar. Hal ini disebabkan antara lain oleh luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudahnya menilai jawaban yang diberikan.
Soal-soal bentuk objektif ini dikenal ada beberapa bentuk, yakni jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan pilihan ganda.
a.       Bentuk soal jawaban singkat (Short Answer)
Yaitu sebuah bentuk tes yang berupa pertanyaan yang membutuhkan jawaban singkat.
b.      Bentuk soal benar-salah (True-False)
True-False adalah suatu bentuk tes dimana itemnya berupa statemen yang mengandung dua kemungkinan: benar atau salah.
c.       Bentuk soal menjodohkan (Matching)
Tes bentuk menjodohkan merupakan bentuk khusus dari tes pilihan jamak. Bentuk ini terdiri atas dua macam kolom parallel, tiap kolom berisi statement yang satu menempati posisi sebagai soal dan satunya sebagai jawaban.
d.      Bentuk soal pilihan ganda (Multiple Choice)
Yaitu tes pilihan ganda merupakan tes obyektif dimana masing-masing item disediakan lebih dari dua kemungkinan jawaban dan hanya satu dari pilihan-pilihan tersebut yang benar atau yang paling benar.[12]
2.      Tes Subyektif (Tes Uraian)
Tes subyektif sering disebut dengan tes uraian, tes ini peserta didik memiliki kebebasan memilih dan menentukan jawaban. Tes uraian disebut juga essay examination merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alas an, dan bentuk lain yang sejenis yang sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.[13]
Bentuk tes uraian dibedakan menjadi 2 macam, yaitu pertama, uraian bebas (free essay),   kedua, uraian terbatas dan berstruktur. Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada pandangan siswa itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan uraian bebas sifatnya umum.
Bentuk kedua dari tes uraian adalah uraian terbatas. Dalam bentuk ini pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu. Pembatasan bias dari segi: (a) ruang lingkupnya, (b) sudut pandang, (c) indikator-indikatornya.
Di samping kedua bentuk uraian di atas ada pula bentuk tes uraian yang disebut soal-soal berstruktur. Soal berstruktur dipandang sebagai bentuk antara soal-soal objektif dan soal-soal esai. Soal berstruktur merupakan serangkaian soal jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka dan bebas menjawabnya. Soal yang berstruktur berisi unsure-unsur (a) pengantar soal, (b) seperangkat data, dan (c) serangkaian subsoal. 

