Jumat, 15 Maret 2013

Manajemen Stres



A.    Pengertian
Dalam kehidupan sehari-hari kita senantiasa berhadapan dengan situasi atau kondisi yang membuat pikiran dan perasaan kita tertekan. Berbagai sebab dapat membuat kita merasa tertekan bahkan terancam oleh kondisi tersebut bahkan terkadang kita tidak mengatahui dengan baik apa yang menyebabkan perasaan kita tertekan atau pikiran kita tidak focus dan perilaku kita berubah cenderung emosional.
Keadaan seperti ini disadari atau tidak mungkin sering kita alami sehingga kita perlu mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana mengatasinya.
Tidak mudah memberikan pengertian tunggal apakah stress tersebut. Salah satu fenomena yang berkembang di masyarakat, kata stress sering diasosiasikan dengan adanya peristiwa yang menekan sehingga seseorang tidak berdaya dan biasanya menimbulkan dampak negatif seperti pusing, tekanan darah tinggi, mudah marah, sedih, sulti berkonsentrasi, tidak bisa tidur dan sebagainya. Dalam hal ini stress didekati melalui reaksi yang ditimbulkan dari stress (gejala stress).
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia ada 2 pengertian stress: (1) Gangguan atau kekacauan mental dan emosional (2) Tekanan. Secara psikologis, stress didefinisikan sebagai suatu respons penyesuaian  seseorang terhadap situasi yang dipersepsinya menantang atau mengancam kesejahteraan orang bersangkutan. Jadi stress merupakan suatu respon fisiologik ataupun perilaku terhadap ‘stressor’ hal yang dipandang sebagai penyebab tekanan, gangguan keseimbangan (homeostasis), baik internal maupun eksternal. Dalam pengertian ini, bisa kita perjelas bahwa stress bersifat subjektif sesuai persepsi orang yang memandangnya. Dengan perkataan lain apa yang mencekam bagi seseorang belum tentu dipersepsi mencekam bagi orang lain.

B.     Sebab – Sebab Stress
Adapun sumber-sumber (stressor) yang dipersepsi seseorang atau sekelompok orang
memberi tekanan terhadap keseimbangan diri mereka yang bisa membut stress antara lain :
1. Lingkungan yaitu lingkungan yang memberi berbagai tuntutan penyesuaian diri seperti :
- Cuaca, kebisingan, kepadatan,
- Tekanan waktu, standard prestasi, berbagai ancaman terhadap rasa aman dan harga diri
- Tuntutan hubungan antar pribadi, penyesuaian diri dengan teman, pasangan, dengan perubahan keluarga
2. Fisiologik
- Perubahan kondisi tubuh: masa remaja haid, hamil, meno/andropause, proses menua, kecelakaan, kurang gizi, kurang tidur, adanya tekanan terhadap tubuh
- Reaksi tubuh : reaksi terhadap ancaman & perubahan lingkungan mengakibatkan perubahan pada tubuh kita, menimbulkan stress.
3. Pikiran kita ~ pemaknaan diri dan lingkungan
Pikiran dapat menginterpretasi dan menerjemahkan pengalaman di luar dirinya. Ia dapat memberi makna terhadap pengalaman tersebut sehingga  pikiran dapat membuat kita relaks atau stress.
Menurut Selye (1984) stress bisa dibedakan atas dasar sifat stressornya, apakah peristiwa negative, disebut ’distress’; tetapi bisa juga stress diakibatkan peristiwa positif, misalnya tiba-tiba mendengar mendapat undian, atau hadiah besar yang tak terduga, dalam hal ini stressnya disebut ‘Eustress’ Lebih lanjut, sumber stressor tersebut bisa dibedakan dalam 3 bagian berdasarkan peluang penanganannya, yakni : Pertama, Stressor yang penanganannya hanya membutuhkan sedikit upaya seperti misalnya kebiasaan belajar, waktu bangun pagi, diet, daan sebagainya dimana upaya menanganinya dengan cara memgubah kebiasaan, membiasakan kebiasaan baru, maka dalam waktu satu-dua minggu dapat berubah. Kedua, Stressor yang untuk menanganinya membutuhkan upaya yang lebih sungguh-sungguh, seperti masalah kepercayaan diri, koflik interpersonal, komunikasi dan sebagainya, dimana diperlukan bantuan teknikal untuk menanganinya, seperti dibutuhkannya kemampuan komunikasi, manajemen konflik atau proses konseling individual. Ketiga, stressor yang memang tidak dapat ditangani seperti kematian orang yang dikasihi, maka penanganannya perlu belajar berdamai dengan diri menerima kenyataan tersebut, lalu diatasi dengan relaksasi dan upaya spiritual. Melihat kemungkinan sumber stressor di atas , maka setiap orang potensial untuk mengalami stress. Namun demikian, ada kelompok orang yang lebih mudah terkena stress (type kepribadian A), ada juga kelompok lain yang lebih memiliki ketahanan terhadap stress (type kepribadian B). 
Selanjutnya, di kalangan mahasiswa yang banyak menjadi sumber stressor antara lain sebagai berikut: Tuntutan untuk sukses; persoalan finansial, persoalan hubungan sosial, persoalan penggunaan waktu dan pergeseran nilai-nilai. Lebih jauh bisa kita simpulkan bahwa setiap orang bisa mengalami stress, sesekali stress dalam kehidupan merupakan ‘bumbu’ hidup dinamis, akan tetapi apabila terjadi stress yang sering dengan fluktuasi yang besar, maka sudah perlu mendapat perhatian khusus, artinya sudah perlu lebih serius menanganinya.

