Jumat, 15 Maret 2013

Berpijak pada Karakteristik Siswa dan Budayanya

Buku yang ditulis oleh Dr. C. Asri Budiningsih memberikan pengajaran kepada pendidik bagaimana memperlakukan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang berlandaskan pada moral sebagai pijakan, baik sebagai pijakan dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Pembelajaran moral didekati dari aspek kognitif sebagai unsur pemahaman moral atau penalaran moral, yaitu suatu jenis kemampuan kognitif yang dimiliki setiap orang untuk mempertimbangkan, menilai, dn memutuskan suatu perbuatan berdasarkan prinsip-prinsip moral seperti baik-buruk, etis atau tidak etis, benar atau salah. Pembelajaran moral untuk mengembangkan aspek afektif sebagai unsur perasaan moral, terwujud dalam salah satu kemampuan untuk mengambil sudut pandang orang lain dan untuk menempatkan dirinya ke dalam posisi orang lain, merupakan sumber kesadaran akan persamaan derajatdan timbal balik yang berdasarkan keadilan. Pembelajaran moral untuk mengembangkan aspek perilaku sebagai tindakan moral, merupakan kemampuan untuk berinteraksi sosial dalam mengambil peran sosila serta menyelesaikan konflik peran yang berurusan dengan nilai-nilai moral seperti keadilan, dan bentuk-bentuk perilaku sosial lainnya. Guru dalam pembelajarannya harus menempatkan variable karakteristik dan budaya siswa sebagai bahan acauan sebagai penempatan pada strategi pembelajarannya. Moral sebagai pijakan dalam pembelajaran haruslah disesuaikan dengan budaya dan karakteristik peserta didik. Kebutuhan tersebut sangat diperlukan karena budaya maupun karakteristik siswa tidaklah sama. Berbeda daerah tentu berbeda pula karakteristik dan budayanya, dan tidak bisa disamakan semuanya begitu saja. Dijelaskan dalam buku ini setidaknya ada empat model cara penyampaian pembelajaran moral, yaitu: 1. Model sebagai mata pelajaran tersendiri Model ini memerlukan adanya garis besar program pengajaran (GBPP), satuan pelajaran/rencana pelajaran, metodologi, dan evaluasi pembelajaran tersendiri dan harus masuk dalam kurikulum dan jadwal terstruktur. Kelebihan model ini adalah lebih terfokus dan memiliki rencana pembelajaran yang matang untuk menstruktur dan mengukur hasil belajar siswa. model ini memberikan kesempatan yang lebih luas kepada guru untuk mengembangkan kreativitasnya. Kelemahannya guru bidang studi lain tidak turut terlibat dan bertanggung jawab. Dengan model ini ada kecenderungan pembelajaran moral hanya diberikan sebatas pengetahuan kognitif saja 2. Model terintegrasi dalam semua bidang studi Semua guru dalam semua bidang studi adalah pengajar moral tanpa kecuali. Kelebihan model ini adalah semua guru ikut bertanggung jawab, dan pembelajarannya tidak selalu bersifat informatif-kognitif melainkan bersifat terapan pada tiap bidang studi. Kelemahannya adalah jika terjadi perbedaan perspsi tentang nilai-nilai moral di antara guru, maka justru akan membingungkan siswa. 3. Model di luar pengajaran Model pemebelajaran ini dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan di luarb pengajaran. Model ini lebih mengutamakan pengolahan dan penanaman moral melalui suatu kegiatan untuk membahas dan mengupas nilai-nilai hidup. Anak mendalami nilai-nilai moral melalui pengalaman-pengalaman konkret, sehingga nilai-nilai moral tertanam dan terhayati dalam hidupnya. Namun jika pelaksanaan kegiatan semacam ini hanya dilakukan setahun sekali atau dua kali, maka kurang memperoleh hasil yang optimal. Pembelajaran moral demikian harus secara rutin dilaksanakan. 4. Model gabungan Pembelajaran moral yang dilakukan dengan menggunakan model gabungan antara model terintegrasi dengan model di luar pengajaran, memerlukan kerja sama yang baik antara guru sebagai tim pengajar dengan pihak-pihak luar yang terkait. Kelebihan model ini, semua guru terlibat dan secara bersama-sama dan harus belajar dengan pihak luar untuk mengembangkan diri dan siswanya. Kelemahannya, model ini menuntut keterlibatan banyak pihak, memerlukan banyak waktu untuk koordinasi, banyak biaya, dan diperlukan kesepahaman yang mendalam apalagi jika melibatkan pihak luar sekolah. Model pembelajaran moral manapun yang akan digunakan di sekolah, diperlukan komitmen bersama antara guru-guru dan pengelola sekolah juga orang tua, agar pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan kondisi sekolah maupun budayanya. SUMBER: Budiningsih, Asri. 2004. Pembelajaran Moral: berpijak pada karakteristik siswa dan budayanya. Rineka Cipta:Jakarta

0 komentar:

Posting Komentar