A.
Awal munculnya lembaga
Pendidikan di Muhammadiyah
Sebagai sebuah gerakan Islam yang lahir pada tahun 1912 Masehi dan kini
hampir memasuki usia 100 tahun, telah banyak yang dilakukan oleh Muhammadiyah
bagi masyarakat dan bangsa Indonesia secara luas. Sehingga harus diakui bahwa
Muhammadiyah memiliki kontribusi dan perhatian yang cukup besar dalam dinamika
kehidupan masyarakat Indonesia.
Dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah untuk menegakkan dan menjunjung
tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,
Persyarikatan Muhammadiyah telah menempuh berbagai usaha meliputi bidang
dakwah, sosial, pendidikan, ekonomi, politik, dan sebagainya, yang secara
operasional dilaksanakan melalui berbagai institusi organisasi seperti majelis,
badan, dan amal usaha yang didirikannya.
Lahirnya pendidikan Muhammadiyah yang modern tidak lepas dari sejarah
pada Dasawarsa terakhir abad 19 Pemerintah Belanda memulai system pendidikan
liberal di Indonesia. Pendidikan ini diperuntukkan bagi sekelompok kecil orang
Indonesia, sehingga tahun 1870 mulai tersebar jenis pendidikan rakyat, yang
berarti juga diperuntukkan bagi umat Islam Indonesia. Perluasan pendidikan ke
pedesaan yang diperuntukkan seluruh lapisan masyarakat, baru dilaksanakan pada
awal abad ke 20 dengan apa yang dinamakan ethise politiek, sebagai
akibat dari desakan kaum ethis yang berorientasi humanistic agar pemerintah
colonial juga mulai memperhatikan rakyat pribumi di negeri jajahannya
(steenbrink 1986 : 23; Kartodirjo, 1999:30)
Pada masa pemerintahnya (Belanda) terdapat model 4 model perskolahan
belanda yaitu :
a.
Sekolah Eropa yang menampung anak
birokrat Hindia Belanda. Dan kurikulumnya sama dengan negeri Belanda
b.
Sekolah Barat Sekolah yang
menampung anak-anak yang berwarga Negara Belanda
c.
Sekolah Vernakuler Sekolah yang di
desain oleh belanda demi kepentingan mereka sendiri
d.
Sekolah Pribumi, system sekolah
yang ada di luar kendali Belandasekolah-sekolah yang di dirikanoleh lembaga
agama
Sistem sekolah ini telah melahirkn jurang pemisah yangmakin melebar
antara Belanda dengan penduduk pribumi. Di samping itu juga Pendidikan Islam
yang berbasis di Pesantren tidak saja kontras dengan pendidikan colonial tetapi
juga kontras dengan system didaktik-pedagogisnya. Pendidikan Islam tertinggal
dan tidak dapat memberikan perspektif –perspektif k depan.
Menghadapi realitas sistem pendidikan Barat dan Islam yang dualistic ini,
ahmad Dahalan mencoba mengatasi dengan cara perpaduan model sebagai jalan engah
dari kebutuhan sistem yang ada. Upaya kompromi ini diawali dengan
mengidentifikasi masalah yang di hadapi umat Islam pada wakti itu dan dipandang
perlu segera mendapatkan jawaban dalam bidang pendidikan.
Untuk mensosialisasikan gagasan pembaruannya dalam bidang pendidikan,
Ahmad Dahlan mencoba memulai dengan membimbing berbeapa orang keluarge dekat
serta beberapa sahabatnya. Tempat yang pertama kali digunakan untuk
menyampaikan gagasan-gagasannya adalah pengajian-pengajian dan tempat-tempat
lain di mana ia memberikan pelajaran. Setelah upaya dalam menyampaikan
benih-benih pembaruan diduga membuahkan hasil sehingga dibuat wadah untuk
menampung gagasan tersebutyaitu “Pergerakan Muhammadiyah”.