2)            Tes Lisan
Tes ini termasuk kelompok tes verbal, yaitu tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan. Tes lisan ini memiliki beberapa kelebihan antara lain:
a.       Dapat digunakan untuk menilai kepribadian dan kemampuan penguasaan pengetahuan peserta didik, karena dilakukan secara face to face.
b.      Jika peserta didik belum jelas dengan pertanyaan yang diajukan, pendidik dapat mengubah pertanyaan sehingga dimengerti.
c.       Dari sikap dan cara menjawab pertanyaan, pendidik dapat mengetahui apa yang tersirat di samping apa yang tersurat dalam jawaban.
d.      Pendidik dapat menggali lebih lanjut jawaban peserta didik sampai mendetail sehingga mengetahui bagian mana yang paling dikuasai oleh peserta didik.
e.       Tepat untuk mengukur kecakapan tertentu, seperti kemampuan membaca, menghafal kalimat tertentu.
f.       Pendidik dapat mengetahui secara langsung hasil tes seketika
Di samping kelebihan tersebut tes ini juga memiliki kekurangan atau keterbatasan, antara lain :
a.       Apabila hubungan antara pendidik dengan peserta didik kurang baik, misalnya tegang, menakutkan dan sebagainya, akan memperngaruhi obyektifitas hasil.
b.      Keadaan emosional peserta didik sanag dipengaruhi oleh kehadiran pribadi pendidik yang dihadapinnya.
c.       Pertanyaan yang di ajukan kepada peserta didik sering tidak sama jumlahnya, maupun tingkat kesukaranya.
d.      Membutuhkan waktu yang lama untuk melaksanakanya.
e.       Kebebasanan peserta didik menjawab pertanyaan menjadi berkuran, sebab sering kali pendidik memotong jawaban sebelum pemikiranya dituangkan seleruhnya.
f.       Seringkali pendidik terlalu cepat menyimpulkan sebelum ia selesai menjawab.
g.      Pendidik dalam  memberikan penilaian sering terpengaruh oleh kepribadian peserta didik.
Untuk mengatasi kelemahan- kelemahan di atas maka seorang pendidik di tuntut melakukan tes lisan dengan terlebih dahulu mempersiapkan :
a.       Pertanyaan banyak dan diklasifikasikan menurut urutan pokok bahasan, tingkat kesukaran soal
b.      Setiap peserta diberi waktu yang sama, jumlah soal yang sama, tingkat kesukaran sama.
c.       Menyiapkan lembar penilaian yang mencakup aspek yang ditanyakan dan tingkat kesukaran soal.
d.      Menyiapkan pedoman scoring, dan pengkodean jawaban, sehingga pendidik dapat melakukan pencatatan secara singkat, rahasia, dan tepat pada setiap jawaban yang muncul.
e.       Penentuan nilai akhir dilakukan setelah ujian selesai diusahakan untuk diperbandingkan dengan peserta yang lain.
f.       Sebaiknya dalam melakukan tes lisan pendidik berfungsi sebagi penggali informasi, bukan hakim yang mengadili, dan bukan pulaguru yang sedang mengajar di kelas, sehingga tidak salah menempatkan diri.
Dari segi persiapan can cara bertanya tes lisan dapat dibedakan menjadi dua, yakni :
a.       Tes lisan bebas
Artinya, pendidik dalam memberika soal kepada peserta didik tanpa menggunakan pedoman yang dipersiapkan secara tertulis.
b.      Tes lisan berpedoman
Pendidik menggunakan pedoman tertulis tentang apa yang akan ditanyakan kepada peserta didik.
3). Tes Tindakan
            Yang dimaksud tes tindakan adalah tes dimana respon atau jawaban yang dituntut dari peserta didik berupa tindakan, tingkah laku kongkrit, alat yang dapat digunakan untuk melakukan tes ini adalah observasi atau pengamatan terhadap tingkah laku tersebut.
Tes ini mengandung beberapa keuntungan dan kelemahan, keuntungan dari tes ini antara lain :
a.       Tepat untuk mengukur aspek psikomotor
b.      Tepat untuk mengetahui sikap yang merefleksi dalam tingkah laku sehari-sehari, dan
c.       Pendidik secara langsung dapat mengamati dengan jelas jawaban-jawaban sehingga lebih mudah dalam memberikan penilaian
Sedangkan kelemahannya antara lain:
  1. apabila perintah tidak jelas, maka tindakan yang muncul tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
  2. seringkali pendidik terpengaruh oleh gerakan yang tidak menjadi indikator utama dalam penilaian.
  3. membutuhkan waktu lama, terutama kalau pengamatannya dilakukan perindividu.
  4. seringkali terjadi gangguan dalam pengamatan menyebabkan penilaian tidak obyektif.
Untuk menghindari kelemahan tersebut diperlukan beberapa petunjuk praktis dalam menyiapkan tes tindakan, antara lain dikembangkan bentuk tes,
  1. tes tindakan berpedoman
  2. tes tindakan bebas (tidak berpedoman)
tes tindakan yang berpedoman, maksudnya adalah dalam melakukan observasi, termasuk dalam memberikan perintah kepada peserta didik, pendidik menggunakan pedoman tertulis sehingga setiap peserta didik memperoleh tugas yang sama, baik dari volume, tugas, ataupun tingkat kesukaran tugas tersebut.
            Tes tindakan tidak berpedoman, artinya dalam memberikan tugas kepada peserta didik, pendidik tidak menggunakan pedoman tertulis. Pendidik secara langsung melakukan perintah dan tidak dilengkapi dengan alat observasi tertulis.
            Dari segi keterlibatan pendidik tes tindakan dapat dibedakan:
  1. Tes tindakan yang partisipatif.
Yakni pada saat pendidik melakukan penilaian ikut terlibat secara langsung dalam kegiatan peserta didik, sehingga dapat menghayati kualitas perilaku peserta didiknya.
  1. Tes tindakan yang tidak partisipatif.
Tes tindakan yang dilakukan tanpa partisipasi artinya, pendidik memisahkan diri dan mengambil jarak dengan peserta didik, pendidik hanya sebgai pengamat.
4) Tes Standar
Pengertian tes standar secara sempit adalah tes yang disusun oleh tim ahli, atau disusun oleh lembaga yang khusus menyelenggarakan secara profesional. Tes ini dapat digunakan dalam waktu yang relatif lama, dapat diterapkan kepada beberapa obyek mencakup wilayah yang luas. Untuk mengukur validitas dan reliabilitasnya telah diujicobakan beberapa kali sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
Yang dituntut dalam tes standar bukan standar prestasi peserta didik dari penguasaan materi yang diajarkan pada suatu tingkat lembaga pendidikan tertentu, melainkan adanya kesamaan performance pada kelompok peserta didik atau lembaga pendidikan disebabkan adanya kesamaan tolok ukur.
Menurut Suharsimi Arikunto (dalam Chabib Thoha 1994) kegunaan tes standar adalah sebagai berikut:
    1. membandingkan prestasi belajar dengan pembawaan individu atau kelompok
    2. membandingkan tingkat prestasi siswa dalam keterampilan di berbagai bidang studi untuk individu atau kelompok
    3. membandingkan prestasi siswa berbagai sekolah atau kelas, dan
    4. mempelajari perkembangan siswa dalam suatu periode atau  waktu tertentu

