Buku yang ditulis oleh Dr. C. Asri Budiningsih memberikan pengajaran
kepada pendidik bagaimana memperlakukan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran yang berlandaskan pada moral sebagai pijakan, baik sebagai
pijakan dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Pembelajaran moral didekati dari aspek kognitif sebagai unsur pemahaman moral atau penalaran moral, yaitu suatu jenis kemampuan kognitif
yang
dimiliki setiap orang untuk mempertimbangkan, menilai, dn memutuskan
suatu perbuatan berdasarkan prinsip-prinsip moral seperti baik-buruk,
etis atau tidak etis, benar atau salah. Pembelajaran moral untuk
mengembangkan aspek afektif sebagai unsur perasaan moral, terwujud dalam
salah satu kemampuan untuk mengambil sudut pandang orang lain dan untuk
menempatkan dirinya ke dalam posisi orang lain, merupakan sumber
kesadaran akan persamaan derajatdan timbal balik yang berdasarkan
keadilan. Pembelajaran moral untuk mengembangkan aspek perilaku sebagai
tindakan moral, merupakan kemampuan untuk berinteraksi sosial dalam
mengambil peran sosila serta menyelesaikan konflik peran yang berurusan
dengan nilai-nilai moral seperti keadilan, dan bentuk-bentuk perilaku
sosial lainnya. Guru dalam pembelajarannya harus menempatkan variable
karakteristik dan budaya siswa sebagai bahan acauan sebagai penempatan
pada strategi pembelajarannya. Moral sebagai pijakan dalam pembelajaran
haruslah disesuaikan dengan budaya dan karakteristik peserta didik.
Kebutuhan tersebut sangat diperlukan karena budaya maupun karakteristik
siswa tidaklah sama. Berbeda daerah tentu berbeda pula karakteristik dan
budayanya, dan tidak bisa disamakan semuanya begitu saja. Dijelaskan
dalam buku ini setidaknya ada empat model cara penyampaian pembelajaran
moral, yaitu: 1. Model sebagai mata pelajaran tersendiri Model ini
memerlukan adanya garis besar program pengajaran (GBPP), satuan
pelajaran/rencana pelajaran, metodologi, dan evaluasi pembelajaran
tersendiri dan harus masuk dalam kurikulum dan jadwal terstruktur.
Kelebihan model ini adalah lebih terfokus dan memiliki rencana
pembelajaran yang matang untuk menstruktur dan mengukur hasil belajar
siswa. model ini memberikan kesempatan yang lebih luas kepada guru untuk
mengembangkan kreativitasnya. Kelemahannya guru bidang studi lain tidak
turut terlibat dan bertanggung jawab. Dengan model ini ada
kecenderungan pembelajaran moral hanya diberikan sebatas pengetahuan
kognitif saja 2. Model terintegrasi dalam semua bidang studi Semua guru
dalam semua bidang studi adalah pengajar moral tanpa kecuali. Kelebihan
model ini adalah semua guru ikut bertanggung jawab, dan pembelajarannya
tidak selalu bersifat informatif-kognitif melainkan bersifat terapan
pada tiap bidang studi. Kelemahannya adalah jika terjadi perbedaan
perspsi tentang nilai-nilai moral di antara guru, maka justru akan
membingungkan siswa. 3. Model di luar pengajaran Model pemebelajaran ini
dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan di luarb pengajaran. Model
ini lebih mengutamakan pengolahan dan penanaman moral melalui suatu
kegiatan untuk membahas dan mengupas nilai-nilai hidup. Anak mendalami
nilai-nilai moral melalui pengalaman-pengalaman konkret, sehingga
nilai-nilai moral tertanam dan terhayati dalam hidupnya. Namun jika
pelaksanaan kegiatan semacam ini hanya dilakukan setahun sekali atau dua
kali, maka kurang memperoleh hasil yang optimal. Pembelajaran moral
demikian harus secara rutin dilaksanakan. 4. Model gabungan Pembelajaran
moral yang dilakukan dengan menggunakan model gabungan antara model
terintegrasi dengan model di luar pengajaran, memerlukan kerja sama yang
baik antara guru sebagai tim pengajar dengan pihak-pihak luar yang
terkait. Kelebihan model ini, semua guru terlibat dan secara
bersama-sama dan harus belajar dengan pihak luar untuk mengembangkan
diri dan siswanya. Kelemahannya, model ini menuntut keterlibatan banyak
pihak, memerlukan banyak waktu untuk koordinasi, banyak biaya, dan
diperlukan kesepahaman yang mendalam apalagi jika melibatkan pihak luar
sekolah. Model pembelajaran moral manapun yang akan digunakan di
sekolah, diperlukan komitmen bersama antara guru-guru dan pengelola
sekolah juga orang tua, agar pembelajaran sesuai dengan karakteristik
siswa dan kondisi sekolah maupun budayanya. SUMBER: Budiningsih, Asri.
2004. Pembelajaran Moral: berpijak pada karakteristik siswa dan
budayanya. Rineka Cipta:Jakarta
Pembelajaran moral didekati dari aspek kognitif sebagai unsur pemahaman moral atau penalaran moral, yaitu suatu jenis kemampuan kognitif

0 comments:
Posting Komentar