Dari sejarah ini dapat dipahami bahwa : Pertama, Pendidikan Muhammadiyah
lahir adalah dalam keadaan suasana pendidikan umat yang memperihatinkan,
terutama pendangkalan nilai-nilai Islam dalam suatu proses penjajahan yang
mengarah ke sekluerisasi. Kedua, cikal bakal Pendidikan Muahmadiyah Pendidikan
Muhammadiyah adalah pengajian-pengajian dengan suasanan kesederhanaan yang langsung
dibimbing Ahmad Dahlan. Ketiga, untuk mewujudkan cita-cita Pembaruan dalam
pendidikan ini, Ahmad Dahlan dengan kesungguhannya dan secara terus menrus
menanamkam benih-benih pembaruan baik melalui sekolah di mana ia mengajar
maupun ceramah-ceramahnya. Pada proses selanjutnya, pendidikan Muhammadiyah ini
berkembang dengan pesat, sekaligus mempunyai spesifik, yaitu sistem pendidikan
yang mengajarkan ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan agama. Pendidikan
Muhammadiyah tumbuh dan berkembang seiring dengan dinamika masyarakat[1].
Pesatnya perkembangan Pendidikan Muhammaadiyah ini juga dibuktikan dengan
beberapa sekolah yang tertua yaitu :
a.
Kweekschool Muhammadiyah Yogyakarta
b.
Muallimin Muhammadiyah, Solo, Jakarta.
c.
Muallimat Muhammadiyah, Yogyakarta
d.
Zu’ama/Za’imat, Yogyakarta
e.
Kulliyah Mubalighin/Mubalighot,
Sumatera Tengah
f.
Tablighscool, Yogyakarta
g.
H.I.K Muhammadiyah Yogyakarta.
h.
Wustho Muallimin[2]
B.
Cara penyelenggaraan
Pendidikan Muhammadiyah
Sejarah perjalanan dan kiprah tokoh pendiri Muhammadiyah dalam membangun
dan mengelolah Pendidikan Muhammadiyah pada masa awal berdasarkan hal-hal berikut:
Pertama, dari sudut pandang sejarah, dapat diperhatikan bagaimana
generasai awal Muhammadiyah membangun Pendidikannya dengan mekanisme bottom
up. Aspek sosiologis agaknya jadi pertimbangan penting dalam desain
pendidikan Muhammadiyah. Semua amal usaha (pendidikan) Muhammadiyah didirikan
atas prakarsa umat dari bawah. Tidak satupun institusi Pendidikan Muhammadiyah
yang dibangun berdasarkan surat
keputusan (SK) atau instruksi dari kantor pimpinan pusat (Suyanto, 2003:93).
Dengan kata lain by birth, demokratisasi sistem pendidikan dalam tahapan
tertentu sudah terwujud, karena pendidikan Muhammadiyah lahir dari dan untuk
“umat” Muhammadiyah.
Kedua, sistem pendidikan yang berbeda dari umumnya sistem pendidikan
yang ada di masyarakat sehingga menjadi pendidikan alternative. Desain awal
pendidikan Muhammadiyah berangkat dari motivasi teologis yang kuat; yaitu
manusia akan mencapai derajat keimanan dan ketaqwaan yang sempurna jika memiliki
kedalaman ilmu pengetahuan (Mu’ti, 2003 : 103). Inilah yang kemudian menjadi
garis pembeda antara out put pendidikan Muhammadiyah dengan out put pendidikan
konvesional barat dan pendidikan tradisonal. Eksistensi pendidikan Muhamadiyah
pada waktu itu memiliki nilai tawar yang tinggi karena mampu melhirkan generasi
yang “lebih sempurna”.
Ketiga, oreintasi ke depan dalam penyelenggaraan pendidikan
Muhammadiyh berorientasi mempersiapkan lulusannya untuk memasuki Indonesia
baru yang merdeka dengan segala modernitasnya. Dengan perkataan lain,
Pendidikan Muhammadiyah harus menyiapkan anak didiknya agar tetap survive di
masa yang akan datang. Karena masa yang akan datang tentu akan berbeda dengan
masa yang sekarang.
Keempat, pengorbanan baik pikiran, tenaga maupun harta. Pada
umumnya pada perintisan pendidikan Muhammadiyah adalah orang yang sadar akan
panggilan perjuangan. Mereka berkorban untuk kepentingan pengembangan
pendidikan, amal usaha Muhamadiyah yang diharapkan menjadi penyangga masa depan
gerakan. Pengemabngan Pendidikan Muhammadiyah mesti mempertimbangkan aspek
nilai dan aspek spirit perjuangan tokoh-tokoh terdahulu, mewarisi keteladanan
mereka dengan tetap mempertimbangkan propesionalisme dalam pengelolaannya,
sejalan dengan tuntutan zaman[3].