5) Tes Nonstandar
Tes nonstandar adalah kebalikan tes standar, yaitu tes yang disusun oleh seorang pendidik yang belum memiliki keahlian profesional dalam penyusunan tes, atau mereka yang memiliki keahlian tetapi tidak sempat menyusun tes secara baik, mengujicobakan, melakukan analisis sehingga validitas dan reliabilitasnya belum dapat dipertanggungjawabkan

2.      Portofolio
A. Pengertian Portofolio
Penilaian portofolio adalah kumpulan karya atau dokumen peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran, digunakan oleh guru dan peserta didik untuk menilai atau memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik pada mata pelajaran tertentu.[14]


B. Manfaat Penggunaan Portofolio
Menurut Depdiknas, manfaat penilaian portofolio adalah:
·         Portofolio menyajikan atau memberikan bukti yang jelas atau lebih lengkap tentang kinerja siswa dari pada hasil tes di kelas.
·         Portofolio dapat merupakan catatan penilaian yang sesuai dengan program pembelajaran yang baik.
·         Portofolio merupakan catatan jangka panjang tentang kemajuan siswa.
·         Penggunaan portofolio penilaian memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan keunggulan dirinya, bukan kekurangannya atau kesalahannya dalam megerjakan soal dan tugas.
·         Penggunaan portofolio penilaian mencerminkan pengakuan atas bervariasinya gaya belajar siswa.
·         Portofolio memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam penilaian hasil belajar.
·         Portofolio membantu guru dalam menilai kemajuan siswa.
·         Portofolio membantu guru dalam mengambil keputusan tentang pembelajaran atau perbaikan pembelajaran.
·         Portofolio merupakan bahan yang relative lengkap untuk berdiskusi dengan orang tua siswa, tentang perkembangan siswa yang bersangkutan.
·         Portofolio membantu pihak luar untuk menilai program pembelajaran yang bersangkutan.[15]

C.  Prinsip Penilaian Portofolio
Berbeda dengan penilaian lainnya, keterlibatan peserta didik dalam penilaian Portofolio merupakan sesuatu yang harus dikerjakan. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian portofolio di sekolah, antara lain saling percaya, kerahasiaan bersama, milik bersama, kepuasan, kesesuaian, proses, dan hasil. Hal tersebut harus dilakukan agar pencapaian hasil belajar optimum. [16]
D.  Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio mempunyai kekuatan atau keunggulan dan kekurangan atau keterbatasan.
Kekuatan portofolio antara lain adalah:
c.       Memungkinkan pendidik mengakses kemampuan peserta didik untuk membuat, menulis, menghasilkan berbagai tipe tugas akademik.
d.      Memungkinkan pendidik menilai keterampilan/kecakapan peserta didik.
e.       Mendorong kolaborasi (komunikasi dan hubungan) antara peserta didik dan pendidik.
f.       Memungkinkan pendidik mengintervensi proses dan menentukan dimana/bilamana pendidik perlu membantu.
Adapun kelemahan assessment portofolio di antaranya adalah:
a. Memerlukan waktu yang relative panjang dan segera.
b. Pendidik harus tekun, sabar dan terampil.
c. Tidak ada criteria yang standar.[17]

