Jumat, 15 Maret 2013

Muhammadiyah dan Pendidikan

A.    Awal munculnya lembaga Pendidikan di Muhammadiyah
Sebagai sebuah gerakan Islam yang lahir pada tahun 1912 Masehi dan kini hampir memasuki usia 100 tahun, telah banyak yang dilakukan oleh Muhammadiyah bagi masyarakat dan bangsa Indonesia secara luas. Sehingga harus diakui bahwa Muhammadiyah memiliki kontribusi dan perhatian yang cukup besar dalam dinamika kehidupan masyarakat Indonesia.
Dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, Persyarikatan Muhammadiyah telah menempuh berbagai usaha meliputi bidang dakwah, sosial, pendidikan, ekonomi, politik, dan sebagainya, yang secara operasional dilaksanakan melalui berbagai institusi organisasi seperti majelis, badan, dan amal usaha yang didirikannya.
Lahirnya pendidikan Muhammadiyah yang modern tidak lepas dari sejarah pada Dasawarsa terakhir abad 19 Pemerintah Belanda memulai system pendidikan liberal di Indonesia. Pendidikan ini diperuntukkan bagi sekelompok kecil orang Indonesia, sehingga tahun 1870 mulai tersebar jenis pendidikan rakyat, yang berarti juga diperuntukkan bagi umat Islam Indonesia. Perluasan pendidikan ke pedesaan yang diperuntukkan seluruh lapisan masyarakat, baru dilaksanakan pada awal abad ke 20 dengan apa yang dinamakan ethise politiek, sebagai akibat dari desakan kaum ethis yang berorientasi humanistic agar pemerintah colonial juga mulai memperhatikan rakyat pribumi di negeri jajahannya (steenbrink 1986 : 23; Kartodirjo, 1999:30)
Pada masa pemerintahnya (Belanda) terdapat model 4 model perskolahan belanda yaitu :
a.       Sekolah Eropa yang menampung anak birokrat Hindia Belanda. Dan kurikulumnya sama dengan negeri Belanda
b.      Sekolah Barat Sekolah yang menampung anak-anak yang berwarga Negara Belanda
c.       Sekolah Vernakuler Sekolah yang di desain oleh belanda demi kepentingan mereka sendiri
d.      Sekolah Pribumi, system sekolah yang ada di luar kendali Belandasekolah-sekolah yang di dirikanoleh lembaga agama
Sistem sekolah ini telah melahirkn jurang pemisah yangmakin melebar antara Belanda dengan penduduk pribumi. Di samping itu juga Pendidikan Islam yang berbasis di Pesantren tidak saja kontras dengan pendidikan colonial tetapi juga kontras dengan system didaktik-pedagogisnya. Pendidikan Islam tertinggal dan tidak dapat memberikan perspektif –perspektif k depan.
Menghadapi realitas sistem pendidikan Barat dan Islam yang dualistic ini, ahmad Dahalan mencoba mengatasi dengan cara perpaduan model sebagai jalan engah dari kebutuhan sistem yang ada. Upaya kompromi ini diawali dengan mengidentifikasi masalah yang di hadapi umat Islam pada wakti itu dan dipandang perlu segera mendapatkan jawaban dalam bidang pendidikan.
Untuk mensosialisasikan gagasan pembaruannya dalam bidang pendidikan, Ahmad Dahlan mencoba memulai dengan membimbing berbeapa orang keluarge dekat serta beberapa sahabatnya. Tempat yang pertama kali digunakan untuk menyampaikan gagasan-gagasannya adalah pengajian-pengajian dan tempat-tempat lain di mana ia memberikan pelajaran. Setelah upaya dalam menyampaikan benih-benih pembaruan diduga membuahkan hasil sehingga dibuat wadah untuk menampung gagasan tersebutyaitu “Pergerakan Muhammadiyah”.