Pada intinya, penyelenggaraan pendidikannya
dilakukan oleh Majelis Penyelenggara, dan pengelolaan teknisnya dilaksanakan
oleh kepala sekolah masing-masing,” ucap Abdul Mu’ti.
Lebih jauh Abdul Mu’ti mengungkap, “Dalam pengelolaan lembaga pendidikan
dan sekolah di Muhammadiyah, dijalankan konsep sentralistik konsultatif.” Dalam pengertian bahwa pengembangannya tak
bisa dilakukan secara terpisah-pisah tanpa melibatkan pimpinan persyarikatan.
Hingga dalam proses seleksi dan pengangkatan guru, tak sepenuhnya dilakukan
oleh kepala sekolah, melainkan melibatkan Majelis Dikdasmen dan Pimpinan
Persyarikatan Muhammadiyah[4].
C.
Tujuan pendidikan
Muhammadiyah
Muhammadiyah pada permulaan berdirnya belum merumuskan secara jelas
tentang tujuan pendidikannya. Hal ini tidak berati Pendidikan Muhammadiyah yang
didirikan tanpa tujuan. Meski belum drimuskan secara tegas, pendidikan
Muhammadiyah sejak permulaan berdirinya sudah memiliki tujuan. Dilihat dari
sistempendidikan yang dikembangkan ada pendapat vahwa tujuan pendidikan Muhammadiyah
sejak didirikan adalah “Membentuk Alim Intelektual”, yaitu seorang muslim yang
seimbang ilman dan ilmunya, ilmu agama dan ilmu umum, orang yangkuat rohani dan
jasmaninya. Tujan Pendidikan Muhammadiyah ini dirumuskan dalam pernyataan yang
sering disampaikan Ahmad Dahlan kepada murid-muridnya dalam pengajian yang
dipimpinnya. Dalam bahasa Jawa pernyataaan itu adalah: “dadiyo kyai sing
kemajuan, lan ojo kesel-kesl anggonmu nyambut gawe kanggo Muhammadiyah”
(jadilah ulama yang modern danjangan merasa lelah bekerja untuk
Muhammadiyah)
Sedangkan tujuan pendidikan Muhammadiyah yang sampai saat ini menjadi
rujukan bagi perguruan Muhammadiyah adalah bagaimana tertuang dalam Qoidah
Pendidikan Dasar dan Menegah Bab I pasal 3 sebagai berikut :
“Pendidikan dasar dan menengah Muhammadiyah bertujuan : “membentuk
manusia muslim yang beriman, bertaqw berakhlaq mulia, cakap percaya dri,
memajukan dan memperkembangkan ilmu pengetahuan dan ketereampilan dan beramal
menuju terwujudnya masyarakat utama, adil danmakmur yang diridhai oleh Allah
SWT .
Dalam tujuan ini terdapat (terkandung) nilai-nilai fundamental yang
secara implicit jelas merujuk pada nilai-nilai Islam yang bersumber pada
al-Qur’an dan Sunnah. Pada rumusan ini pertama diwarnai semangat juang untuk
menumbangkan kolonialisme. Pada rumusan kedua orientasinya lebih mnekankan
upaya pengisian atau berpean serta dalam pembangunan bangsa pascakemerdekaan.
Pada rumusan ketiga lebih kongkret dan realities. Namun secara garis besar
ketiga rumusan di ats dapat simpulkan bahwa tujuan pendidikan Muhammadiyah
ialah membentuk muslim yang cakap, berakhlaq mulia, percaya kepada diri sendir
dan berguna bagi masyarakat. Secara implisist berarti tidak hanya ingin
melahirkan kader-kader Muhammadiyah, tetapi juga putra-putri bangsa yang
Islami, berilmu pengetahuan dan mempunyai wawasan ke depan (visioner)
sebagai upaya menuju pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, lahir dan batin
seperti yang dicita-citakan seluruh bangsa Indonesia[5].
