Jumat, 15 Maret 2013

Posted by Rumah Ratu On Jumat, Maret 15, 2013

  1. KLENIK DAN MISTISISME
Klenik dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan kepercayaan akan hal-hal yang mengandung rahasia dan tidak masuk akal (KBRI,1989:409). Salah satu aspek dari ajaran agama adalah percaya terhadap kekuatan gaib. Bagi penganut agama, masalah yang berkaitan dengan hal-hal yang gaib ini umumnya diterima sebagai suatu bentuk keyakinan yang lebih bersifat emosional, ketimbang rasional[1]. Pengertian lain dari klenik merupakan pemahaman terhadap suatu kejadian yang dihubungkan dengan hukum sebab akibat yang berkaitan dengan kekuatan gaib (metafisik).

Kata mistisisme berasal dari bahasa Yunani Meyein, yang artinya “menutup mata”. Kata mistik biasanya digunakan untuk menunjukkan hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang misteri. Dalam arti luas, mistik dapat didefinisikan sebagai kesadaran terhadap kenyataan tunggal, yang mungkin disebut kearifan, cahaya, cinta atau nihil[2]. Mistisisme (mysticism) secara bahasa merupakan gabungan antara kata mistik (mystic) dengan imbuhan isme yang menyatakan paham (ajaran), sehingga mistisisme memiliki makna paham (ajaran) tentang mistik. Sedangkan kata mistis merupakan gabungan antara kata mistik dengan imbuhan is yang menyatakan sifat, sehingga misitis memiliki makna bersifat mistik.
Definisi mistik dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah: Subsistem yang ada dalam hampir semua agama dan sistem religi untuk memenuhi hasrat manusia mengalami dan merasakan emosi bersatu dengan Tuhan; tasawuf ; suluk ; hal gaib yang tidak terjangkau dengan akal manusia biasa. Senada dengan kamus besar bahasa Indonesia menurut ensiklopedia nasional Indonesia, mistik adalah sutu proses yang bertujuan memenuhi keinginan atau hasrat manusia untuk mengalami dan merasakan bersatunya emosi dengan Tuhan atau kekuatan transenden lainnya.
Menurut Prof. Harun Nasution dalam tulisan Orientalis Barat, mistisisme yang dalam islam adalah tasawuf disebut sufisme, sebutan ini tidak dikenal dalam agama-agama lain, melainkan khusus untuk sebutan mistisisme islam.[3] Sebagaimana halnya mistisisme, tasawuf atau sufisme mempunyai tujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada dihadirat Tuhan.
Meskipun klenik dan mistisisme sering kita dengar atau akrab di telinga kita namun dalam mendefinisikan kedua hal tadi bukanlah perkara yang mudah. Akan senantiasa muncul pro dan kontra dalam menyikapi dua hal tadi. Sebagian ada yang menyatakan bahwa klenik dan mistisme itu sama saja dan ada pula yang menyatakan berbeda antara keduanya.
Kesimpulan yang kami ambil adalah mistisisme berbeda dengan klenik. Mistisisme lebih global dan luas mencangkup segala pembahasan mengenai hal-hal yang bersifat hal-hal ghaib, sedangkan klenik adalah bagian dari mistisisme sebagaimana dalam kamus bahasa Inggris klenik diartikan dengan secret mystical or magical practices of a questionable nature.
Struktur Pengetahuan Mistik (Ontologi Pengetahuan Mistik) Dilihat dari segi sifatnya, mistik dibagi menjadi dua bagian, yaitu mistik biasa dan mistik magis. Mistik biasa adalah mistik tanpa kekuatan tertentu. Dalam Islam mistik yang ini adalah tasawuf. Mistik magis adalah mistik yang mengandung kekuatan tertentu dan biasanya untuk mencapai tujuan tertentu. Mistik magis ini dapat dibagi menjadi dua yaitu Mistik magis putih dan Mistik magis hitam. Mistik magis putih dalam islam contohnya ialah mukjizat, karomah, ilmu hikmah, sedangkan Mistik magis hitam contohnya ialah santet dan sejenisnya yang menginduk kepada sihir. Istilah Mistik magis putih dan Mistik magis hitam, digunakan untuk sekedar membedakan kriterianya. Orang menganggap Mistik magis putih adalah mistik magis yang berasal dari agama langit (Yahudi, Nasrani dan Islam), sedangkan Mistik magis hitam berasal dari dua agama itu. Dalam prakteknya Mistik magis putih dan hitam, memiliki kegiatan yang relatif sama, nyaris hanya nilai filsafatnya saja berbeda.
Kesamaan itu terlihat dari Mistik magis putih menggunakan wirid, doa dan Mistik magis hitam menggunakan mantra, jampi yang keduanya pada segi prakteknya sama. Perbedaan mendasar ada pada segi filsafatnya. Mistik magis putih selalu berhubungan dan bersandar pada Tuhan, sehingga dukungan Illahi sangat menentukan. Mistik magis hitam selalu dekat, bersandar dan bergantung pada kekuatan setan dan roh jahat. Kegunaan Pengetahuan Mistik (Aksiologi Pengetahuan Mistik) Mustahil pengetahuan mistik mendapat pengikut yang begitu banyak dan berkembang sedemikian pesat bila tidak ada gunanya. Pengetahuan mistik itu amat subjektif, yang paling tahu penggunaannya ialah pemiliknya. Dikalangan sufi (pengetahuan mistik biasa) dapat menentramkan jiwa mereka. Pengetahuan mereka seiring dapat menyelesaikan persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh sains dan filsafat. Jenis mistik lain seperti kekebalan, pelet, debus dan lain-lain diperlukan atau berguna bagi seseorang sesuai dengan kondisi tertentu, terlepas dari benar atau tidak penggunaannya.
