Jumat, 15 Maret 2013

Multiple Intelligence


A.    PENGERTIAN INTELLIGENCE (KECERDASAN)
Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari Allah SWT kepada manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berfikir dan belajar secara terus menerus. Selain manusia, sesungguhnya hewan pun diberikan kecerdasan namun dalam kapasitas yang sangat terbatas.
Oleh karena itu untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya lebih banyak dilakukan secara instingtif (naluriah). David Weschler memberikan rumusan tentang kecerdasan sebagai suatu kapasitas umum dari individu untuk bertindak, berpikir rasional dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif.
Menurut beberapa teori, kecerdasan atau intelegensi terkait dengan cara individu berbuat, apakah berbuat dengan cara yang cerdas atau kurang cerdas atau tidak cerdas sama sekali. Suatu perbuatan cerdas ditandai oleh perbuatan yang cepat dan tepat. Cepat dan tepat dalam memahami suatu masalah, menarik kesimpulan serta mengambil keputusan atau tindakan. Para ahli memberikan pengertian yang berbada tentang kecerdasan. C.P. Chaplin mengartikan kecerdasan sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. Sementara itu, Anita E. Woolfolk mengemukakan bahwa menurut teori lama, kecerdasan meliputi tiga pengertian, yaitu :
1) kemampuan untuk belajar.
2) keseluruhan pengetahuan yang diperoleh; dan
3) kemampuan untuk beradaptasi dengan dengan situasi baru atau lingkungan pada
umumnya.
Jika kita merujuk ke pendapat Howard Gardner, dia memberikan definisi tentang kecerdasan sebagai berikut:
1. Kecakapan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
2. Kecakapan untuk mengembangkan masalah untuk dipecahkan.
3. Kecakapan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang bermanfaat
di dalam kehidupan.
Gardner juga mendefinisikan bahwa inteligensi itu merupakan kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata.
Berdasarkan pengertian dapat dipahami bahwa inteligensi bukanlah kemampuan seseorang untuk menjawab soal-soal tes IQ dalam ruang tertutup yang terlepas dari lingkungannya. Akan tetapi, inteligensi memuat kemampuan seseorang untuk memecahkan persoalan yang nyata dan dalam situasi yang bermacam-macam. Gardner menekankan pada kemampuan memecahkan persoalan yang nyata, karena seseorang memiliki kemampuan inteligensi yang tinggi bila ia dapat menyelesaikan persoalan hidup yang nyata, bukan hanya dalam teori. Semakin seseorang terampil dan mampu menyelesaikan persoalan kehidupan yang situasinya bermacam-macam dan kompleks, semakin tinggi inteligensinya. Pemikiran Gardner tentang kecerdasan merupakan sebuah kritikan pada pemikiran Alfred Bined tentang intelligence dan tes IQ. Gardner menolak akan tentang adanya tes IQ yang fenomenal di Barat hanya terbatas pada menjawad soal-soal dalam lembaran-lembaran saja, sebab menurutnya kecerdasan adalah bagaimana keterampialan seseorang dalam memecahkan persoalan sehari-harinya yang dilaksanakan secara terus menerus.
B.     PENGERTIAN MULTIPLE INTELLIGENCES (KECERDASAN GANDA)
Multiple Intelligences adalah istilah atau teori dalam kajian tentang ilmu kecerdasan yang memiliki arti “kecerdasan ganda” atau “kecerdasan majemuk”. Teori ini ditemukan dan dikembangkan oleh Howard Gardner, seorang psikolog perkembangan dan profesor pendidikan dari Graduate School Of Education, Harvad University, Amerika Serikat. Dia juga adalah penulis Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences (Basic Books, 1983/1993), Multiple Intelligences: The Theory in PracticeIntelligence Reframed: Multiple Intelligences for the 21st Century (Basic`Books, 1993), dan (Basic Books, 1993). Saat ini dia juga salah satu direktur Project Zero di Harvard Graduate School of Education. Project Zero adalah pusat penelitian dan pendidikan yang mengembangkan cara belajar, berpikir, dan kreativitas dalam mempelajari suatu bidang bagi individu dan institusi.