Dari sejarah ini dapat dipahami bahwa : Pertama, Pendidikan Muhammadiyah lahir adalah dalam keadaan suasana pendidikan umat yang memperihatinkan, terutama pendangkalan nilai-nilai Islam dalam suatu proses penjajahan yang mengarah ke sekluerisasi. Kedua, cikal bakal Pendidikan Muahmadiyah Pendidikan Muhammadiyah adalah pengajian-pengajian dengan suasanan kesederhanaan yang langsung dibimbing Ahmad Dahlan. Ketiga, untuk mewujudkan cita-cita Pembaruan dalam pendidikan ini, Ahmad Dahlan dengan kesungguhannya dan secara terus menrus menanamkam benih-benih pembaruan baik melalui sekolah di mana ia mengajar maupun ceramah-ceramahnya. Pada proses selanjutnya, pendidikan Muhammadiyah ini berkembang dengan pesat, sekaligus mempunyai spesifik, yaitu sistem pendidikan yang mengajarkan ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan agama. Pendidikan Muhammadiyah tumbuh dan berkembang seiring dengan dinamika masyarakat[1].
Pesatnya perkembangan Pendidikan Muhammaadiyah ini juga dibuktikan dengan beberapa sekolah yang tertua yaitu :
a.       Kweekschool Muhammadiyah Yogyakarta
b.      Muallimin Muhammadiyah, Solo, Jakarta.
c.       Muallimat Muhammadiyah, Yogyakarta
d.      Zu’ama/Za’imat, Yogyakarta
e.       Kulliyah Mubalighin/Mubalighot, Sumatera Tengah
f.       Tablighscool, Yogyakarta
g.      H.I.K Muhammadiyah Yogyakarta.
h.      Wustho Muallimin[2]
B.     Cara penyelenggaraan Pendidikan Muhammadiyah
Sejarah perjalanan dan kiprah tokoh pendiri Muhammadiyah dalam membangun dan mengelolah Pendidikan Muhammadiyah pada masa awal berdasarkan hal-hal berikut:
Pertama, dari sudut pandang sejarah, dapat diperhatikan bagaimana generasai awal Muhammadiyah membangun Pendidikannya dengan mekanisme bottom up. Aspek sosiologis agaknya jadi pertimbangan penting dalam desain pendidikan Muhammadiyah. Semua amal usaha (pendidikan) Muhammadiyah didirikan atas prakarsa umat dari bawah. Tidak satupun institusi Pendidikan Muhammadiyah yang dibangun berdasarkan surat keputusan (SK) atau instruksi dari kantor pimpinan pusat (Suyanto, 2003:93). Dengan kata lain by birth, demokratisasi sistem pendidikan dalam tahapan tertentu sudah terwujud, karena pendidikan Muhammadiyah lahir dari dan untuk “umat” Muhammadiyah.
Kedua, sistem pendidikan yang berbeda dari umumnya sistem pendidikan yang ada di masyarakat sehingga menjadi pendidikan alternative. Desain awal pendidikan Muhammadiyah berangkat dari motivasi teologis yang kuat; yaitu manusia akan mencapai derajat keimanan dan ketaqwaan yang sempurna jika memiliki kedalaman ilmu pengetahuan (Mu’ti, 2003 : 103). Inilah yang kemudian menjadi garis pembeda antara out put pendidikan Muhammadiyah dengan out put pendidikan konvesional barat dan pendidikan tradisonal. Eksistensi pendidikan Muhamadiyah pada waktu itu memiliki nilai tawar yang tinggi karena mampu melhirkan generasi yang “lebih sempurna”.
Ketiga, oreintasi ke depan dalam penyelenggaraan pendidikan Muhammadiyh berorientasi mempersiapkan lulusannya untuk memasuki Indonesia baru yang merdeka dengan segala modernitasnya. Dengan perkataan lain, Pendidikan Muhammadiyah harus menyiapkan anak didiknya agar tetap survive di masa yang akan datang. Karena masa yang akan datang tentu akan berbeda dengan masa yang sekarang.
Keempat, pengorbanan baik pikiran, tenaga maupun harta. Pada umumnya pada perintisan pendidikan Muhammadiyah adalah orang yang sadar akan panggilan perjuangan. Mereka berkorban untuk kepentingan pengembangan pendidikan, amal usaha Muhamadiyah yang diharapkan menjadi penyangga masa depan gerakan. Pengemabngan Pendidikan Muhammadiyah mesti mempertimbangkan aspek nilai dan aspek spirit perjuangan tokoh-tokoh terdahulu, mewarisi keteladanan mereka dengan tetap mempertimbangkan propesionalisme dalam pengelolaannya, sejalan dengan tuntutan zaman[3].