Kebal misalnya dapat digunakan dalam pertahanan diri, debus dapat digunakan sebagai pertahanan diri dan juga untuk pertunjukkan hiburan. Jenis ini dapat meningkatkan harga diri dan juga untuk pertunjukkan hiburan. Jenis ini dapat meningkatkan harga diri. Sementara mistik magis hitam, dikatakan hitam, antara penggunaannya untuk kejahatan. Untuk menilai apakah mistik magis itu hitam atau putih kita melihatnya pada segi ontologinya, epistemologinya dan aksiologinya. Bila pada hal ontologinya terdapat hal-hal yang berlawanan dengan kebaikan, maka dari segi ontologi mistik magis itu kita disebut hitam. Bila cara memperolehnya (epistemologi) ada yang berlawanan dengan nilai kebaikan maka kita akan mengatakan mistik magis itu hitam. Bila dalam penggunaan (aksiologi) untuk kejahatan maka kita menyebutnya hitam. Cara pengetahuaan mistik menyelesaikan masalah tidak melalui proses indrawi dan tidak pula melalui proses rasio. Itu berlaku mistik putih dan mistik hitam.
Objek Pengetahuan Mistik (Epistemologi Pengetahuan Mistik) Objek pengetahuan mistik ialah objek yang abstrak supra rasional, seperti alam gaib termasuk Tuhan, Malaikat, Surga, Neraka, Jin dan lain-lain. Termasuk objek yang hanya dapat diketahui melalui pengetahuan mistik ialah objek-objek yang tidak dapat dipahami oleh rasio, yaitu objek-objek supra natural (supra rasional), seperti Kebal, Debus, Pelet, Penggunaan Jin, Santet dan lain-lain. Pengetahuan mistik itu tidak diperoleh melalui indera dan tindakan juga dengan menggunakan akal rasional. Pengetahuan mistik diperoleh melalui rasa, ada yang mengatakan melalui intuisi, Al-Ghozali mengatakan melalui dhamir atau qalbu. Kebenaran mistik dapat diukur dengan berbagai macam ukuran. Bila pengetahuan itu berasal dari tuhan, maka ukurannya adalah teks Tuhan yang menyebutkan demikian. Tetkala tuhan mengatakan dalam Al-Qur?an bahwa Surga dan Neraka itu ada, maka teks itulah yang menjadi bukti bahwa pernyataan itu benar. Ada kalanya ukuran kebenaran pengetahuan mistik itu kepercayaan. Jadi, sesuatu dianggap benar karena kita mempercayainya. Kita percaya bahwa jin dapat disuruh oleh kita untuk melakukan pekerjaan, kepercayaan itulah yang menjadi kekuatannya.
Maka untuk lebih jelasnya hal-hal yang tergolong mistisisme diantaranya: supernatural activity, occultisme, parapsikologi, spiritualisme (kebatinan, sufism, tantra yoga, enlightment, dsb), magic (sorcery/wizardy, shaman, dukun dan sebagainya), klenik dan sebagainya.
Contoh-contoh Klenik di Dunia
Klenik sebagaimana penjelasan diatas berarti secret mystical or magical practices of a questionable nature, yang intinya masih diragukan keabsahan, kebenaran, ataupun keilmiahannya (dalam dunia Islam mungkin lebih dikenal dengan istilah tathayyur, takhayyul, dan khurafat). Diantara contohnya yang dapat kami sebutkan disini adalah:
·         Angka 666 dalam bahasa Latin bisa diartikan sebagai DIC LVX = dicit lux – suara cahaya. Setan dalam bahasa Latin sering diberi nama sebagai Lucifer (Lux Ferre) atau Si Pembawa Cahaya. Dalam istilah astrologi disebut juga sebagai Bintang Fajar atau Venus atau planet ke-6 terbesar dalam tata surya kita. 666 dalam angka Rumawi = DCLXVI atau dalam arti kata lain dalam angka 666 tersebut telah dapat merepresentasikan seluruh angka yang terdapat dalam angka Romawi (D = 500, C = 100, L = 50, X = 10, V = 5, I = 1). Semua yang buruk dan jahat konon mempunyai kaitannya dengan angka 666 seperti roulet, apabila semua angka di meja roulet dijumlahkan akan menjadi 666. Berzinah itu dosa berat, maka dari itu angka 666 dalam bahasa Yunani mempresentasikan XES (sex terbalik). Begitu juga dengan nama dari Kaiser Nero dalam bahasa Ibrani ini bisa ditulis dengan angka 666 (Neron Kesar). Racun yang mematikan adalah racun 666 = racun Hexachloride yang diambil dari formula kimia C6H6Cl6. Hal inilah yang menyebabkan angka 666 selalu diidentikkan dengan Satanisme atau hal-hal yang berbau pemujaan setan.