Tujan Pendidikan Muhammadiyah di telah dirumuskan dan telah di sahkan
oleh Majlis Tanwir yang intinya Pendidikan Muhammadiyah ialah membentuk manusia
muslim, berakhlaq mulia, cakap, percaya kepada diri sendiri dan berguna untuk
masayarakat umum. Dari tujuannya saja sudah nampak adanya kemiripan antara
tujuan Pendidikan Muhammadiyah dengan tujuan pendidikan Republik Indonesia
dan kedua tujuan tersebut tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan R.I[6].
D.
Kontribusi Muhammadiyah
dalam Pendidikan
Muhammadiyah bisa dibilang sebagai pelopor Pembaharuan Pendidikan Islam
di Indonesia. Semua hali jerih payah K.H
ahmad dahlan dapat dirasakan manfaatnya hingga saat ini. Muhamadiyah merupakan
organisasi di luar pemerintahan yang meiliki lembaga pendidikan dan pengajaran
terbesar di Indonesia[7]
Pemabaruan pendidikan meliputi dua segi. Yaitu segi-cita-cit dan teknik
pengajaran. Dari segi cita-cita yang dimaksud K.H ahmad Dahlan ialah ingin
membentuk manusia muslim yang baik budi pekerti, alim dalam agama, luas dalam
pandangan dan faham masalah keduniaan, dan bersedia berjuang untuk
kemajuanmasyarakat.
Adapun teknik, lebih banyak berhubungan dengan cara-cara penyelenggaraan
pendidikan. Dengan mengambil unsur-unsurnya dari sistem pendidikan Barat dan
Sistem Pendidikan tradsional, Muhammadiyah berhasil membangun sistem pendidikan
sendiri. Seperti sekolah model barat , tetapi dimasukkan ajaran agamadi
dalamnya, sekolah agama dengan menyertakan pelajaran secular. Bermacam-macam
sekolah kejuruan dan lain-lain. Sedangkan cara penyelenggaraannya, proses
belajar mengajar itu tidak lagi dilaksanakan di masjid atau langgar, tetapi
digedung yang khusus, yang dilengkapi oleh meja, kursi dan papan tulis, tidak
lagi duduk di lantai[8].
Wirjosukarto (1965) dalam bukunya “Pembaruan Pendidikan dan Pengajaran
oleh Pergerakan Muhammadiyah menjelaskan bahwa teknik pengarajan Muhammadiyah
adalah sebagai berikut :
a.
Cara belajar dan mengajar dalam
lembaga Pendidikan Muhammadiyah dibandingkan pendidikan tradisonal lebih modern
dan system klasikal seperti yang dilakukan oleh Pendidikan Barat
b.
Bahan Pelajaran. Di lembaga
Pendidikan Tradisonal hanya mengajarakan ajaran Agama saja. Sedangkan di
Muhammadiyah di ajarkan ilmu umum dan agama.
c.
Rencana Pelajaran. Pendidikan
Muhammadiyah sudah mengatur kurikulum dengan baiak, sehingga efesiensi
pembelajaran bias terjamin dengan baik
d.
Pengasuh dan Guru. Di lembaga
pendidikan Muhammadiyah terdapat guru agama dan guru umum dibandingkan
denganlembaga Tradisonal hanya memiliki guru agama saja yagn berpengalaman
dibidangnya.
e.
Hubungan guru dan murid terlihat
lebih akarabdan Susana yangmenyenangkan dibandingkan dengan lembaga pendidikan
tradisional yang lebih bersifat otoriter[9].
Selain pembaruan dalam lembaga pendidikan formal, Muhammadiyah telah
memperbaharui bentuk pendidikan tradional non formal yaitu, pengajaran. Semula
pengajian dilakukan di mana orang tua atau guru prvat mengajara naka kecil
membaca al-Qur’an dan beribadah. Oleh Muhammadiyah diperluas, dan pengajian disistematiskan
ke dalam bentuk, juga isi pengajian diarah pada masalah-masalah
kseharikehidupan sehari-hari umat Islam.
Begitu pula Muhamadiyah telah berhasil mewujudkan bidang-bidang bimbingan
dan penyuluhan agama dalam masalah-masalah yang diperlukan dan mungkin bersifat
pribadi. Seperti mempelopori mendirikan Badan Penyuluhan Perkawinan di
kota-kota besar.