Di dalam teorinya Gardner menjelaskan bahwa setiap orang memilki bermacam-macam kecerdasan, tetapi dengan kadar pengembangan yang berbeda antara kecerdasan yang satu dengan kecerdasan lainnya. Pengertian inteligensi Gardner ini berbeda dengan pengertian yang dipahami sebelumnya. Sebelum Gardner, pengukuran IQ (Intelligence Question) seseorang didasarkan pada tes IQ saja, yang hanya menonjolkan kecerdasan matematis-logis dan linguistik. Sehingga kurang memperhatikan kecerdasan pada bidang yang lain. Penemuan Gardner tentang inteligensi seseorang telah mengubah konsep kecerdasan. Inteligensi seseorang dapat dikembangkan melalui pendidikan dan jumlahnya banyak.
Secara jelasnya Gardner mengungkapkan bahwa tidak ada anak bodoh atau pintar. Yang ada, anak yang menonjol dalam salah satu atau beberapa jenis kecerdasan tersebut. Dengan demikian, dalam menilai dan menstimulasi kecerdasan anak, orang tua dan guru selayaknya dengan jeli dan cermat merancang sebuah metode khusus. Dalam menstimulasi kecerdasan anak, dapat dikatakan, kecerdasan tertentu bisa jadi diasah agar lebih terampil.
Esensi teori multiple intelligences menurut Gardner adalah menghargai keunikan setiap orang, berbagai variasi cara belajar, mewujudkan sejumlah model untuk menilai mereka, dan cara yang hampir tak terbatas untuk mengaktualisasikan diri didunia ini dalam bidang tertentu yang akhirnya diakui. Menurut hasil penelitiannya, Gardner menyatakan bahwa di dalam diri setiap orang terdapat delapan jenis kecerdasan dintaranya seperti kecerdasan logikamatematika, linguistik (berbahasa), visual-spasial, kinestetik (gerak tubuh), musikal, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Kedelapan kecerdasan tersebut bisa saja dimiliki oleh setiap individu, hanya saja dalam taraf berbeda. Selain itu, kecerdasan ini juga tidak berdiri sendiri, terkadang bercampur dengan kecerdasan lain.
C.     MACAM-MACAMMULTIPLE INTELLIGENCES
1. Kecerdasan Linguistik ( Linguistic Intelligence)
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata yang di ucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi. Kecerdasan ini berkaitan juga dengan penggunaan dan pengembangan bahasa secara umum seperti yang dimiliki para pencipta lagu, para penulis, editor, jurnalis, penyair, orator, penceramah maupun pelawak. Contoh orang yang memiliki kecerdasan linguistik ini adalah; Sukarno, Martin Luther, J.K. Rowling, Melly Goeslow dan sebagainya.
Orang yang berinteligensi linguistik tinggi akan berbahasa lancar, baik dan lengkap. Ia mudah mengembangkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, mudah belajar beberapa bahasa, mudah mengerti urutan arti kata-kata dalam belajar bahasa. Mereka juga mudah untuk menjelaskan, mengajarkan, menceritakan pemikirannya kepada orang lain. Mereka lancar berdebat, mudah ingat dan bahkan dapat menghafal beberapa surat di dalam Al-Qur’an dengan waktu singkat.
2. Kecerdasan Logika-Matematika. (Logical-Mathematical Intelligence)
Kecerdasan logika dan matematika adalah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Ia mampu memikirkan dan menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal). Ia suka angka, urutan, logika dan keteraturan. Ia mengerti pola hubungan, ia mampu melakukan proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir deduktif artinya cara berpikir dari hal-hal yang besar kepada hal-hal yang kecil. Proses berpikir induktif artinya cara berpikir dari hal-hal yang kecil kepada hal-hal yang besar. Ini adalah jenis keterampilan yang sangat dikembangkan pada diri insinyur, ilmuwan, ekonom, akuntan, detektif, dan para anggota profesi hukum.
Orang yang mempunyai inteligensi matematis-logis sangat mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi dalam pemikiran serta cara mereka bekerja dan suka pada menepukan pola atau memcahkan rumus. Dalam menghadapi banyak persoalan, dia akan mencoba mengelompokkannya sehingga mudah dilihat mana yang pokok dan yang tidak, mana yang berkaitan antara yang satu dengan yang lain, serta mana juga yang merupakan persoalan lepas. Maka, dia tidak mudah bingung. Mereka juga dengan mudah membuat abstraksi dan suatu persoalan yang luas dan bermacam-macam.