·         TANDUK UNICORN Pertama kali digunakan para pendeta Druid di Skotlandia dan Irlandia. Biasanya, tanduk Unicorn dipakai dalam upacara ritual untuk meminta bantuan keuangan kepada setan. Nama lain untuk simbol ini adalah tanduk Italia, tongkat sihir peri atau tongkat Leprechaun.Dalam mitologi Indian, simbol tanduk sering disebut-sebut. Kelihatannya seperti lambang kemaluan lelaki. Bila diamati secara seksama, pada beberapa pakaian, simbol seperti ini tampak melingkari leher si pemakai. Sementara di daratan Eropa, simbol unicorn dianggap berhubungan dengan persoalan seksualitas dan merupakan sebuah simbol kekuatan seks. Legenda Unicorn terdapat dalam kisah-kisah kaum Nasrani, Islam, Cina, dan Indian.
·         Ankh. Sepintas lalu, simbol ini mirip dengan salib dalam ajaran kaum Nasrani. Tapi tidak, gambar ini sama sekali tak ada hubungannya dengan salib. Ankh merupakan salah satu simbol kekuatan terdahsyat dari dunia mistik hitam. Bila ditelusuri sejarahnya, Ankh berasal dari mistik Mesir kuno. Pada masa itu Ankh dipergunakan dalam upacara pemujaan RA, dewa matahari Mesir kuno yang diyakini sebagai wujud lain dari setan. Ra juga dianggap sebagai pencipta alam semesta dan disembah oleh orang-orang Mesir kuno. Lingkaran di atas kepala adalah gambaran matahari. Ankh merupakan simbol reinkarnasi. Namun konsepnya berbeda dengan pengertian ajaran Budha dan Hindu. Dalam ajaran Mesir kuno, Ankh bermakna sebagai keabadian hidup. Syarat utama untuk menggunakan simbol ini, orang-orang Mesir kuno diwajibkan mempersembahkan kesucian para gadis perawan dalam sebuah pesta ritual yang menyeramkan.
·         PENTAGRAM. Simbol ini sering digunakan oleh para penyihir wanita dalam melakukan prakteknya. Pentagram berhubungan dengan Lucifer dan penyihir wanita percaya bahwa Lucifer berarti “Putra Sang Fajar”.  Jika pentagram ini diputar secara terbalik, bentuknya jadi semacam bintang yang bertanduk. Atau bila diamati secara seksama. simbol bintang ini dalam perputarannya seakan-akan membentuk wajah setan. Dan sampai saat ini, Pentagram dijadikan sebuah simbol yang dipergunakan seluruh gereja setan di dunia.
·         HEXAGRAM. Disebut Hexagram karena berbentuk bintang segi enam. Hexagram sering dipergunakan dalam upacara ritual mistik dalam dunia gaib hitam. Simbol ini harus tersedia ketika memanggil setan secara berulang-ulang selama ritual berlangsung. Dalam spiritual Cina, I Ching, Hexagam juga dipergunakan dengan kombinasi garis lurus dan garis putus yang berhubungan dengan energi “Yin” dan “Yang”. Hexagram, pada dasarnya sama sekali tidak menunjukkan pengertian yang bisa bikin bulu kuduk berdiri.
·         EYE OF HORUS. Horus adalah sosok dewa yang berhubungan dengan matahari. Ia merupakan putra dari Isis dan Osiris. Mata Horus merupakan simbol mistik dari kekuatan gelap yang bermakna “Maha Tahu” dan “Maha Melihat”. Biasanya ia dilukis dalam hieroglips (Tulisan Mesir kuno) di dinding-dinding Piramid. Osiris adalah sang raja sekaligus hakim kematian. Ia suami dan juga abang dari Isis. Ia juga merupakan sosok dewa senior tertinggi dalam kepercayaan Mesir kuno.
·         Zodiak (dengan berbagai versinya), Shio, neptu, i-Ching, Kalacakra dan sebagainya yang menggunakan tehnik-tehnk perhitungan tertentu untuk menentukan baik-buruknya sesuatu.
·         Makhluk-makhluk ghaib yang dipercaya ada berdasarkan mitos masyarakat/daerah dan agama tertentu, semisal: leak (Hindu), Butha dan Yamadipathi (Budha), Lucifer dan dracula (Nashrani), dll

Suburnya praktek klenik antara lain ditopang oleh kondisi masyarakat yang umumnya awam terhadap agama namun memiliki rasa fanatisme spiritual yang tinggi. Kondisi ini menjadikan masyarakat memiliki tingkat sugestibel yang tinggi (higly suggestible), sehingga lebih reseptif (mudah menerima) gagasan baru yang dikaitkan dengan ajaran agama/spiritual.