E. Pemilihan Isi Portofolio
            Sebelum membuat Portofolio, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya :
a. Menentukan tujuan dan seterusnya jenis Portofolio
b. Menentukan isi kandungan Portofolio
c. Menentukan siapa yang akan memilih isi kandungan, bahan/sumber Portofolio dan bagaimana carannya.
d. menentukan bagaimana Portofolio dinilai. 
Selain hal tersebut di atas dalam pemilihan Portofolio ini juga perlu mempertimbangkan beberapa hal, antara lain :
a. Siapa yang memilih
            pihak yang memilih ditentukan oleh tujuan. Apabila tujuan Portofolio lebih pada pemberian kesempatan kepada siswa untuk merefleksikan belajarnya, maka siswa harus diberi kesempatan juga untuk memilih calon isi Portofolio. Akan tetapi apabila Portofolio lebih ditekankan pada usaha guru untuk menilai memperbaiki pembelajarannya, guru harus menentukan apa saja yang harus disajikan dalam Portofolio.
b. Bagaimana cara memilih
            ada beberapa cara menentukan butir-butir atau topik yang pelu disajikan dalam Portofolio, guru dan siswa perlu bekerjasama untuk menentukan butir-butir itu, dan setelah ada kesepakatan, perlu di buat daftar kategori  atau pedoman tertulis.
c. Bagaimana cara melibatkan siswa
            dilakukan diskusi antara guru dan siswa. Siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan secara tertulis, mengapa suatu topik atau butir disajikan dalam Portofolio masing-masing.
d. Bagaimana peranan guru
            guru perlu mengambil isi Portofolio untuk membantu siswa terutama dalam rangka memahami cara-cara berfikir, bekerja, bekerjasama, dan bagaimana pemahaman siswa atas materi tertentu yang berkembang.
e. Kapan harus dipilih
            untuk menentukan kapan Portofolio harus dipilih tergantung pada tujuan. Apabila kemajuan siswa yang menjadi tujuan, maka Portofolio harus berisi bukti-bukti tentang perkembangan pengetahuan dam keterampilan siswa atau perkembangan sikap siswa. Akan tetapi apabila hasil yang menjadi tujuan, maka hasil kerja terbaik saja, atau hasil kerja terakhir saja yang perlu dimasukkan kedalam Portofolio.
f. Apa yang harus dilakukan oleh guru terhadap setiap isi
Di samping menilai, guru sebaiknya memberikan komentar pada setiap butir isi Portofolio , baik yang berupa saran peningkatan belajar, maupun yang berupa pujian atas prestasi siswa yang bersangkutan.[18]
F. Menilai Portofolio
Untuk melakukan penilaian Portofolio harus tersedia rubrik (pedoman terperinci penilaian). Proses penilain hendaknya ditekankan kepada proses berpikir siswa yang terdapat atau tersirat dalam isi Portofolio, bukan terhadap keberhasilan siswa dalam memperoleh jawaban yang diinginkan oleh guru
Depdiknas (2003:9) mengungkapkan bahwa salah satu cara penilaian Portofolio, atau perubahan rubrik, adalah dengan menggunakan kriteria :
a. Bukti terjadinnya proses berpikir
F  Apakah siswa telah menyusun dengan rapi satuan-satuan isi Portofolio dan data dalam setiap satuan itu ?
F  Apakah siswa telah berusaha membuat dugaan, menjelajah, menganalisa, mencarai pola, dan sebagainya.
F  Apakah siswa telah menggunakan materi konkret atas gambar untuk menafsirkan dan memecahkan masalah, atau untuk memperoleh hasil penyelidikan ?
F  Apakah siswa telah menggunakan alat bantu lain dalam pemecahan masalah atau penyelidikannya.
b. Mutu kegiatan atau penyelidikan
F  Apakah kegiatan atau penyelidikan oleh siswa yang dilaporkan dalam Portofolio meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa, atau meningkatkan pemhamanan siswa atas konsep, cara, kaidah, tertentu, atau meningkatkan sikap siswa terhadap pelajaran yang bersangkutan ?
F  Apakah kegiatan atau penyelidikan itu melibatkan beberapa subpokok bahasan?
c. Keragaman pendekatan
F  Apakah ada petunjuk yang kuat atau bukti bahwa siswa menggunakan pendekatakan dalam memcahkan masalah.
F  Apakah ada petunjuk yang kuat atau bukti bahwa siswa melakukan berbagai macam kegiatan atau penyelidikan. [19]