Dampak Stress

Fisiologis
Psikologis-kognitif
Perilaku
 
Stressor Kampus

-          Lingkungan fisik
-          Hubungan interpersonal
-          Organizational
 
                                                                                   
   Stress

                                                                                                    






Perbedaan Individual
 

Stressor non Kampus

 

 
                                   


C.    Indikasi/gejala stress
Bagaimana kita mengetahui apakah kita berada dalam keadaan stress atau tidak ? Apa gejalanya? Ada sejumlah gejala yang bisa diditeksi secara mudah yaitu :
(a) gejala fisiologik, antara lain : denyut jantung bertambah cepat , banyak berkeringat (terutama keringat dingin), pernafasan terganggu, otot terasa tegang, sering ingin buang air kecil, sulit tidur, gangguan lambung, dst
(b) gejala psikologik, antara lain : resah, sering merasa bingung, sulit berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, tidak enak perasaan, atau perasaan kewalahan ( exhausted) dsb
(c) Tingkah laku, antara lain : berbicara cepat sekali, menggigit kuku, menggoyang-goyangkan kaki, ticks, Gemetaran, berubah nafsu makan ( bertambah atau berkurang).

D.    Dampak akibat stress
Dampak stress dibedakan dalam 3 kategori yaitu fisiologik, psikologik dan perilaku
a.      Dampak Fisiologik :
Secara umum orang yang mengalami stress mengalami sejumlah gangguan fisik seperti : mudah masuk angin, mudah pening-pening, kejang otot (kram), mengalami kegemukan atau menjadi kurus yang tidak dapat dijelaskan, juga bisa menderita penyakit yang lebih serius seperti cardiovasculer, hypertensi, dst. Dengan kata lain dampak fisiologis ini dapat berupa gangguan pada organ tubuh, system reproduksi maupun pada system pernafasan.
b.      Dampak Psikologik
Dampak psikologis yang biasanya berupa keletihan emosi, jenuh, depresi, terjadinya depersonalisasi (memperlakukan orang lain sebagai “sesuatu”), perasaan tidak berharga dan perasaan tidak mampu mencapai tujuan hidupnya.
c.       Dampak Perilaku
Manakala stress menjadi distress, maka prestasi belajar menurun dan sering terjadi tingkah laku yang tidak berterima oleh masyarakat. Level stress yang cukup tinggi berdampak negatif pada kemampuan mengingat informasi, mengambil keputusan, mengambil langkah tepat. Pada mahasiswa sering muncul perilaku membolos atau tidak aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.