Faktor-faktor lain yang mendukung timbul dan berkembangnya aliran seperti ini adalah kekosongan spiritual dan penderitaan. Mereka yang memiliki kesadaran beragama yang rendah atau tidak sama sekali, umumnya jika mengalami penderitaan cenderung akan kehilangan pegangan hidup. Di saat-saat seperti ini pula mereka menjadi sangat sugestibel (mudah menerima sugesti). Oleh karena umumnya dalam kondisi yang putus asa seperti itu, praktek kebatinan seperti aliran klenik dianggap dapat menjanjikan dan merupakan tempat pelarian dalam mengatasi kemelut batin mereka. Prof Buya Hamka menjelaskan pula bahwa dari ordo-ordo klenik akan muncul berbagai macam sekte dan aliran kepercayaan dalam tubuh masyarakat.
Karakteristik Mistisisme dalam Psikologi agama
            Mistisme ada pada semua agama di dunia ini baik pada agama samawi (Nashrani, Yahudi, dan Islam)maupun agama-agama bumi seperti Budha, Hindu, Taoisme, Shinto dan sebagainya. Sebagaimana pandangan Prof. Nasution bahwasanya mistisme Islam identik dengan tasawwuf, maka kita juga bisa katakan bahwa Mistisme pada Budha bisa kita sebut dengan ajaran Zen, dalam Hindu dapat kita sebut dengan praktik Yoga dan Tantra, dan masih banyak lagi dalam agama-agama yang lain. 
William James menjelaskan tentang kondisi mistisisme. Menurutnya, kondisi tersebut ditandai dengan empat karakteristik:
1.   Ineffability (tidak dapat diungkapkan), merupakan suatu kondisi yang mustahil dapat dideskripsikan atau dijabarkan, kondisi tersebut merupakan perasaan (state of feeling) yang sulit dilakukan pada orang lain dengan detail kata seteliti apa pun.
2.   Neotic, yaitu merupakan merupakan suatu kondisi pemahaman sebab bagi para pelakunya ia merupakan kondisi pengetahuan. Dalam kondisi tersebut tersingkap hakikat realitas yang baginya merupakan ilham dan bukan pengetahuan demonstratif.
3.   Transiency, yaitu merupakan suatu kondisi yang cepat sirna. Dengan kata lain, ia tidak langsung tinggal lama pada sang sufi atau mistikus, tapi ia menimbulkan kesan-kesan yang sangat kuat dalam ingatan.
4.   Passivity, yaitu  merupakan kondisi pasif
Dari ke empat karakteristik yang disampaikan James diatas dapat menjadikan penguat bahwa mistisme berbeda dengan yang disebut klenik dan gugon tuhon. Sebaliknya mistik merupakan tindakan atau perbuatan yang adiluhung, penuh keindahan, atas dasar dorongan dari budi pekerti luhur atau akhlak mulia. Mistik sarat akan pengalaman-pengalaman spiritual. Yakni bentuk pengalaman-pengalaman halus, terjadi sinkronisasi antara logika rasio dengan “logika” batin. Pelaku mistik dapat memahami noumena atau eksistensi di luar diri (gaib) sebagai kenyataan yang logis atau masuk akal. Sebab akal telah mendapat informasi secara runtut, juga memahami rumus-rumus yang terjadi di alam gaib.
Sebagai contoh ;
Kenapa simpanan uang di Bank tidak ada yang hilang di curi makhluk pesugihan ? Atau perhiasan emas di toko emas tidak bisa hilang digondol sejenis jin atau pun siluman pesugihan ?
Secara logis-rasional, makhluk pesugihan yang sering mencuri uang atau perhiasan di rumah-rumah penduduk seharusnya bisa mencuri uang dan perhiasan di kedua tempat tersebut. Namun kenyataannya kedua jenis harta kekayaan tersebut tidak bisa dicuri oleh makluk gaib sejenis pesugihan manapun. Hal ini jarang sekali terfikirkan atau buat apa dipikirkan !
Agama/Ajaran sebagai sarana menggapai tataran spiritual. Spiritual adalah kesadaran tinggi akan nilai-nilai transenden atau “ketuhanan”. Mistisisme adalah wujud kesadaran dalam laku perbuatan konkrit. Dengan adanya kesadaran yang cukup memadai akan bagaimana sesungguhnya yang terjadi di alam gaib hal itu membuka pola pikir kita sehingga mampu memahami noumena kegaiban secara logis. Hal ini menjadikan para pelaku spiritual memiliki kemantapan tidak hanya sekedar yakin, tetapi dapat dikatakan bisa menyaksikan sendiri bagaimana “rumus-rumus halus” akan bekerja, antara pengetahuan spiritual dengan tindakan nyata seiring dan seirama. Bagaikan lirik dengan syairnya. Aransemen dengan nada-nada musiknya. Sastra dengan gendhingnya. Sinergis dan harmonis antara pengetahuan spiritual dengan perbuatannya. Menjadikan para pelaku spiritual justru terkesan lebih santun dan memiliki sense on humanity yang tinggi, memiliki kepekaan social, solidaritas dan toleransi, kepedulian lingkungan social dan alam yang sangat mendalam.
  1. ATHEISME
Ateisme adalah sebuah pandangan filosofi yang tidak mempercayai keberadaan Tuhan dan dewa-dewi ataupun penolakan terhadap teisme.Dalam pengertian yang paling luas, ia adalah ketiadaan kepercayaan pada keberadaan dewa atau Tuhan.