     Pada intinya, penyelenggaraan pendidikannya dilakukan oleh Majelis Penyelenggara, dan pengelolaan teknisnya dilaksanakan oleh kepala sekolah masing-masing,” ucap Abdul Mu’ti.
Lebih jauh Abdul Mu’ti mengungkap, “Dalam pengelolaan lembaga pendidikan dan sekolah di Muhammadiyah, dijalankan konsep sentralistik konsultatif.”  Dalam pengertian bahwa pengembangannya tak bisa dilakukan secara terpisah-pisah tanpa melibatkan pimpinan persyarikatan. Hingga dalam proses seleksi dan pengangkatan guru, tak sepenuhnya dilakukan oleh kepala sekolah, melainkan melibatkan Majelis Dikdasmen dan Pimpinan Persyarikatan Muhammadiyah[4].
C.    Tujuan pendidikan Muhammadiyah
Muhammadiyah pada permulaan berdirnya belum merumuskan secara jelas tentang tujuan pendidikannya. Hal ini tidak berati Pendidikan Muhammadiyah yang didirikan tanpa tujuan. Meski belum drimuskan secara tegas, pendidikan Muhammadiyah sejak permulaan berdirinya sudah memiliki tujuan. Dilihat dari sistempendidikan yang dikembangkan ada pendapat vahwa tujuan pendidikan Muhammadiyah sejak didirikan adalah “Membentuk Alim Intelektual”, yaitu seorang muslim yang seimbang ilman dan ilmunya, ilmu agama dan ilmu umum, orang yangkuat rohani dan jasmaninya. Tujan Pendidikan Muhammadiyah ini dirumuskan dalam pernyataan yang sering disampaikan Ahmad Dahlan kepada murid-muridnya dalam pengajian yang dipimpinnya. Dalam bahasa Jawa pernyataaan itu adalah: “dadiyo kyai sing kemajuan, lan ojo kesel-kesl anggonmu nyambut gawe kanggo Muhammadiyah” (jadilah ulama yang modern danjangan merasa lelah bekerja untuk Muhammadiyah) 
Sedangkan tujuan pendidikan Muhammadiyah yang sampai saat ini menjadi rujukan bagi perguruan Muhammadiyah adalah bagaimana tertuang dalam Qoidah Pendidikan Dasar dan Menegah Bab I pasal 3 sebagai berikut :
“Pendidikan dasar dan menengah Muhammadiyah bertujuan : “membentuk manusia muslim yang beriman, bertaqw berakhlaq mulia, cakap percaya dri, memajukan dan memperkembangkan ilmu pengetahuan dan ketereampilan dan beramal menuju terwujudnya masyarakat utama, adil danmakmur yang diridhai oleh Allah SWT .
Dalam tujuan ini terdapat (terkandung) nilai-nilai fundamental yang secara implicit jelas merujuk pada nilai-nilai Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan Sunnah. Pada rumusan ini pertama diwarnai semangat juang untuk menumbangkan kolonialisme. Pada rumusan kedua orientasinya lebih mnekankan upaya pengisian atau berpean serta dalam pembangunan bangsa pascakemerdekaan. Pada rumusan ketiga lebih kongkret dan realities. Namun secara garis besar ketiga rumusan di ats dapat simpulkan bahwa tujuan pendidikan Muhammadiyah ialah membentuk muslim yang cakap, berakhlaq mulia, percaya kepada diri sendir dan berguna bagi masyarakat. Secara implisist berarti tidak hanya ingin melahirkan kader-kader Muhammadiyah, tetapi juga putra-putri bangsa yang Islami, berilmu pengetahuan dan mempunyai wawasan ke depan (visioner) sebagai upaya menuju pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, lahir dan batin seperti yang dicita-citakan seluruh bangsa Indonesia[5].
Tujan Pendidikan Muhammadiyah di telah dirumuskan dan telah di sahkan oleh Majlis Tanwir yang intinya Pendidikan Muhammadiyah ialah membentuk manusia muslim, berakhlaq mulia, cakap, percaya kepada diri sendiri dan berguna untuk masayarakat umum. Dari tujuannya saja sudah nampak adanya kemiripan antara tujuan Pendidikan Muhammadiyah dengan tujuan pendidikan Republik Indonesia dan kedua tujuan tersebut tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan R.I[6].