3. Kecerdasan Visual-Spasial (Spatial-Visual intelligence)
Kecerdasan visual dan spasial adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual dan spasial secara akurat (cermat). Visual artinya gambar, spasial yaitu hal-hal yang berkenaan dengan ruang atau tempat. Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan warna, garis, bentuk, ruang, ukuran dan juga hubungan di antara elemen-elemen tersebut. Kecerdasan ini juga melibatkan kemampuan untuk melihat obyek dari berbagai sudut pandang.
Kecerdasan visual-spasial ini memungkinkan orang membayangkanbentuk-bentuk geometri atau tiga dimensi dengan lebih mudah. Ini karena ia mampu mengamati dunia spasial secara akurat dan mentransformasi presepsi ini. Termasuk didalamnya adalah kapasitas untuk menvisualisasikan, menghadirkan visual dengan grafik atau ide spasial, dan untuk mengarahkan diri sendiri dalam ruang secara cepat. Visual-spasial bisa diartikan juga sebagai sebuah model yang melihat secara deskriptif bagaimana seorang individu menggunakan kecerdasan mereka untuk memecahkan masalah dan menghasilkan bentuk. Profesi yang biasa dihasilkan adalah pelukis, fotografer, desainer, pemahat, dll
4. Kecerdasan Gerak-Tubuh (Bodily-Kinesthetic Intelligence)
Kecerdasan gerak tubuh atau ialah kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan fisik dalam bidang koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan. Kemampuan seperti ini biasanya dimiliki oleh para atlet, aktor, pemahat, ahli bedah atau seniman tari. Kecerdasan gerakan tubuh yang sering juga disebut body smart ini, memang penemuan Gardner yang paling controversial, karena beberapa orang berpendapat control terhadap fisik bukanlah bentuk dari kecerdasan. Namun, Gardner dan peneliti-peneliti lain dalam bidang multiple intelligences mempertahankan pendapatnya. Individu dengan kecerdasan gerakan tubuh, secara alami memilliki tubuh yang atletis dan memiliki keterampilan fisik. Ia juga memiliki kemampuan dan merasakan bagaimana seharusnya tubuh bergerak.
Orang yang mimiliki kecerdasan gerak tubuh dapat dengan mudah mengungkapkan diri dengan gerak tubuh mereka. Apa yang mereka pikirkan dan rasakan dengan mudah diekspresikan dengan gerak tubuh, dengan tarian dan ekspresi tubuh. Mereka juga dengan mudah dapt memainkan mimik, drama, dan peran. Mereka dengan lihai melakukan gerakan tubuh dalam olahraga dengan segala macam variasinya.
5. Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence)
Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi dan timbre dari musik yang didengar. Musik mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan kemampuan matematika dan ilmu sains dalam diri seseorang. Bagi mereka yang memiliki kecerdasan ini dengan mudah belajar dan bermain musik secara baik. Yang menonjol adalah mereka dapat mengungkapkan perasaan dan pemikirannya dalam bentuk musik. Mereka dengan mudah mempelajari sesuatu bila dikaitkan dengan musik atau dalam lagu. Kecerdasan jenis ini adalah bakat yang dimiliki oleh para musisi, komposer, perekayasa rekaman.
6. Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence)
Kecerdasan interpersonal ialah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, temperamen, serta gerakan tubuh orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain juga termasuk dalam kecerdasan ini. Secara umum kecerdasan interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan umumnya dapat memimpin kelompok. Kecerdasan jenis ini biasanya dimiliki oleh para pemimpin, para guru, fasilitator, motivator, polisi, pemuka agama, dan penggerak massa.
Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi biasanya sangat mudah bekerja sama dengan orang lain, mudah berkomunikasi dengan orang lain. Hubungan dengan orang lain bagi mereka yang memiliki kecerdasan sungguh serasa sangat menyenangkan. Mereka dengan mudah mengenali dan membedakan perasaan serta apa yang dialami teman dan orang lain. Kebanyakan mereka peka terhadap teman, terhadap penderitaan orang lain, dan mudah berempati yakni mampu memahami dan merasakan perasaan orang lain saat berinteraksi dengan orang tersebut. Banyak diantaranya suka memberi masukan kepada teman, saudara atau orang lainnya hal ini bertujuan agar mereka maju. Maka, tidak jarang sekali dia berperan sebagai komunikator, sebagai fasilitator dalam pertemuan atau dalam perbincangan masalah penting. Dan mereka juga dengan mudah menjadi penggerak massa karena kemampuannya mendekati massa itu.
7. Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Kecerdasan intrapersonal atau cerdas diri adalah kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri serta kemampuan untuk bertindak secara adaptatif berdasar pengenalan diri itu, dapat memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri, mampu memotivasi dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri. Orang yang memilki kecerdasan ini sangat menghargai nilai, etika dan moral, serta memiliki kesadaran tinggi akan gagasan-gagasannya. Ia sadar akan tujuannya hidupnya sehingga tidak ragu-ragu untuk mengambil keputusan pribadi. Kecerdasan seperti ini biasanya dimiliki oleh para filosof, penyuluh agama, pembimbing, serta kadang kala pemimpin juga memiliki kecerdasan ini.
Orang yang memiliki Kecerdasan ini biasanya mudah berkonsentrasi dengan baik karena dapat mengatur perasaan dan emosinya sehingga kelihatan sangat tenang. Pengenalan akan dirinya sungguh sangat mendalam dan seimbang, kesadaran spiritualitasnya juga sangat tinggi. Orang tipe ini kebanyakan refleksif dan suka bekerja sendirian. Bahkan, kadang kala mereka suka menyepi sendiri di tempat terasing.
8. Kecerdasan Naturalis ( Naturalist Intelligence)
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang di jumpai di alam maupun lingkungan. Intinya adalah kemampuan manusia untuk mengenali tanaman, hewan dan bagian lain dari alam semesta, melakukan pemilahan-pemilahan runtut dalam dunia kealaman, dan menggunakan kemampuan ini secara produktif- misalnya berburu, bertani, atau melakukan penelitian biologi.
Kecerdasan seperti ini biasanya dimiliki oleh para pecinta alam, para petani,pendaki gunung, pemburu. Ide Gardner tentang kecerdasan naturalis baru muncul pada tahun 1995 dan dipublikasikan tahun 1997. Sampai sekarang teori tentang kecerdasan ini masih terus dalam proses penyempurnaan. Seseorang yang memiliki kecerdasan naturalis tinggi biasanya dapat dilihat dari kemampuannya mengenal, mengklafikasi, dan menggolongkan tanaman-tanaman, binatang serta alam yang ada disekitarnya.
Dari penjelasan tentang macam-macam kecerdasan menurut Gardner ini maka dapat dikatakan bahwa kecerdasa 1 dan 2 banyakberhubungan dengan penilaian disekolah, No 3,4, dan 5 lebih cenderung pada seni, no 6 dan 7 merupakan kecerdasan personal sedangkan no 8 lebih pada kecerdasan eksistensial atau moral. Dalam pengklasifikasian kecerdasan ini Gardner membuka kesempatan menambahkan kemungkinan kecerdasan yang lain.  Menurut Gardner kecerdasan terebut tidak berjalan sendiri-sendiri melainkan berjalan beriringan, maka tidak heran jika ditemukan seseorang yang memiliki kecerdasan lebih dari satu jenis
D.    MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM PENDIDIKAN
Pembahasan Multiple intelligences meupakan padan psikologis yang kemudian ditarik kedalam dunia pendidikan. Penarikan ini dimungkinkan sebab dunia pendidikan tidak dapat menghindari bahasan psikologis terutama prikologi perkembangan yang terkait pada penilaian kemampuan seseorang secara psikologis. Pendidikan merupakan sarana yang memfasilitasi seseorang untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Setelah memperhatikan pemikiran Gardner tentang Multple Intelligences-nya, kita menyadari bahwa setiapa anak tidak ada yang bodoh atau dapat dikatakan setiap anak itu cerdas namun bentuk penginterpretasikannya yang berbada. Menurut Gardner, dalam diri seseorang terdapat delapan kecerdasan tersebut. Peran pendidikan dalam hal ini adalah mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap anak melalui pengasahan dan  pengajaran.