Istilah ateisme berasal dari Bahasa Yunani (atheos), yang secara peyoratif digunakan untuk merujuk pada siapapun yang kepercayaannya bertentangan dengan agama/kepercayaan yang sudah mapan di lingkungannya. Dengan menyebarnya pemikiran bebas, skeptisisme ilmiah, dan kritik terhadap agama, istilah ateis mulai dispesifikasi untuk merujuk kepada mereka yang tidak percaya kepada tuhan. Orang yang pertama kali mengaku sebagai "ateis" muncul pada abad ke-18. Banyak ateis bersikap skeptis kepada keberadaan fenomena paranormal karena kurangnya bukti empiris. Yang lain memberikan argumen dengan dasar filosofis, sosial, atau sejarah. Pada kebudayaan Barat, ateis seringkali diasumsikan sebagai tak beragama (ireligius).
Munculnya Atheis didasari oleh ketidak percayaan para penganutnya terhadap keberadaan Tuhan. Mereka menganggap konsep Ketuhanan tidak dapat diterima oleh akal atau rasio manusia. Untuk itu sebagian besar penganut dari faham ini adalah orang-orang dengan intelektual tinggi. Namun dari hasil penelitian dinyatakan bahwa kecerdasan seseorang berkorelasi negatif terhadap kadar keimanannya tetapi juga bukan berarti ada korelasi posifit atau tidak ada hubungan sama sekali antara keduanya. Pada intinya bukan berarti orang yang memiliki IQ tinggi kemungkinan besar dapat terbawa pada faham Atheis namun yang ada adalah sebagian besar orang atheis memiliki kecerdasan yang tinggi. Keimanan adalah urusan hati shingga tergantung pada individu itu sendiri dalam memahaminya. Untuk itu dalam upaya penangulangannya yakni pada penyadaran tiap-tiap individu bahwa agama merupakan kebutuhan yang tidak dapat terelakkan oleh manusia.

  1. AGNOSTIK
Agnostik berasal dari akar kata bahasa Yunani “a” yang berarti tanpa dan “gnostikos” yang berarti pengetahuan. Secara harfiah agnostik dapat diartikan sebagai tidak adanya pengetahuan terhadap substansi mutlak yaitu Tuhan. Agnostik berbeda dengan atheis, orang-orang yang atheis mutlak tidak percaya terhadap adanya Tuhan sedangkan agnostik percaya bahwa tidak ada seorangpun mengetahui exist (ada) tidaknya Tuhan. Bahwa urusan mengenai Tuhan adalah bentuk pengetahuan yang tidak bisa dijangkau oleh akal pikiran manusia.
Para penganut agnoticisme adalah kaum yang terjebak akan keraguan dan ketidak tahuan mereka akan keberadaan Tuhan. Banyak orang yang mempunyai persepsi berbeda terhadap makna sejati agnostik. Sebagian orang berpendapat bahwa para penganut agnoticisme adalah orang-orang yang percaya akan adanya Tuhan, namun memilih untuk tidak beragama sebagai instrumen perantara yang mengikat. Hal ini disebabkan keraguan mereka terhadap mengadanya suatu agama. Mereka beranggapan bahwa agama hanya dijadikan sebagai ladang kekuasaan, alih-alih perantara terhadap sang khalik. Kaum ini menelaah begitu banyak agama sebelum memutuskan untuk memilih tidak beragama. Pernyataan yang dapat menjawab kenapa keberadaan kaum agnostik cukup langka jika dibandingkan dengan penganut atheisme.
Dewasa ini hak-hak pribadi manusia dijunjung tinggi dan begitu diperjuangkan. Namun, identitas keagamaan yang merupakan salah satu hak pribadi manusia masih saja menjadi sebuah hal yang selalu saja ditelisik dengan penuh konspirasi. Hal ini disebabkan adanya isu-isu global yang membebani salah satu atau beberapa agama tertentu. Isu yang paling gencar adalah terorisme. Entah kenapa masyarakat dunia khususnya barat mengidentikkan agama Islam dengan terorisme. Orang-orang berjambang dan berjilbab dicurigai dan diawasi layaknya para penyusup yang setiap saat dapat melontarkan bom ke segala penjuru negara.
Dalam ketegangan seperti ini, beberapa diantara mereka melahirkan sebuah pemahaman baru yang menyalahkan keberadaan agama. Mereka berpendapat bahwa menjadi agnostik merupakan pilihan yang sexi dan cool di abad ini. Dengan bangga mereka akan mengaku sebagai seorang agnostik, sehingga tak perlu takut dicurigai dan diawasi. Bahkan sebagian mereka merasa senang karena dapat menikah dengan siapapun sesuai dengan keinginan mereka. Tidak ada perbedaan agama yang dapat mengakibatkan mereka berpisah dari pasangannya.
Para penganut agnosticisme tidak terlahir begitu saja sebagai agnostik, mereka menjadi agnostik setelah melewati pengalaman intelektual. Agnostik berpendapat bahwa ada tidaknya Tuhan merupakan suatu hal yang tidak mempengaruhi kehidupan mereka, bukan berarti mereka tidak percaya terhadap Tuhan. Hanya saja mereka ragu dan berpendapat bahwa urusan Tuhan tidak biasa dijangkau akal pikiran. Ketidak tahuan manusia yang beragama akan martabat rasa dapat menjadikan mereka takut dan lari dari zona ketidaknyamanan (berbentuk ancaman, ketidak puasan, keraguan dll.). Mereka akan beralih ke zona netral, alih-alih untuk menghindar. Maka lahirlah agnostik yang mereka anggap sebagai sebuah pilihan.