D.    Kontribusi Muhammadiyah dalam Pendidikan
Muhammadiyah bisa dibilang sebagai pelopor Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia.  Semua hali jerih payah K.H ahmad dahlan dapat dirasakan manfaatnya hingga saat ini. Muhamadiyah merupakan organisasi di luar pemerintahan yang meiliki lembaga pendidikan dan pengajaran terbesar di Indonesia[7]
Pemabaruan pendidikan meliputi dua segi. Yaitu segi-cita-cit dan teknik pengajaran. Dari segi cita-cita yang dimaksud K.H ahmad Dahlan ialah ingin membentuk manusia muslim yang baik budi pekerti, alim dalam agama, luas dalam pandangan dan faham masalah keduniaan, dan bersedia berjuang untuk kemajuanmasyarakat.
Adapun teknik, lebih banyak berhubungan dengan cara-cara penyelenggaraan pendidikan. Dengan mengambil unsur-unsurnya dari sistem pendidikan Barat dan Sistem Pendidikan tradsional, Muhammadiyah berhasil membangun sistem pendidikan sendiri. Seperti sekolah model barat , tetapi dimasukkan ajaran agamadi dalamnya, sekolah agama dengan menyertakan pelajaran secular. Bermacam-macam sekolah kejuruan dan lain-lain. Sedangkan cara penyelenggaraannya, proses belajar mengajar itu tidak lagi dilaksanakan di masjid atau langgar, tetapi digedung yang khusus, yang dilengkapi oleh meja, kursi dan papan tulis, tidak lagi duduk di lantai[8].
Wirjosukarto (1965) dalam bukunya “Pembaruan Pendidikan dan Pengajaran oleh Pergerakan Muhammadiyah menjelaskan bahwa teknik pengarajan Muhammadiyah adalah sebagai berikut :
a.       Cara belajar dan mengajar dalam lembaga Pendidikan Muhammadiyah dibandingkan pendidikan tradisonal lebih modern dan system klasikal seperti yang dilakukan oleh Pendidikan Barat
b.      Bahan Pelajaran. Di lembaga Pendidikan Tradisonal hanya mengajarakan ajaran Agama saja. Sedangkan di Muhammadiyah di ajarkan ilmu umum dan agama.
c.       Rencana Pelajaran. Pendidikan Muhammadiyah sudah mengatur kurikulum dengan baiak, sehingga efesiensi pembelajaran bias terjamin dengan baik
d.      Pengasuh dan Guru. Di lembaga pendidikan Muhammadiyah terdapat guru agama dan guru umum dibandingkan denganlembaga Tradisonal hanya memiliki guru agama saja yagn berpengalaman dibidangnya.
e.       Hubungan guru dan murid terlihat lebih akarabdan Susana yangmenyenangkan dibandingkan dengan lembaga pendidikan tradisional yang lebih bersifat otoriter[9].
Selain pembaruan dalam lembaga pendidikan formal, Muhammadiyah telah memperbaharui bentuk pendidikan tradional non formal yaitu, pengajaran. Semula pengajian dilakukan di mana orang tua atau guru prvat mengajara naka kecil membaca al-Qur’an dan beribadah. Oleh Muhammadiyah diperluas, dan pengajian disistematiskan ke dalam bentuk, juga isi pengajian diarah pada masalah-masalah kseharikehidupan sehari-hari umat Islam.
Begitu pula Muhamadiyah telah berhasil mewujudkan bidang-bidang bimbingan dan penyuluhan agama dalam masalah-masalah yang diperlukan dan mungkin bersifat pribadi. Seperti mempelopori mendirikan Badan Penyuluhan Perkawinan di kota-kota besar.
Dengan penyelenggaraan pegajian dan nasihat yang bersifat pribadi tersebut, dapat ditunjukkan bahawa Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan mmanusia. 