Pelaksanaannya dalam pendidikan melingkupi 3 hal yakni : input, proses, dan output. Dalam input  sekolah dengan memberi kesempatan sebesar-besarnya pada peserta didik untuk dapat mengeyam pendidikan dalam rangga mengembangkan dirinya. Sehingga batasan siswa yang masuk kesekolah bukan berdasarkan tes tulis yang disediakan sekolah untuk mengukur sebarapa pintar siswa yang akan bersekolah disekolah tersebut, tetapi dilihat dari berapa siswa yang mampu ditampung oleh sekolah tersebut. Pendidikan berbasis Multiple Intelligences ini lebih menekankan pada The Best Proses bukan the best input.
Pelaksanaan pendidikan yang menekankan pada the best proses sangat dipengaruhi oleh elemen yang ada dalam proses itu, dalam hal ini yang terbasar perannya adalah guru atau pendidik. Guru dalam hal ini dituntut untuk lebih kretif dan inovatif dalam mengajar. Sehingga guru mampu membuka pintu-pintu kecerdasan yang dimiliki oleh siswa dan melalui pintu tersebutlah materi tersampaikan dengan baik. Guna mengetahui kecerdasan apa yang dimilikioleh seorang siswa maka digunakan alat tes yang disebut dengan MIR (Multiple intelligences research). Selain menggunakan MIR sebagai alay tes untuk mengetahi kecerdasan siswa dapat pula guru mengenali kecerdasan anak melalui kenakannnya dikelas sebagai nama yang disebutkan oleh Thomas Amstrong. Melalui hasil MIR guru merancang sekenario pembelajarannya,  melaksanakannya, serta mengevaluasinya. Dalam perencanaan proses pembelajaran menyesuaikan dengan kecerdasan yang dimiliki siswa atau dapat dikatakan guru menyesuaikan gaya mengajarnya dengan gaja belajar siswanya, disinilah kreatifitas guru diuji.  Ada banyak metode yang dapat digunakan guru dalam mengajar dalam pendidikan berbasis multiple intellegences ini misalnya mind mapping, Brainstorming, Diskusi, tanya jawab, presentasi, studi kasus, role play, karya wisata, pengamatan, sosiodrama, eksperiment, dll. Tentu saja penggunaan merode-metode tersebut harus menyesuaikan kondisi siswa. Penggunaan variasi metode dalam pembalajaran diharapkan mampu memotivasi siswa untuk terus dalam belajar, mengatasi kesulitannya dalam belajar serta memberikan pengalaman bagi diri siswa.
Dalam output lebih pada pemberian assesment (penilaian) yang menekankan pada sekuruh aspek dalam kognitif , afektif dan psikomotoriknya, yang dilakukan secara berkesinambungan dalam proses pembalajaran.
Pendidikan berbasis Multiple Intelligences ini telah banyak digunakan di belahan dunia misalnya:
·         The Ross School, East Hampton new York
·         Key Learning Community, Irldianapolis, Indiana
·         New City School, St. Louis, Missouri
·         The Gardenr School, Vancouver
·         The Cook Primary School, Canberra, Australia
Di Indonesia juga mulai diterapkan muali tahun 2003 berikut beberapa sekolah yang menggunakan pendidikan berbasis Multiple intelligences
·         TK, SD, SMP YIMI Gresik
·         TK, SD Mutiara ilmu Bangil
·         SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo
·         SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo
·         TK, SD, SMP, MA YIMA Bondowoso
·         TK, SD Al-Kausar Malang
·         SD Lentera Insan, Jakarta, dll
DAFTAR PUATAKA
Chatib, Munif. 2009. Sekolahnya Manusia, Bandung: Kaifa
Chatib, Munif. 2011. Gurunya Manusia. Bandung: Kaifa
Chatib, Munif. 2012. Sekolah anak-anak Juara. Bandung: Kaifa
Gardner, Howard. 1993. Multiple Intelligences. The Theory In Practice. New York: Basic Books
Prasetyo, reza. 2009. Multiply Your Multiple Intelligences: melatih 8 kecerdasan majaemuk pada anak dan Dewasa. Yogjakarta: ANDI
Syufah, Ariany. 2009. Multiple Intelligences for Islamic Teaching. Bandung:Stgma Publishing

1 komentar:

  1. Terimakasih mas. Inilah artikel yang lagi dicari istri saya. Sangat membantu.

    BalasHapus