F. Penilaian Portofolio pada PAI
Penyusunan portofolio sebagai alat penilaian pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dikelompokkan menjadi empat dokumentasi. Dokumentasi pertama merupakan format penilaian tes formatif dan sumatif. Dokumentasi kedua adalah format penilaian tugas terstruktur. Dokumen ketiga adalah format dokumentasi penilaian perilaku harian. Sedangkan dokumentasi keempat adalah dokumentasi penilaian laporan aktivitas di luar sekolah (ALS).
Dokumentasi penilaian formatif dan sumatif
Jenis Tes
No
Tgl
Pokok Bahasan
Nilai
Paraf Guru
Ket
Formatif
1
-
Surat Dhuha dan Alif Lam Syamsiyah serta Alif Lam Qomariyah pada suarat Ad-Dhuha



2
-
Iman kepada Allah



3
-
Lima Asmaul Husna: (al-Aziz, al-Wahab, al-Fatah, al-Qayyum, dan al-Hadi)



4
-
Berhati lembut, setia, kerja keras, tekun, dan ulet



5
-
Thaharah (bersuci)



6
-
Shalat wajib



7
-
Shalat berjamaah



8
-
Macam-macam sujud



Jumlah




Rata-rata




Sumatif (B) semester 1
Waktu pelaksanaan
Bahan semester 1



Jumlah A dan B




Rata-rata A dan B





Dokumentasi penilaian tugas terstruktur (TT)
No
Jenis Tugas
Aspek Penilaian
Nilai
Paraf Guru
Ket
1
Mengerjakan LKS tentang shalat Dhuha dan Alif lam Syamsiyah dan Qamariyah pada surat Ad-Dhuha
Pemahaman:
seberapa baik tingkat pemahaman siswa terhadap soal-soal yang dikerjakan



Argumentasi:
Seberapa baik argumen yang diberikan siswa dalam menjawab pesrsoalan-persoalan dalam LKS



Kejelasan:
  • Tersusun dengan baik
  • Tertulis dengan baik
  • Mudah difahami



Informasi:
  • Akurat
  • Memadai
  • Penting



2

Pemahaman:
Argumentasi:
Kejelasan:
Informasi:



3

Pemahaman:
Argumentasi:
Kejelasan:
Informasi



Jumlah




Rata-rata





Dokumentasi penilaian perilaku harian (PH)
No
Jenis Aktivitas
Skala penilaian
Paraf
guru
Ket.
A
B
C
D
E
F
G
1
Antusias dalam menerima pelajaran









2
Aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru









3
Gemar membaca di perpustakaan pada saat jam istirahat









4
Berpakaian rapi ke sekolah









5
Berbicara sopan santun









6
Mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah









7
Menunjukkan kepemimpinan yang baik pada saat pelaksanaan kegiatan siswa di sekolah









8
Bersikap ramah (menyebarkan salam)









9
Hubungan denagn guru









10
Hubungan dengan siswa lainnya









11
Agak bersifat egois dan individualistis









12
Kurang menghargai pendapat orang lain















Dokumentasi penilaian laporan aktivitas di luar sekolah (ALS)
No
Jenis
Aktivitas
Aspek
Penilaian
Skala penilaian
Paraf
Guru
Ket.
Sumber
ST
T
S
R
SR
1
Mengikuti  pengajian diniyah
Intensitas:






Ustadz wali murid teman sejawat uraian materi pengajian

Frekuensi:






Signifikansi






2
Pelaksanaan shalat fardhu
Intensitas:






Ustadz guru wali murid teman sejawat


Frekuensi:






Signifikansi






3
Membaca Al-Qur;an
Intensitas:






Ustadz wali muridaftar hafalan surat
Frekuensi:






Signifikansi






4
Hari Besar Islam
Intensitas:






Ustadz guru wali murid teman sejawat

Frekuensi:






Signifikansi






5
Training/ pelatihan yang bernuansa keagamaan
Intensitas:






Guru ustadz sertifikat teman sejawat
Frekuensi:






Signifikansi






6
Mengikuti perlombaan bernuansa keagamaan
Intensitas:






Piala sertfikat dan hasil karya lainnya
Frekuensi:






Signifikansi






7
Pesantren kilat
Intensitas:






Guru ustadz sertifikat wali murid
Frekuensi:






Signifikansi






8
Pengajian rutin remaja
Intensitas:






Guru ustadz wali murid presensi
Frekuensi:






Signifikansi






Jumlah







Rata-rata




Ket:
ST       =  Sangat Tinggi
T         = Tinggi
S          = Sedang
R         = Rendah
SR       = Sangat Rendah  



C.    Hasil Penilaian
Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh guru, baik penilian formatif maupun penilaian sumatif, sangat bervariasi pelaksanaannya. Ada guru yang sengaja mempersiapkannya dengan baik dalam hal menentukan apa yang seharusnya dinilai, bagaimana penilaian itu harus dilakukan dan tindakan apa yang harus dilakukan setelah penilaian itu dilaksankan.
  1. Pelaporan data hasil penilaian
Data hasil penilaian, baik hasil penilaian formatif amupun penilaian sumatif, ada pada guru bidang studi atau mata pelajaran masing-masing. Sungguhpun demikian, data hasil penialaian tersebut bukan semata-mata untuk kepentingan diri guru yang bersangkutan, melainkan juga harus dimanfaatkan oleh semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.. oleh sebab itu, data hasil penilaian yang dilakukan dan ada pada guru perlu dilaporkan agar dapat dimanfaatkan bagi kepentingan pendidikan. Melalui laporan hasil penilaian tersebut, semua pihak dapat mengetahui kemampuan dan perkembangan siswa, sekaligus dapat mengetahui tingkat keberhasilan pendidikan di sekolahnya. Atas dasar itu pula semua pihak dapat menentukan langkah dan upaya yang harus dilakukan dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan di sekolahnya.[20]

  1. Pemanfaatan data hasil penilaian
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan dapat dilakukan melalui pemanfaatan data hasil penilaian. Hasil penilaian, baik melalui tes maupun bukan tes, besar sekali manfaatnya bila dikaji dan digunakan untuk upaya perbaikan proses belajar mengajar. Kajian hasil penialian formatif dan sumatif dapat memberikan gambaran tentang hasil belajar yang dicapai siswa setelah ia menempuh proses belajar-mengajar[21].


[1] Ishomuddin, Curriculum Development, 2002, hlm. 9
[2] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, 2005, hlm. 3
[3] Ibid, hlm. 7
[4] Ibid, hlm. 4
[5] Ibid, hlm. 8-9
[6] Ibid, hlm. 9-10h
[7] Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, 1994, hlm. 43
[8] Ibid
[9] Harjanto, Perencanaan pengajaran, cet II, 2000, hlm. 283
[10] Opcit, hlm. 44
[11] Ibid, hlm. 46-49
[12] Ibid, hlm. 66-81
[13] Opcit, hlm. 35
[14] Muhammad Hatta dan Sumarna Surapranata, Penilaian Portofolio, 2004, hlm. 28
[15] Abdul Mujib dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, cet. II, 2005, hlm. 195-196
[16] M. Hatta dan Sumarna S. Penilaian Portofolio, 2004, hlm. 77
[17] Opcit, hlm. 196-197
[18] Ibid, hlm. 200-201
[19] Ibid, hlm. 202
[20] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, 2005, hlm. 152
[21] Ibid, hlm. 160

0 comments:

Posting Komentar