  1. ALIRAN SESAT
Munculnya fenomena aliran sesat tidak terlepas dari problem psikologis baik para tokoh pelopornya, pengikutnya serta masyarakat secara keseluruhan. Problem aliran sesat mengindikasikan adanya anomali nilai-nilai di masyarakat.
Aliran sesat didefinisikan sebagai aliran yang menyimpang dari mainstream masyarakat, namun batasan ini menjadi rancu karena kriteria kesesatan bersifat multikriteria. Oleh karena itu silang pendapat apakah suatu aliran sesat atau tidak merupakan masalah tersenidri yang tidak mudah.
Sepuluh Kriteria Aliran Sesat menurut MUI
1.      Mengingkari rukun iman dan rukun Islam
2.      Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`i (Alquran dan as-sunah),
3.      Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran
4.      Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Alquran
5.      Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir
6.      Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam
7.      Melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul
8.      Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir
9.      Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah
10.  Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar’i
Berbagai Aliran Sesat Di Indonesia
  1. Aliran Pembaharu Isa Bugis
Isa Bugis lahir tahun 1926 di kota Bhakti Aceh Pidie. Isa Bugis ingin menerjemahkan dan menganalisa agama Islam berdasarkan teori pertentangan antara dua hal. Seperti misalnya ideologi komunis dengan kapitalis, antara nur dan kegelapan. Ia berusaha untuk mengilmiahkan agama dan kekuasaan Tuhan dan akan menolak semua hal-hal yang tidak bisa diilmiahkan atau tidak bisa diterima akal. Oleh karena itu ajaran Isa Bugis ini banyak diikuti oleh para intelek yang cenderung lebih menggunakan akal dan pikiran.
  1. Faham Inkar Sunnah
Faham sesat ini mucul sekitar tahun 1980-an. Mereka menamakan pengajian yang mereka adakan dengan sebutan kelompok Qur'ani (kelompok pengikut Al Qur'an).
Tokohnya antara lain Luqman Saad Direktur perusahaan penerbitan PT. Ghalia,  ia banyak mencetak buku-buku yang berisi ajaran sesat Inkarus Sunnah. Selain itu juga Ir. Irham Sutarto ketua serikat buruh PT. Unilever (Belanda). Tokoh utamanya adalah Marinus Taka keturunan Indo Jerman yang tinggal di Jalan Sambas 4 No.54 Depok Lama daerah dimana banyak bermukim peranakan Belanda dengan gerejanya yang terpadat untuk seluruh Indonesia. Marinus Taka mengaku bisa membaca Al Qur'an tanpa belajar dan tanggal 4 Juni 1983 ditangkap oleh Kodim Jakarta Utara.
  1. Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII)
Didirikan oleh Mendiang Nur Hasan Ubaidah Lubis (Luar Biasa), awalnya bernama Darul Hadits (DH) tahun 1951. Karena meresahkan masyarakat Jawa Timur maka DH dilarang oleh PAKEM - Kejaksaan Tinggi Jawa Timur. Kemudian berganti nama menjadi Islam Jama'ah. Banyak artis yang tertarik dengan ajaran ini antara lain karena adanya ajaran tebus dosa. Karena kembali meresahkan masyarakat di Jakarta akhirnya dilarang melalui SK Jaksa Agung RI No. Kep.-08/D.A/10.1971 tanggal 29 Oktober 1971.
  1. Agama Ahmadiyah
Agama Qadian didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad di India. Mirza dianggap sebagai Nabi yang disejajarkan dengan Nabi Isa as., Nabi Musa as., Nabi Daud as.
Agama ini bermaksud untuk menyaingi Kenabian Muhammad SAW. Ahmadiyah  masuk Indonesia tahun 1935 dan tersebar. Pusatnya sekarang di Parung Bogor.
Mempunyai majalah Nur Islam (sebagai pengganti Sinar Islam yang telah dilarang). Aliran ini sudah dilarang namun hanya secara lokal. MUI serta organisasi Islam lainnya telah mengirim surat kepada Pemerintah (Kejagung RI) tetapi belum mendapat tanggapan.
  1. Gerakan Syi'ah
Agama Syi'ah adalah agama dendam kesumat. Pencetusnya adalah Abdullah bin Saba tokoh YAHUDI yang pura-pura masuk Islam di zaman Sahabat Nabi.
Rukum Iman Agama Syi'ah tidak termasuk percaya kepada Qadha' dan Qadar, yaitu : Percaya kepada keesaan Allah, Percaya kepada keadilan, Percaya kepada kenabian, Percaya kepada Imamah, Percaya kepada sa'ah (hari kiamat). Karena tidak iman kepada Qadha' dan Qadar itulah maka kematian cucu Rasulullah SAW, Husen di Padang Karbala, diratapi dari dulu hingga sekarang. Dalam meratapi, mereka memukul badan, dada dan kepala hingga berlumuran darah padahal tidak ada ajaran samawi yang membolehkan menganiaya diri karena mencintai seseorang.