E.     Mengapa respon terhadap stress berbeda ?
            Ada 2 (dua) cara penilaian kognitif terhadap stressor yang dapat mengakibatkan terjadinya stress yaitu penilaian primer dan penilaian sekunder. Yang dimaksud dengan penilaian primer adalah penilaian atau evaluasi terhadap situasi apakah dinilai sebagai situasi yang mengancam atau menantang. Jika individu menilainya (mempersepsi) sebagai suatu yang mengancam maka ia akan cenderung menghindar, sebaliknya jika ia mempersepsi situasi tersebut sebagai situasi yang menantang maka ia akan cenderung mengatasi situasi tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan penilaian sekunder adalah penilaian terhadap sumber daya yang dimiliki baik secara fisik, psikologis, social maupun materi. Proses penilaian primer dan sekunder akan terjadi secara bersama-sama sehingga akan membentuk makna setiap peristiwa yang akan menentukan jenis perilaku untuk mengatasi hal tersebut (coping behavior).
            Coping behavior bersifat dinamis yang artinya bahwa perilaku ini akan bergantung pada jenis situasi yang dipersepsikan dan sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itu ada coping behavior yang bersifat emosional yaitu upaya-upaya yang dilakukan untuk meredakan emosi dan yang bersifat rasional yang meliputi

F.     Strategi Menangani Stress
Dalam menghadapi situasi yang dinilai sebagai sumber stress, seseorang dapat melakukan beberapa cara agar tidak menjadi stress yang berdampak secara negative kepada diri seseorang. Ada 3 (tiga) tingkatan perilaku yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya stress yaitu :
1.      Primary prevention, dengan cara merubah cara kita melakukan sesuatu. Untuk keperluan ini kita perlu memiliki beberapa ketrampilan yang relevan, seperti ketrampilan mengatur atau mengelola waktu, berusaha menerapkan positive thinking dalam setiap menghadapi situasi yang menekan atau mempersiapkan secara khusus mental-spiritual dalam menghadapi situasi yang dapat menimbulkan stress
2.      Secondary prevention, strategi yang kita lakukan adalah dengan menyiapkan diri menghadapi stressor melalui kegiatan olah raga (exercise), diet, rekreasi, istirahat, meditasi, mendekatkan diri kepada Allah melalui kegiatan amal ibadah yang dituntunkan.
3.      Tertiary prevention, strateginya adalah kita menangani dampak stress yang terlanjur ada, misalnya melalui bantuan professional yang berhubungan dengan penyebab stress atau dengan meminta bantuan jaringan supportive ( social-network).
Disamping strategi tersebut diatas, ada beberapa langkah yang dapat kita gunakan dalam menghadapi stress, antara lain :
  1. Mengatahui dengan kesadaran penuh bahwa diri kita sedang stress (tertekan)
  2. Menerima perasaan kita. Akui perasaan kita dan bagilah dengan orang lain karena perasaan (emosi) merupakan salah satu indikator apakah sesuatu itu berjalan dengan baik atau tidak.
  3. Mengembangkan kemampuan perilaku yang efektif. Kita harus menghindari untuk menyalahkan orang lain atas masalah yang terjadi, gunakan inisiatif untuk menangani masalah dan gunakan waktu yang tersedia dengan baik.
  4. Membangun jaringan pendukung yang kuat. Kita tidak perlu takut untuk meminta bantuan langsung dari orang lain, khususnya keluarga atau sahabat yang baik
  5. Kembangkan gaya hidup yang menguatkan kita untuk melawan stress. Melakukan olah raga secara rutin, melakukan kegiatan relaksasi, tidak mengkonsumsi makanan dan minuman yang berpotensi merusak kesehatan dapat membantu kita menghadapi stress akibat masalah yang kita hadapi
  6. Menjaga kesehatan mental. Kita harus berpikir positif dan menangani suara hati yang negatif dengan perilaku yang positif serta menggunakan waktu untuk kegiatan yang dapat mendukung mental positif kita.