Dengan penyelenggaraan pegajian dan nasihat yang bersifat pribadi
tersebut, dapat ditunjukkan bahawa Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan
mmanusia.
Berdasarkan data terbaru (Profil Muhammadiyah) amal usaha Muhammadiyah si
bidang pendidikan berjumlah 5.797 buah, merupakan angka yang cukup fantastis
untuk sebuah lembaga pendidikan yang dinaungi dalam satu payung organisasi
dengan rincian ; 1132 Sekolah Dasar ; 1769 Madrasah Ibtidaiyah ; 1184 Sekolah
Menengah Pertama; 534 Madrasah Tsanawiyah ; 511 Sekolah Menengah Atas ; 263
Sekolah Menengah Kejuruan ; 172 Madrasah Aliyah ; 67 Pondok Pesantren ; 55
Akademi ; 4 Politeknik ; 70 Sekolah Tinggi dan 36 Universitas yang tersebar di
seluruh Indonesia.
Total jumlah lembaga pendidikan Muhammadiyah sebanyak itu merupakan
bilangan yang cukup fantastis bagi sebuah organisasi sosial keagamaan
dimanapun. Apalagi keberadaan lembaga pendidikan tersebut merupakan
pengejawantahan dari model pemahaman keagamaan (keIslaman) di Muhammadiyah.
Inilah yang kemudian menjadi sebuah pertanyaan, pemahaman atau idiologi apa
yang diterapkan oleh Muhammadiyah dalam mengurusi lembaga pendidikan yang
sebesar itu. Mungkin langsung timbul sebuah jawaban dari pertanyaan tersebut tentu
saja idiologi Islam yang di gunakan karena Muhammadiyah berasaskan Islam
(AD/ART Muhammadiyah)[10].
Di samping itu juga dari berbagai Universitas dan sekolah tinggi
Muhammadiyah di seluruh Indonesia tersebut, setidaknya saat ini tercatat lebih
300 ribu orang merupakan mahasiswa universitas Muhammadiyah, dan jumlah ini
merupakan 10 persen dari jumlah total keseluruhan Mahasiswa Indonesia. “Ini
artinya, Perguruan Tinggi Muhammadiyah sudah dipercaya oleh masyarakat luas dan
tentunya dinilai berkualitas,” katanya.
Bahkan menurut Khairul saat ini ada lima Universitas Muhammadiyah di
Indonesia yang jumlah mahasiswanya di atas 10 ribu orang, dan untuk Sumatera
terdapat di Sumatera Utara dan Sumatera Barat dengan jumlah mahasiswa
masing-masing 12 ribu dan 10 ribu orang. Sementara untuk pulau jawa terdapat di
universitas Muhammadiyah Jogjakarta dan lainnya.
Kharul menambahkan, meski Muhammadiyah oraganisasi Islam, Universitas
Muhammadiyah di Indonesia ini tidak hanya menerima orang-orang yang beragama
Islam saja, melainkan juga dari Agama lain. “Sebagai contoh di Universitas
Muhamamadiyah Kupang, ini jumlah mahasiswa non muslim mencapai 75 persen
lebih,” ujarnya[11].
Dalam bidang kesehatan, hingga
tahun 2000 Muhammadiyah memiliki 30 Rumah Sakit Umum, 13 rumah Sakit Bersalin,
80 Rumah Bersalin, 35 Balai Kesehatan Ibu dan Anak, 63 Balai Pengobatan, 20
Poliklinik, Balkesmas, dan layanan kesehatan lain. Lalu, dalam bidang
kesejahteraan sosial, hingga tahun 2000 Muhammadiyah telah memiliki 228 panti
asuhan yatim, 18 panti jompo, 22 Bakesos, 161 Santunan keluarga, 5 panti wreda
manula, 13 santunan wreda/manula, 1 panti cacat netra, 38 santunan kematian,
serta 15 BPKM. Dalam bidang ekonomi, hingga tahun 2000 Muhammadiyah memiliki 5
Bank Perkreditan Rakyat
http://one1thousand100education.wordpress.com/2007/07/16/kontribusi-sembilan-dasawarsa-dari-muhamadiyyah/
diakses tanggal 20 Nov 2008
bikkb@riau.go.id
0 comments:
Posting Komentar