Ahlul baiyt (seisi rumah dengan Rasulullah SAW) menurut mereka adalah Ali bin Abi Thalib, Fatimah dan kedua puteranya, Hasan dan Husein. Sedangkan Khadijah yang begitu besar jasanya terhadap agama Islam tidak termasuk.
Gerakan Syi'ah luar biasa aktif di Indonesia (karena banyak penduduk muslimnya namun kurang pengetahuan agamanya). Mereka pandai menempatkan orang-orangnya di posisi penting a.l. : DR. Jalaluddien Rahmat untuk menggarap keluarga mantan wapres Soedarmono serta kelompok elit di Kebayoran Baru dengan nama yayasan Pengajian Sehati. Ir. Haidar Bagir (pemimpin umum Republika untuk menggarap orang-orang dekat Habibie dan kelompok intelektual). Prof. DR. Quraisy Shihab yang menggarap tokoh agama yaitu untuk mementahkan keputusan-keputusan MUI jika ada keputusan MUI yang keras terhadap aliran sempalan. LPPI pernah mengeluarkan brosur kecil yang berjudul : Syi'ah dan Quraisy Shihab.
  1. Gerakan Lembaga Kerasulan (LK)
Mereka berpendapat bahwa Rasul itu diutus sampai kiamat. Rasul itu personnya, oleh sebab itu harus ada lembaganya (sama dengan Menteri dengan Departemennya).
Kalau Rasul meninggal maka harus ada Rasul baru yaitu Imam mereka. Tidak taat pada Imam mereka berarti tidak taat pada Rasul dan itu dosa besar.
Gerakan ini ingin mendirikan NII (Negara Islam Indonesia) versi mereka sendiri dengan tokohnya : Aceng Syaifuddin.
  1. Ajaran Lia Aminuddin, Agama Salamullah         
Lia Aminuddin, umur 51 tahun tinggal di Jl. Mahoni 30 Jakarta Pusat. Ada beberapa buku yang sudah dikarang olehnya:
·         Perkenankan aku menjelaskan sebab taqdir.
·         Pancasila menuju Zam-zam
·         Lembaga Al Hira, fatwa Jibril as. VS fatwa MUI.
·         Puisi-puisi mendalami kerukunan Nasional.
  1. Ajaran Bijak Bestari
Yayasan Imperium Zakita Mata di didirikan oleh HMA Bijak Bestari, lahir di Binjai, Sumatra Utara, 30 Maret 1943.
  1. Agama (faham) Baha'i
Timbul dari kalangan Syi'ah di Iran pada abad 19. Pencetusnya adalah Mirza Ali Muhammad. Mendakwa dirinya sebagai Al Baab, artinya pintu, yaitu pintu yang menghubungkan manusia dengan iman yang hilang yang akan keluar pada akhir zaman.
Ajarannya dinamakan Babiyah. Ia mengangkat dirinya sebagai Imam Mahdi. Setelah meninggal ajarannya dikembangkan oleh muridnya Mirza Husein Ali. Husein Ali juga mengangkat dirinya sebagai Nabi, juga Al Masih yang dijanjikan.
  1. ISLAM Liberal
Islam Liberal atau JIL (Jaringan Islam Liberal) adalah kemasan dari kelompok lama yang orang-orangnya dikenal nyeleneh. Kelompok nyeleneh itu setelah berhasil memposisikan orang-orangya dalam jajaran yang mereka sebut pembaharu atau modernis. Mula-mula yang dilakukan adalah mengacaukan istilah. Mendiang Dr. Harun Nasution Direktur Pasca Sarjana IAIN Jakarta berhasil mengelabui para mahasiswa perguruan tinggi Islam di Indonesia dengan cara mengacaukan istilah. Yaitu memposisikan orang-orang yang nyeleneh sebagai Pembaharu. Diantaranya Rifa'at At-Thahthawi (orang Mesir alumni Paris yang menghalalkan dansa-dansi laki perempuan campur aduk) oleh Harun diangkat sebagai pembaharu dan bahkan dibilang sebagai pembuka pintu ijtihad. Pemutarbalikan fakta ini dilakukan secara resmi di IAIN antara lain melalui bukunya "Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, terbit 1975).
Cara Untuk Menghindari Pengaruh Dari Aliran Sesat
1.      Pagari Akidah Anda
2.      Kenalilah agama anda lebih mendalam lagi.
3.      Pererat hubungan anda dengan ustadz (orang yang anda yakini kebenaran akidahnya).
4.      Bertemanlah dengan orang-orang yang mengingatkan anda akan Allah
5.      Baca dan Pelajari Al Qur’an dan Hadits
6.      Hati-hati dalam menafsirkan Al Qur’an

  1. KONVERSI AGAMA
Konversi berasal dari kata conversio yang berarti tobat, pindah, berubah (agama). Dalam kata Inggris conversion mengandung pengertian: berlawanan arah, berubah dari suatu keadaan, atau dari suatu agama keagama lain (change from one state, or from one religion, to another), misalnya dari Atheis masuk Katolik, dari Katolik keluar dan masuk Islam. Jadi konversi agama diartikan: bertobat, berubah agama, berbalik pendirian terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam agama.