Berdasarkan data terbaru (Profil Muhammadiyah) amal usaha Muhammadiyah si bidang pendidikan berjumlah 5.797 buah, merupakan angka yang cukup fantastis untuk sebuah lembaga pendidikan yang dinaungi dalam satu payung organisasi dengan rincian ; 1132 Sekolah Dasar ; 1769 Madrasah Ibtidaiyah ; 1184 Sekolah Menengah Pertama; 534 Madrasah Tsanawiyah ; 511 Sekolah Menengah Atas ; 263 Sekolah Menengah Kejuruan ; 172 Madrasah Aliyah ; 67 Pondok Pesantren ; 55 Akademi ; 4 Politeknik ; 70 Sekolah Tinggi dan 36 Universitas yang tersebar di seluruh Indonesia.
Total jumlah lembaga pendidikan Muhammadiyah sebanyak itu merupakan bilangan yang cukup fantastis bagi sebuah organisasi sosial keagamaan dimanapun. Apalagi keberadaan lembaga pendidikan tersebut merupakan pengejawantahan dari model pemahaman keagamaan (keIslaman) di Muhammadiyah. Inilah yang kemudian menjadi sebuah pertanyaan, pemahaman atau idiologi apa yang diterapkan oleh Muhammadiyah dalam mengurusi lembaga pendidikan yang sebesar itu. Mungkin langsung timbul sebuah jawaban dari pertanyaan tersebut tentu saja idiologi Islam yang di gunakan karena Muhammadiyah berasaskan Islam (AD/ART Muhammadiyah)[10].
Di samping itu juga dari berbagai Universitas dan sekolah tinggi Muhammadiyah di seluruh Indonesia tersebut, setidaknya saat ini tercatat lebih 300 ribu orang merupakan mahasiswa universitas Muhammadiyah, dan jumlah ini merupakan 10 persen dari jumlah total keseluruhan Mahasiswa Indonesia. “Ini artinya, Perguruan Tinggi Muhammadiyah sudah dipercaya oleh masyarakat luas dan tentunya dinilai berkualitas,” katanya. 
Bahkan menurut Khairul saat ini ada lima Universitas Muhammadiyah di Indonesia yang jumlah mahasiswanya di atas 10 ribu orang, dan untuk Sumatera terdapat di Sumatera Utara dan Sumatera Barat dengan jumlah mahasiswa masing-masing 12 ribu dan 10 ribu orang. Sementara untuk pulau jawa terdapat di universitas Muhammadiyah Jogjakarta dan lainnya.
Kharul menambahkan, meski Muhammadiyah oraganisasi Islam, Universitas Muhammadiyah di Indonesia ini tidak hanya menerima orang-orang yang beragama Islam saja, melainkan juga dari Agama lain. “Sebagai contoh di Universitas Muhamamadiyah Kupang, ini jumlah mahasiswa non muslim mencapai 75 persen lebih,” ujarnya[11].
   Dalam bidang kesehatan, hingga tahun 2000 Muhammadiyah memiliki 30 Rumah Sakit Umum, 13 rumah Sakit Bersalin, 80 Rumah Bersalin, 35 Balai Kesehatan Ibu dan Anak, 63 Balai Pengobatan, 20 Poliklinik, Balkesmas, dan layanan kesehatan lain. Lalu, dalam bidang kesejahteraan sosial, hingga tahun 2000 Muhammadiyah telah memiliki 228 panti asuhan yatim, 18 panti jompo, 22 Bakesos, 161 Santunan keluarga, 5 panti wreda manula, 13 santunan wreda/manula, 1 panti cacat netra, 38 santunan kematian, serta 15 BPKM. Dalam bidang ekonomi, hingga tahun 2000 Muhammadiyah memiliki 5 Bank Perkreditan Rakyat
















bikkb@riau.go.id


[1] Khozin hal :31
[2] Mahmud Yunus hal : 269
[3] Ibid hal:24
[4] http://one1thousand100education.wordpress.com/2007/07/16/
[5] Ibid hal :49
[6] Amir Hamzah hal :112
[7] Ahmad Syafi’I ma’arif hal 149
[8] Suyoto, dkk hal :120
[9] Khozin hal : 47
[11] bikkb@riau.go.id

0 komentar:

Posting Komentar