G.    Menangani Stress di Kampus
Kampus yang merupakan lingkungan baru bagi mahasiswua yang akan menjalani masa studi di perguruan tinggi. Kampus dapat menjadi stressor bagi mahasiswa baik dalam aspek tuntutan tugas belajar, organisasi dan pergaulan dengan sesama.   Jika mahasiswa tidak mampu mempersiapkan diri dengan baik, stessor dapat berbuah stress yang negative dan mempengaruhi kondisi fisik, psikis dan socialnya. Secara sederhana, kita bisa menangani stress kehidupan kampus dengan memakai STRESS lagi, namun tentu saja dalam akronim yang berbeda.
Study skills (Ketrampilan belajar)
Dalam kehidupan kampus ada banyak hal yang perlu dipelajari, mahasiswa juga ingin mengetahui banyak hal dan mengikuti banyak kegiatan, sementara waktu yang dimiliki terbatas. Oleh karena itu, agar tidak menjadi stress maka mahasiswa perlu memiliki berbagai ketrampilan belajar yang baik dan sesuai dengan kemampuannya sehingga bisa belajar secara efektif dan juga efisien dalam menggunakan daya dan waktu serta sumber lainnya.
  Time management (Manajemen waktu)
Mengingat waktu yang dimiliki oleh setiap mahasiswa adalah terbatas jika dibandingkan dengan keinginan untuk melakukan berbagai kegiatan baik di dalam kampus maupun di luar kampus, maka mahasiswa dituntut untuk memiliki kemampuan mengelola waktu dengan baik sehingga dapat mengalokasikan dan mengontrol penggunaan waktu dengan baik. Manajemen waktu merupakan bagian penting dalam mengelola stress di lingkungan kampus selain ketrampilan belajar yang disebutkan diatas.
  Rest (Istirahat)
Tubuh kita bagaikan satuan mesin yang membutuhkan jeda atau waktu istirahat setelah melakukan banyak aktifitas. Istirahat dapat memberikan sebuah kesempatan fisiologis, kognitif dan psikologis kita untuk memperbaiki system tubuh dan mengatur kembali irama kerja tubuh dan dapat merefresh kondisi yang telah dialami sebelumnya, sehingga setelah istirahat beberapa saat kita dapat melakukan aktifitas lagi dengan lebih baik.
Eating & Exercise ( Makan dan Olah raga)
Pada dasarnya setiap aktifitas yang kita lakukan, tubuh telah mengeluarkan banyak energy yang selama ini disimpan dan diolah oleh tubuh. Semakin banyak aktifitas yang kita lakukan maka semakin banyak tubuh membutuhkan asupan makanan yang seimbang. Disamping itu untuk mendapatkan kesegaran dan kebugaran kembali tubuh kita setelah beraktifitas, maka diperlukan pula olah raga (exercise) yang memadai sehingga dapat membantu tubuh memulihkan tenaga dan menyegarkan kembali otot-otot yang telah ikut terlibat dalam aktifitas sehari-hari.
Self-talk (Percakapan diri – kalbu)
Sebenarnya setiap orang mempunyai satu alat (perlengkapan) yang melekat dalam dirinya sebagai teman sejak kecil. Perlengkapan ini percakapan dengan diri sendiri (percakapan kalbu) dimana kita dapat berbicara dengan diri kita sendiri, melihat, mendengar dan bahkan kita bisa menertawakan diri kita sendiri sebagai hasil evaluasi diri yang dilakukan. Isi percakapan tersebut bisa bernilai positif yang membuat kita selalu optimis dan melakukan perubahan-perubahan, tetapi juga bisa negative yang membuat kita semakin tertekan (stress). Kita harus lebih mengembangkan percakapan ini untuk mengevaluasi setiap aktifitas yang kita lakukan agar memberikan nilai tambah dalam kehidupan kita. Dalam hal menangani stress, kita perlu bisa secara sadar mengganti isi percakapan yang tidak mendukung dengan kalimat yang bisa mendukung kita.
Social support  (Dukungan social)
Manusia adalah makhluk social yang pada hakikatnya tidak dapat hidup sendirian, membutuhkan orang lain yang memiliki kepedulian dan dukungan. Banyak situasi social yang menjadi pemicu munculnya stress, namun tidak sedikit pula lingkungan social yang dapat membantu mengurangi dan meminimalkan terjadinya stress. Dukungan orang-orang dekat seperti keluarga, teman bahkan masyarakat dapat memberikan kekuatan secara psikis baik secara langsung maupun tidak langsung kepada orang yang mengalami stess. Dalam keadaan stress sebaiknya kita berusaha bertemu dengan teman atau orang lain yang kita kenal sehingga situasi yang kita persepsikan sebagai sebuah stressor ini dapat juga dipahami oleh orang lain yang mungkin berbeda persepsinya, sehingga dapat memberikan pemaknaan baru terhadap situasi tersebut atau ikut memberikan solusi terhadap kondisi stress yang kita alami.
Selanjutnya secara praktis ada sejumlah latihan sederhana yang dapat dipelajari. Latihan-latihan tersebut meliputi pengaturan nafas, relaksasi otot dan visualisasi. Latihan pengaturan nafas dapat dilakukan hampir kapan saja dan dimana saja serta dapat dilakukan beberapa kali sehari. Kemudian diikuti dengan latihan relaksasi otot dan relaksasi yang lebih mendalam yaitu pada pikiran dengan visualisasi.
§  Latihan pernafasan.
Ketika stres meningkat, nafas menjadi lebih cepat dan dangkal. Dengan menyadari pernafasan dan belajar memperlambat dan memperdalam nafas akan membuat kita merasa lebih rileks. 
§  Latihan relaksasi otot
Ketika kita berada dalam situasi yang membuat stres, otot-otot menegang. Latihan relaksasi otot adalah suatu teknik untuk mengendurkan otot-otot yang tegang. Relaksasi dapat dibantu dengan mendengarkan musik yang lembut atau berada pada alam terbuka yang tenang.
§  Latihan visualisasi.
Visualisasi adalah berfikir dengan gambar, berimajinasi, membayangkan. Visualisasi adalah teknik yang sama bermanfaatnya dengan ketika kita mencoba memecahkan suatu masalah dan merangsang kreativitas. Kita membayangkan dan merasakan seolah-olah sedang berada dalam suatu situasi (tempat) yang nyaman, indah dan menyenangkan, misalnya berada di taman bunga, sedang dikelilingi kupu-kupu yang beterbangan atau berada di pantai dengan nyiur yang melambai-lambai. Idealnya, visualisasi dilakukan setelah latihan relaksasi otot. Jadi, setelah tubuh menjadi rileks, fikiran juga rileks.
Bagi orang Islam sendiri, Allah telah memberi sebuah metode managemen stres yang luar biasa. Berikut beberapa diantaranya :
1)            Jika kita sedang marah (mendapat masalah), maka kita diminta beristigfar. Jika belum bisa mereda, diminta berdiri bila sebelumnya duduk atau duduk bila sebelumnya berdiri. Jika belum mereda juga, ambil wudhu dan sholat.
2)            Sholat dengan khusuk. Metode dari Allah ini luar biasa karena apabila kita jalankan dengan benar, maka latihan pernafasan, relaksasi, dan visualisasi (tujuan hidup) sudah lengkap ada di dalamnya.
3)            Membaca Al-Qur’an. Begitu banyak hikmah dalam Qur’an yang bisa kita ambil untuk memecahkan masalah kita. Lengkap untuk semua masalah karena memang Qur’an merupakan panduan langsung dari Allah.
4)            Bermunajat. Berdo’a pada Allah, berdialog memohon bantuan atas masalah kita karena Allah yang Maha Berkuasa. Jika kita benar-benar meyakini Allah Maha Besar, maka apapun masalah adalah kecil.