Tiap-tiap konversi agama itu melalui proses-proses kejiwaan sebagai berikut:
Ø  Masa tenang pertama, masa tenang sebelum mengalami konversi, di mana segala sikap, tingkah laku dan sifat-sifatnya acuh tak acuh terhadap agama.
Ø  Masa ketidaktenangan; konflik dan pertentangan pertentangan batin berkecamuk dalam hatinya, gelisah, putus asa, tegang, panik dan sebagainya, baik disebabkan oleh moralnya, kekecewaan atau oleh apapun juga.
Ø  Peristiwa konversi itu sendiri setelah masa goncang itu mencapai puncaknya, maka terjadilah peristiwa konversi itu sendiri.
Ø  Kesadaran tenteram dan tenang yaitu timbulnya perasaan dan kondisi jiwa yang baru, rasa aman damai di hati.
Ø  Pengungkapan konversi agama dalam tindakan, kelakuan, sikap dan perkataan, dan seluruh jalan hidupnya berubah mengikuti aturan-aturan yang diajarkan oleh agama.
Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang pindah agama atau masuk agama, antara lain:
Dari sudut pandang ilmu jiwa (psikologi) agama, Daradjat (2003: 184-196) menyebutkan lima faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya konversi agama. Kelima faktor tersebut adalah:
1.      Pertentangan batin (konflik kejiwaan) dan ketegangan perasaan.
Orang-orang yang gelisah, yang di dalam dirinya bertarung berbagai persoalan, yang kadang-kadang dia tidak berdaya menghadapi persoalan atau problem itu mudah mengalami konversi agama. Di antaranya ketegangan batin yang dirasakan orang, ialah tidak mampunya ia mematuhi nilai-nilai moral dan agama dalam hidupnya. Ia tahu mana yang benar dan mana yang salah, tetapi ia tidak mampu menghindari berbuat salah dan tidak mampu berbuat benar. Ada pula perasaan cemas dan gelisah disebabkan oleh masalah keluarga. Dalam semua konversi agama, boleh dikatakan, latar belakang yang terpokok adalah konflik jiwa (pertentangan batin) dan ketegangan perasaan, yang mungkin disebabkan oleh berbagai keadaan.
2.      Pengaruh hubungan dengan tradisi agama.
Meskipun konversi agama bisa terjadi seketika, dan ia tetap mempunyai riwayat. Di antara faktor-faktor penting dalam riwayat konversi itu adalah pengalaman-pengalaman yang mempengaruhinya, sehingga terjadi konversi tersebut. Di antara pengaruh yang terpenting adalah pendidikan orang tua di waktu kecil, khususnya pendidikan agama yang diberikan orang tua terhadap anaknya. Faktor lain yang juga banyak pengaruhnya adalah lembaga-lembaga keagamaan seperti tempat ibadah.
3.      Ajakan/seruan dan sugesti.
Banyak pula terbukti, bahwa di antara peristiwa konversi agama terjadi karena sugesti dan bujukan dari luar. Kendatipun pengalaman sugesti dan bujukan itu, pada mulanya dangkal saja, atau tidak mendalam, tidak sampai pada perubahan kepribadian, namun jika orang yang mengalami konversi itu, dapat merasakan kelegaan dan ketenteraman batin dalam keyakinan yang baru, maka lama kelamaan akan masuklah keyakinan itu ke dalam kepribadiannya.
Orang-orang yang gelisah, yang sedang mengalami kegoncangan batin akan sangat mudah menerima sugesti atau bujukan-bujukan itu. Karena orang yang sedang gelisah atau goncangan jiwanya itu, ingin segera terlepas dari penderitaannya, baik penderitaan itu disebabkan oleh keadaan ekonomi, sosial, rumah tangga, pribadi atau moral. Bujukan atau sugesti yang membawa harapan akan terlepas dari kesengsaraan batin itu, akan segera diikutinya. Memang ajakan itu tidak kekal, tetapi dapat diperkuat sedikit demi sedikit dengan pembuktian bahwa ketegangannya itu makin berkurang dan berganti dengan ketenteraman batin, dalam keyakinan yang baru.
4.      Faktor-faktor emosi.
Orang-orang yang emosional (lebih sensitif atau banyak dikuasai oleh emosinya), mudah kena sugesti, apabila ia sedang mengalami kegelisahan. Kendatipun faktor emosi, secara lahir tampaknya tidak terlalu banyak pengaruhnya, namun dapat dibuktikan bahwa, ia adalah salah satu faktor yang ikut mendorong kepada terjadinya konversi agama, apabila ia sedang mengalami kekecewaan.
5.      Kemauan.
Kemauan juga memainkan peranan penting dalam konversi agama. Di mana dalam beberapa kasus, terbukti bahwa peristiwa konversi itu terjadi sebagai hasil dari perjuangan batin yang ingin mengalami konversi.





[1] Dr. Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 1998), cet. 3., Hlm. 24
[2] Jalauddin dan Ramayulis. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Kalam Mulia, 1993, cet. ke-2. Hal.207
[3] Drs Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama..hal 207

0 comments:

Posting Komentar