Problem Solving
Lalu apa yang harus kita lakukan bila menghadapi masalah? Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan saat menghadapi masalah:
1)            Bersikap tenang dan jangan lari dari masalah. Setiap orang punya masalah dan masalah tidak akan terselesaikan kecuali kita menghadapi dan menyelesaikannya.
2)            Rumuskan dengan jelas apa yang menjadi masalah. Misal, bingung menentukan jurusan kuliah, atau tidak punya uang padahal ingin beli kaset. Jika sekedar dibayangkan maka apa yang menjadi fokus masalah sering tidak tergambar jelas.
3)            Apabila masalah lebih dari satu, buatlah urutan prioritas dari yang paling penting hingga tidak. Lalu fokus pada masalah yang terpenting.
4)            Cari alternatif solusi sebanyak mungkin. Misal,  solusi alternatif untuk tidak punya uang adalah : menghemat agar bisa menabung, menunda membeli kaset sampai orang tua ada uang, cari pinjaman uang pada teman.
5)            Pikir dan tuliskan untung rugi dari masing-masing alternatif solusi.
6)            Pilih solusi yang untung paling banyak dan rugi paling sedikit.
7)            Apabila kita tidak mampu menyelesaikan sendiri, maka cerita dan berbagilah dengan orang yang dekat dengan kita. Orang lain barangkali bisa melihat masalah kita dari perspektif lain yang memungkinkan bersama mencari solusinya.


Sumber Pustaka
Covey, Stephen. 1997. Tujuh Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif. Covey Leadership Center, Inc.
Hall, C.S., & Lindzey, G. 2004. Theories of Personality; 4th ed. John Wiley & Sons, Inc. New York. USA.
Smith, Gregory P. 2004. The Art of Managing Time and Your Life. http://www.greaterdiversity.com/career_resources/movingforward/hippos.html

Jackman, Ann. 2006. How to Get Things Done. Esensi. Jakarta

0 komentar:

Posting Komentar